Buya Prof.Dr.H.Salmadanis : Hidup Dengan Wara'
WAHAI *Pencinta KAJIAN ISLAM dan JAMAAH MAJLIS TA'LIM* di mana saja berada.
*KAJIAN ISLAM* selanjutnya adalah *WARA'*.
*WASPADALAH DUNIA ITU PENUH TIPUAN*
Untuk itu mari kita bersikap dan bersifat WARA' atas segala ragam dan model kehidupan yang diberikan oleh Allah kepada kita dalam berbagai situasi dan kondisi apapun, agar nafsu, akal dan hati ini tidak kemana-mana tapi ada bersama Allah dalam ketaatan. *YAKINLAH DUNIA ITU TIPUAN*
1. *SEPUTAR PENGERTIAN*
Dalam pemahaman ahli, yang disebut Wara adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas atau belum jelas hukumnya (syubhat). Hal ini berlaku pada segala hal atau aktifitas kehidupan manusia, baik yang berupa benda maupun perilaku. Seperti makanan, minuman, pakaian, pembicaraan, perjalanan, duduk, berdiri, bersantai, bekerja dan lain-lain.
Di samping meninggalakn segala sesuatu yang belum jelas hukumnya, dalam tradisi wara’ juga berarti meninggalkan segala hal yang berlebihan, baik berwujud benda maupun perilaku. Lebih dari itu juga meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat atau tidak jelas manfaatnya disebut wara dalam dunia sufi.
Ibrahim bin Adham memberikan penjelasan bahwa wara’ berarti meninggalkan segala sesuatu yang meragukan, segala sesuatu yang tidak berarti, dan apapun yang berlebihan. Selaras dengan penjelasan tersebut, Ishaq mengatakan wara’ dalam kehidupan lebih sulit daripada menjauhi emas dan perak, serta zuhud dari kekuasaan lebih sulit dibandingkan dengan menyerahkan emas dan perak karena siap mengorbankan emas dan perak demi kekuasaan.
Sehingga Abu Sulaiman mengatakan bahwa Wara’ adalah titik tolak zuhud, sebagaimana sikap puas terhadap yang ada adalah bagian dari ridha.
Berdasarkan penjelasan tersebut, menurut yang dimaksud lebih sulit daripada menjauhi emas dan perak adalah melakukan sebuah pekerjaan yang lebih sulit daripada yang sangat sulit. Dalam konteks kehidupan saat ini, emas dan perak itu merupakan logam mulia yang sangat berharga dan harganya sangat mahal, sehingga tidak mudah untuk mendapatkannya. Begitu juga dengan wara yang dikatakan lebih sulit merupakan sebuah tindakan yang sangat hati-hati dan cukup sulit untuk dilakukan karena harus meninggalkan atau melakukan sesuatu yang kelihatannya baik atau sebaliknya namun susah dibedakan atau dipisahkan.
Para ahli tasawuf membagi wara’ pada dua bagian, yaitu wara’ yang bersifat lahiriyah dan wara’ batiniyah. Wara’ lahiriyah berarti meninggalkan segala hal yang tidak diridhai Allah, sedangkan wara’ batiniyah berarti mengisi atau menempatkan sesuatu di hatinya kecuali Allah melalui laku dzikir.
Seorang sufi yang wara’ akan senantiasa menjaga kesucian baik jasmani maupun rohaninya dengan mengendalikan segala perilaku aktifitas kesehariannya. Ia hanya akan melakukan sesuatu jika sesuatu itu bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dan ia tidak akan menggunakan sesuatu hal yang belum jelas statusnya. Dengan demikian maka raga dan jiwanya senantiasa terjaga dari hal-hal yang tidak diridhai Allah Swt.
Jika dikaji lebih mendalam, apa yang dilakukan oleh sufi dengan wara’ bahwa sufi tidak melihat suatu benda atau perilaku seseorang dari wujud kasarnya atau keelokan rupanya. Namun seorang sufi melihat sesuatu baik benda perilaku, maupun gagasan atau pemikiran dari nilai yang terkandung di dalamnya tanpa melihat bentuk fisik. Para sufi menjadikan nilai sebagai hal yang substansial.
Sementara kekayaan, gelar, jabatan, atau status social lainnnya bagi seorang sufi bukanlah hal yang menentukan kualitas seseorang di mata Allah. Yang menentukan derajat seseorang adalah sejauh mana segala hal tersebut mengandung nilai-nilai. Nilai yang dapat mensucikan diri dari kotoran yang telah menjauhkannya dari kodrat asal penciptaannya yang paling sempurna dibanding makhluk lain. Dengan demikian wara' itu sebenarnya adalah maqam untuk kesucian diri yang relevan dengan keinginan Allah Swt.
Wallahu a'lam.
*****
Wahai sahabat-sahabat dan kaum muslimin, hadapilah kehidupan ini dengan *WARA'LAH TERHADAP KEHIDUPAN INI, YANG NAMANYA DUNIA TETAP SAJA MENGGODA DAN TIPUAN SEMATA* *KARENA ANTARA YANG MENIPU DENGAN YANG DITIPU TIPIS SEKALI*
DARI SALMADANIS PUSAT DAKWAH, STUDI ISLAM DAN MAJLIS TA'LIM SUMBAR.
35
Komentar
Posting Komentar