Aqidatul Islam | Sifat 20 yang wajib bagi Allah SWT



KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah dari Allah SWT., Alhamdulillah Penulis telah selesai membukukan tausiah yang penulis sampaikan di Majelis Ta’lim Masjid Istiqamah Pampangan dan Masjid Nurussa’adah Lubuk Begalung Padang. Tausiah ini bertema Aqidatul Islam, sub materi sifat-sifat Allah yang 20 yang wajib bagi Allah SWT, dengan landasan kitab kitab dasar pembelajaran tauhid di pondok pesantren-pondok perantren ahlisunnah waljamah. Tausiah ini disampaikan 4 bulan dengan empat kali pertemuan, mulai bulan januari sampai Mei 2016.
Harapan penulis, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi jamaah sehingga dapat dibaca-baca kembali apa yang telah di sampaikan ketika Majelis Ta’lim ba’da Maghrib sampai isa dalam pertemuan sekali sebulan.
Penulis menyadari, terdapat kelemahan, kekurangan dalam penulisan. Koreksi konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis tunggu demi penyempurnaan buku ini. Kepada Allah SWT penulis mohon Ridha-Nya,  ampun-Nya.

Padang, 27 Mei 2016
Penulis


Eri Gusnedi, P.St., M.A




A Q I D A T U L   I S L A M
disampaikan oleh:
ERI GUSNEDI, P.St., M.A.

الـمُــــــقَدِّمَةُ
وَتَشْتَمِلُ عَلَى أَرْبَعِ مَسَائِلَ
PENGANTAR AKIDAH ISLAMIYYAH
Terdiri atas 4 masalah

س: مَا مَعْنَى اْلعَقِيْدَةِ اْلاِسْلَامِيَّةِ
ج: اْلعَقِيْدَةُ اْلاِسْلَامِيَّةُ هِيَ اْلأُمُوْرُ الَّتِي يَعْتَقِدُهَا أَهْلُ اْلإِسْلَامِ أَيْ يَجْزِمُوْنَ بِصِحَّتِهَا.
Soal        Apakah makna 'aqidah Islamiyyah ?
Jawab     'Aqidah Islamiyyah ialah perkara2 yg wajib diyakini oleh orang Islam yakni hal hal yg diyakini secara mantap oleh orang Islam akan kebenarannya

س: مَا مَعْنَى اْلإِسْلَامِ
ج: اَلْإِسْلَامُ هُوَ اْلإِقْرَارُ بِاللِّسَانِ وَ التَّصْدِيْقِ بِاْلقَلْبِ بِأَنَّ جَمِيْعَ مَا جَاءَ نَبِيِّنَا محمد ص.م حَقٌّ وَصِدْقٌ.
Soal      Apakah makna Islam ?
Jawab Islam  adalah  mengucapkan  dengan  lisan  (Bershahadat), Membenarkan dengan hati bahwa segala sesuatu yg dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alihi Wasallam itu haq dan benar.

س: مَا أَرْكَانُ اْلعَقِيْدَةِ اْلاِسْلَامِيَّةِ ؟
ج: أَرْكَانُ اْلعَقِيْدَةِ اْلاِسْلَامِيَّةِ سِتَّةُ اَشْيَاءَ, وَهِيَ: الإِيْمَانِ بِاللهِ تَعَالَى, وَ الإِيْمَانِ بِمَلَائِكَتِهِ وَ الإِيْمَانِ بِكُتُبِهِ وَ الإِيْمَانِ بِاْليَوْمِ اْلآخِرِ, وَ الإِيْمَانِ بِاْلقَدَرِ.
Soal        Apakah rukun2 Akidah Islamiyyah atau asas2nya ? Jawab     Rukun2 akidah Islamiyyah ada 3nam perkara :
1.   Beriman kepada Allah Ta'ala
2.   Beriman kepada Malaikat Allah
3.   Beriman kepada Kitab yg diturunkan Allah
4.   Beriman kepada Utusan2 Allah
5.   Beriman kepada hari Kiamat
6.   Beriman kepada ketentuan Allah, baik yg baik maupun yg buruk


البحث الأول
في الإِيْمَانِ بالله تَعَالَى
PEMBAHASAN PERTAMA
IMAN KEPADA ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA


س: كَيْفَ اْلإِيْمَانُ بِاللهِ تَعَالَى إِجْمَالًا
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مُتَّصِفٌ بـِجَمِيْعِ صِفَاتِ اْلكَمَالِ وَمُنَزَّهٌ عَنْ جَمِيْعِ صِفَاتِ النُّقْصَانِ.
Soal      Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata'ala ?
Jawab  Yaitu hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata'ala memiliki segala sifat yg sempurna dan jauh dari sifat kekurangan.

س: كَيْفَ اْلإِيْمَانُ بِاللهِ تَعَالَى تَفْصِيْلًا؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْصُوْفٌ بِاْلوُجُوْدِ وَاْلقِدَمِ وَاْلبَقَاءِ وَالْمُخَالَفَةِ لِلْحَوَادِثِ وَاْلقِيَامُ بِنَفْسِهِ وَاْلوَحْدَانِيَّةِ وَالْحَيَاةِ وَاْلعِلْمِ وَالْقُدْرَةِ وَاْلاِرَادَةِ وَالسَّمْعِ وَاْلبَصَرِ وَاْلكَلَامِ وَأَنَّهُ حَيٌّ, عَلِيْمٌ, قَادِرٌ, مُرِيْدٌ, سَمِيْعٌ, بَصِيْرٌ, مُتَكَلِّمٌ.
Soal       Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata'ala secara lebih rinci ?
Jawab    Hendaklah meyakini bahwa  Allah Subhaanahu Wata'ala memiliki sifat : Wujud (Ada), Qidam (dahulu), Baqa (Kekal), Mukhaalafatu Lilhawaadits (Berbeda dengan Makhluk), Qiyaamuhu Binafsih (Mandiri dan tidak membutuhkan yg lain), Wahdaaniyyah (Maha Esa), Hayah (Hidup), 'Ilm (Mengetahui), Qudrah (Berkuasa), Iraadah (Berkehendak), Sama' (Mendengar), Bashar (melihat), Kalam (Berbicara).  Dan  meyakini  bahwasanya  Allah  itu  adalah  Al  Hayyu (Maha Hidup), 'Aliimun (Maha Mengetahui), Qaadirun (Maha Berkuasa), Muriidun  (Maha  Berkehendak)  Samii'un  (Maha Mendengar) Bashiirun (Maha Melihat) dan Mutakallimun (Maha Berbicara)


