Materi aqidah Islam Pertemuan III | Jawahirul Kalamiyah, ayat quran | Masjid Istiqamah Pambangan | Masjid Nurul Huda Lubuk Begalung
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَتِهِ تَعَالَى لِلْحَوَادِثِ, أَيِ
اْلـمَخْلُوْقَاتِ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى لَايُشَابِهُهَ شَيْءٌ: لَا فِيْ ذَاتِهِ
وَلَا فِيْ صِفَاتِهِ وَلَا فِيْ أَفْعَالِهِ.
Soal Bagaimana
cara meyakini
bahwa
Allah itu bersifat
Mukholafatu
Lil
Hawaadits (Berbeda
dengan segala hal yg baru / makhluk
)?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah
tidak menyerupai sesuatu pun,
baik DzatNya, sifatNya maupun
perbuatanNya
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَةِ ذَاتِهِ سُبْحَانَهُ لِلْحَوَادِثِ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ ذَاتَ اللهِ سُبْحَانَهُ وتَعَالَى لاَ تُشَابِهُ شَيْئًا
مِنَ اْلـمَخْلُوْقَاتِ بِوَجْهِ مِنَ اْلوُجُوْهِ, فَكُلُّ مَا تَرَاهُ أَوْ يـَخْطُرُ
بِبَالِكَ, فَاللهُ لَيْسَ كَذَالَكَ, (لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ)
Soal Bagaimana
cara meyakini
bahwa
Dzat
Allah itu
berbeda dengan
segala hal yg baru
/ makhluk ?
Jawab Hendaklah
meyakini bahwasanya Dzat Allah
itu
tidaklah
sama
dengan makhluk ciptaanNya, berupa
wajah misalnya. Segala
hal yang kita lihat
atau bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah
seperti bayangan tersebut.
Laitsa Kamitslihi Syaiun (Tiada
satupun yg serupa denganNya)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, 11)
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِأَنَّ صِفَاتِهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مـُخَالِفَةٌ لِصِفَاتِ
اْلحَوَادِثِ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ عِلْمَ اللهِ تَعَالَى لَايُشَابِهُ عِلْمَنَا, وَأَنَّ
قُدْرَتَهُ لَايُشَابِهُ قُدْرَتَنَا, , أَنَّ إِرَادَتَهُ لَايُشَابِهُ إِرَادَتَنَا,
وَ أَنَّ حَيَاتَهُ لَايُشَابِهُ حَيَاتَـنَا, وَأَنَّ سَمْعَهُ لَايُشَابِهُ سَمْعَنَا,
وَأَنَّ بَصَرَهُ لَايُشَابِهُ بَصَرَنَا, وَأَنَّ كَلَامَهُ لَايُشَابِهُ كَلَامَـنَا.
Soal Bagaimana
cara meyakini
bahwa Sifat Allah itu
berbeda dengan sifat segala hal yg baru
/ makhluk ?
Jawab Hendaklah meyakini bahwasanya 'ilmu (pengetahuan)
kita
tidak
sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah
(Kekuasaan) kita tidak
sama
dengan kekuasaan Allah, Iradah (kehendak)
kita tidak sama dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak sama dengan sifat hidupnya Allah,
sifat
mendengar (Sama') kita tidak sama dengan sifat mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan
pendengaran Allah dan Kalam (sifat berbicara)
kita tidak sama dengan
sifat kalam Allah.
س:
كَيْفَ اْلاِعْتِقَادُ بِأَنَّ أَفْعَالَ اْلـمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُخَالَفَةٌ لِأَفْعَالِ اْلحَوَادِثِ ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ أَفْعَالَ اْلـمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَابَهُ
أَفْعَالَ شَيْءٍ مِنَ اْلـمَوْجُوْدَاِت. لِأَنَّ المـَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
يَفْعَلُ اْلأَشْيَاءَ بِلَا وَاسِطَةٍ وَلَا آلَةٍ "إِنَّمَا أَمْرُهُ اِذَا
أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ" وَأَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا
لِاحْتِيَاجِهِ إِلَيْهِ, وَأَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا عَبَثًا أَيْ بِغَيْرِ فَائِدَةٍ
لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَكِيْمًا.
Soal Bagaimana cara meyakini bahwa Perbuatan
Allah
itu berbeda
dengan perbuatan segala
hal
yg baru / makhluk ?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata'ala tidak serupa dengan
perbuatan
makhluqNya,
karena Dia dalam berbuat sesuatu tidak membutuhkan perantara maupun alat.
Firman
Allah
dalam surat yasin
Ayat 82 :
Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka
terjadilah ia.
Dan hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti
karena Dia membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau
tanpa guna, karena
Dia bersifat Maha
Bijaksana.
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِقِيَامِهِ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لاَ يـَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلأَشْيَاءِ: فَلَا يَحْتَاجُ
إِلَى مَكَانٍ وَلَا إِلَى مَحَالٍ وَلَا إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلـمَخْلُوْقَاتِ أَصْلًا.
وَكُلُّ شَيْءٍ مُحْتَاجٌ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
Soal Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah
(Qiyamuhu Binafsihi)
?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala tidak membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak
membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak
membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan
Allah
Subhaanahu Wata'ala
Al-ankabut
6
…إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ
عَنِ الْعَالَمِينَ
“…..Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِحَيَاتِهِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى حَيٌّ وَأَنَّ حَيَاتَهُ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ
كَحَيَاتِنَا: فَإِنَّ حَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ الدَّمِ وَالنَّفَسِ. وَحَيَاةُ
اللهِ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ بِوَاسِطَةِ شَيْءٍ, وَهِيَ قَدِيْمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلْحَقُهَا
اْلعَدَمُ وَالتَّغْيِرُ أَصْلًا.
