Indahnya Pendidikan Agama Islam dalam Bingkai Ramadhan


Oleh : H.Hendri (Kakanwil Kemenag Sumbar)
Pemerintah telah menetapkan awal Ramadhan 1441 H jatuh pada Jumat, 24 April 2020. Keputusan ini disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi dalam telkonfrensi pers usai sidang isbat awal Ramadhan 1441 H di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia jalan MH Thamrin Jakarta.
Di tengah pandemi Covid-19, kehadiran Ramadhan memberi kekuatan tambahan bagi umat muslim untuk terus bermunajat kepada Allah agar virus Corona segera hilang dari muka bumi. Apalagi di Sumatera Barat juga sudah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak 22 April yang lalu.
Bulan yang penuh berkah ini tentunya harus dijadikan momentum bagi seluruh masyarakat Sumatera Barat untuk beribadah dengan menanggalkan seremonial tanpa mengurangi syariat agama. Pendidikan Agama Islam merupakan nutrisi bagi jiwa kita. Penghentian kegiatan ibadah di rumah ibadah tidak lantas menjadikan kita berpaling dari-Nya. Justru dengan ibadah di rumah bersama keluarga, menjadi suplemen dalam kekhusyukan untuk bercumbu dengan sang Khalik. Kita tidak menghindari mesjid, tapi pindah dari sunnah yang satu ke sunnah yang lain. Saat ini, demi menjaga jiwa (hifdzun nafs), kekang diri kita agar tak ke masjid. Tarawih pun bisa digelar dengan khidmat di rumah masing-masing secara berjamaah. Percayalah, agama tak akan kehilangan daya pikatnya apalagi mati gaya akibat terhentinya ibadah kolektif Ramadhan.
Biarkan Ramadhan hadir meluruskan kekusutan pikiran dan membersihkan partikel-partikel hati. Ciri khasnya, ia selalu hadir di saat yang tepat guna menyeimbangkan ritme kehidupan kita yang timpang dan cenderung menyimpang. Sekaranglah saatnya kita membersihkan diri dari pamrih, motivasi, dan keinginan duniawi yang tak ada hentinya demi meningkatkan imunitas keimanan kita masing-masing.
Dengan berpuasa, kita melakukan spiritual exercise guna menegaskan kembali perlunya meneguhkan solidaritas kemanusiaan. Kita dituntut memiliki spirit berbela rasa, bahwa penderitaanmu berarti deritaku pula. Oleh sebab itu, bagi yang masih punya kelebihan rezeki, dengan panggilan nurani bergerak menolong tetangga terdekatnya yang terkena imbas bencana non-alam ini. Di bulan Ramadhan ini, kita harus menyatukan hati bersama guna saling menguatkan di tengah deraan wabah. Tak cukup hanya bualan retorika, namun bantulah mereka yang sangat membutuhkan.
Teknologi juga sudah berkembang. Revolusi industri 4.0 memberikan kemudahan pada umat manusia. Saat ini bukan hanya belajar, pesantren Ramadhan pun bisa dilakukan tanpa tatap muka. Dengan tetap mengedepankan physical distancing, pendalaman materi Pendidikan Agama Islam bisa dilakukan dengan aplikasi virtual meeting. Jangan hanya karena Corona, membuat kita menjadi malas berusaha. Dengan cobaan pandemi Covid-19 ini, sudah saatnya kita jadikan momentum untuk mengerahkan seluruh sumber daya yang ada. Manfaatkan dengan dirumah saja, kita perdalam ilmu agama sambil tetap berdoa agar Covid-19 segera mereda dan Ramadhan tak kehilangan makna.
Mari kita tingkatkan ibadah di bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan ini dengan menjaga 5 (lima) perkara agar terhindar dari Covid-19. Adapun lima perkara itu adalah jagalah iman, jagalah ibadah, jagalah infaq, jagalah imun dan jagalah interaksi. Semoga dengan menjaga kelimanya, kita bisa terhindar dari Covid-19 dan bisa lebih khusyuk beribadah di bulan mulia ini. Marhaban yaa Ramadhan.

Komentar

Postingan Populer