Soal Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah) ?
Jawab
Hendaklah kita meyakini
bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala Maha Hidup dan
bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita.
Karena sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan
perantara seperti
mengalirnya darah dan nafas
sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun.
Kehidupan Allah
itu
bersifat dahulu
(Qodim),
kekal (Baqo') dan kehidupanNya tiada
pernah hilang maupun berubah sama sekali.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي
لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا ( al-Furqan
58 )
“Dan bertawakkallah kepada Allah
yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan
cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِوَحْدَانِيَةِ اللهِ تَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى وَاحِدٌ لَيْسَ لَهُ شَرِيْكٌ وَلَا نَظِيْرٌ
وَلَامُمَاثِلٌ وَلَا ضِدٌّ وَلَا مُعَانِدٌ.
Soal Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha
Esa) ?
Jawab Hendaklah
kita meyakini
bahwasanya Allah itu Satu
dan
tidak memiliki teman atau sekutu.
Tidak ada yg menyamai maupun menyerupaiNya.
Tiada
lawan yg sebanding
maupun penggantiNya
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا
اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (( Al-Anbiyak 22
“Sekiranya ada di langit dan di
bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka
Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (( Al-Ikhlas 1 Katakanlah: "Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa
س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ
بعلم الله تَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالعلم وأنه بكل شيء عليم: يعلم
الأشياء كلّها ظاهرها وباطنها, ويعلم عدد حبّلت الرمل وعدد قطرات الـمطر و أوراق
الشجرو ويعلم السرّ وأخفى. لا تخفى عليه خافية, وعلمه ليس بمكتسب, بل يعلم الأشياء
في الأزل قبل وجودها.
Soal
Bagaimana cara
meyakini bahwa Allah itu bersifat 'Ilm (Maha Berpengetahuan)
?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah
itu memiliki sifat Maha Berpengetahuan
dan Dia Maha
Mengetahui segala
sesuatu. Mengetahui
segala hal,
baik yang tampak maupun yg tidak. Dia
mengetahui jumlah pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia
Mengetahui hal yg rahasia
maupun yg jelas. Tidak
ada
yg bisa bersembunyi dari Nya. Dan
hendaklah kita meyakini bahwasanya
pengetahuan Allah itu tidak membutuhkan usaha meraihnya, namun pengetahuan Allah akan segala sesuatu itu telah ada sejak
zaman azali sebelum sesuatu
itu
ada
Al-Baqarah
231
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“…Dan bertakwalah kepada Allah
serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Al-Hujurat
18
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بإرادة الله تَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالإرادة وأنه مريد لايقع شيء
إلا بإرادته: فأيّ شيء أراده كان, وأيّ شيء لم يريده فإنه لايمكن أَنْ يَكُوْنَ.
Soal
Bagaimana
cara meyakini
bahwa
Allah
itu Maha
Berkehendak
(Iradah)?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Iradah (Maha
Berkehendak) dan Dia lah segala tujuan, tidak
ada sesuatupun yg
dapat terjadi tanpa
kehendak Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki maka akan terjadi
dan apapun yg tiada dikehendakiNya, maka tidak
mungkin akan ada atau terjadi.
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بسمع الله تَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالسمع وأنه يسمع كلّ شيء سرّا
كان أو جهرا, لكنّ سمعه سبحانه وتعالى ليس كسمعنا فإنّ سمعنا بواسطة الأذن, وسمعه
سبحانه ليس بواسطة شيء.
Soal Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu
Maha Mendengar (Sama')?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat
Maha
Mendengar dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu
baik
nampak atau pun yg tersembunyi. Namun, pendengaran Allah Subhanaahu Wata'ala tidak seperti pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat perantara berupa telinga
sedangkan pendengaran Allah
tanpa memerlukan perantara apapun.
Al-Maidah
76
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
“Katakanlah: "Mengapa kamu
menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat
kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ ببصر الله تَعَالَى؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالبصر وأنه بكل شيء بصير, يبصر
حتّى النملة السوداء في الليلة الظلماء وأصغر من ذلك, لايخفى عن بصره شيء في ظاهر
الأرض وباطنها, وفوق السماء وما دونها, لكن بصره تَعَالَى ليس كبصرنا: فإن بصرنا
يكون بواسطة العين, وبصره تَعَالَى ليس بواسطة شيء.
Soal Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu
Maha Melihat (Bashar)?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Melihat,
dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga
semut hitam kecil berjalan di malam
gelap gulita sekalipun, bahkan
yg lebih
kecil dari itu
(atom). Tidak ada
yg dapat bersembunyi dari penglihatan Allah, baik yg ada di bumi maupun di luarnya, baik yg ada di langit maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan
kita
sebagai makhluk. Sesungguhnya penglihatan kita membutuhkan
perantara yakni
mata, sedangkan penglihatan Allah tanpa
membutuhkan alat perantara
Asy-Syura,
11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, 11)
س:
كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بكلامه الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ؟
ج:
هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ موصوف بالكلام وأن كلامه لايشبه
كلامنا: فإن كلامنا مخلوق فينا وبواسطة آلة من فم ولسان وشفتين, وكلامه
سُبْحَانَهُ ليس كذلك.
Soal Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu
Maha Berbicara (Kalam)?
Jawab Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu bersifat Maha Berbicara. Akan
tetapi kalam Allah tidak sama dengan kita sebagai makhluk Nya.
Sesungguhnya pembicaraan kita diciptakan
dalam diri kita dan
membutuhkan alat perantara berupa
mulut, lidah serta kedua
bibir. Sedangkan
Kalam
Allah tidak
seperti itu (tidak
butuh alat perantara)
Annisa’
164
…وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“…Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”

Komentar
Posting Komentar