س: كَيْفَ اْلِاعْتِقَادُ بِاْلوُجُوْدِ لله تَعَالَى؟
ج:  هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَأَنَّ وُجُوْدَهُ بِذَاتِهِ لَيْسَ بِوَاسِطَةِ شَيْءٍ, وَأَنَّ وُجُوْدَهُ وَاجِبٌ لاَ يُمْكِنُ أنْ يَلْحَقَهُ عَدَمٌ.
Soal       Bagaimana cara meyakini Wujud (Keberadan) Allah  ?
Jawab    Hendaklah meyakini bahwa Allah itu ada, dan keberadaanNya DzatNya itu ada dengan sendirinya tanpa memerlukan wasilah atau perantara. Dan meyakini bahwa keberadaanNya itu wajib adanya, tidak mungkin Dia pernah tiada.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمْا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (سجدة: 4)

س: كَيْفَ اْلِاعْتِقَادُ بِالقِدَمِ للهِ تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَدِيْمٌ, أَعْنِى أَنَّهُ مَوْجُوْدٌ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَأَنَّهُ لَـمْ يُمْكِنْ مَعْدُوْمًا فِيْ وَقْتٍ مِنَ اْلأَوْقَاتِ وَأَنَّ وُجُوْدَهُ لَيْسَ لَهُ أَوَّلٌ بِخِلَافِ عُمَرَ مَثَلًا فَوُجُوْدُهُ لَهُ أَوَّلٌ وَهُوَ خَلْقُ النُّطْفَةِ الَّتِي خَلَقَ مِنْهَا.
Soal     Bagaimana cara meyakini Dahulu (Qidam) nya Allah ?
Jawab  Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Maha Dahulu adaNya, yakni   Allah   itu   ada   sebelum   adanya   sesuatu   selainNya,   dan bahwasanya Dia tidak terikat waktu dan keberadaanNya tanpa awal

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ( الحديد: 3)
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin[1452]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
[1452]. Yang dimaksud dengan: Yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, Yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, Yang Zhahir ialah, Yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan Yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal

س: كَيْفَ اْلِاعْتِقَادُ بالبقاء لله تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى بَاقٍ, وَأَنَّ بَقَاءَهُ لَيْسَ لَهُ نِهَايَة فَمَعْنَى كَوْنه تَعَالَى بَاقِيًا أَنَّهُ لَا آخِر لِوُجُوْدِهِ
Soal       Bagaimana cara meyakini Kekekalan (Baqa') Allah ?

Jawab  Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat yg kekal abadi dan kekekalanNya tersebut tanpa batas akhir. Dan hendaklah meyakini bahwasanya Dia tidak pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah bersifat tiada pada pada waktu tertentu (kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu).


وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (القصص: 88)
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.


س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَتِهِ تَعَالَى لِلْحَوَادِثِ, أَيِ اْلـمَخْلُوْقَاتِ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى لَايُشَابِهُهَ شَيْءٌ: لَا فِيْ ذَاتِهِ وَلَا فِيْ صِفَاتِهِ وَلَا فِيْ أَفْعَالِهِ.
Soal       Bagaimana  cara  meyakini  bahwa  Allah  itu  bersifat  Mukholafatu  Lil Hawaadits (Berbeda dengan segala hal yg baru / makhluk )?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah tidak menyerupai sesuatu pun, baik DzatNya, sifatNya maupun perbuatanNya

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِمُخَالَفَةِ ذَاتِهِ سُبْحَانَهُ لِلْحَوَادِثِ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ ذَاتَ اللهِ سُبْحَانَهُ وتَعَالَى لاَ تُشَابِهُ شَيْئًا مِنَ اْلـمَخْلُوْقَاتِ بِوَجْهِ مِنَ اْلوُجُوْهِ, فَكُلُّ مَا تَرَاهُ أَوْ يـَخْطُرُ بِبَالِكَ, فَاللهُ لَيْسَ كَذَالَكَ, (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ)
Soal       Bagaimana  cara  meyakini  bahwa  Dzat  Allah  itu    berbeda  dengan segala hal yg baru / makhluk ?
Jawab    Hendaklah meyakini bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan makhluk ciptaanNya, berupa wajah misalnya. Segala hal yang kita lihat atau bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah seperti bayangan tersebut.   Laitsa   Kamitslihi   Syaiun   (Tiada   satupun   yg   serupa denganNya)

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشورى:11)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, 11)

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِأَنَّ صِفَاتِهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مـُخَالِفَةٌ لِصِفَاتِ اْلحَوَادِثِ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ عِلْمَ اللهِ تَعَالَى لَايُشَابِهُ عِلْمَنَا, وَأَنَّ قُدْرَتَهُ لَايُشَابِهُ قُدْرَتَنَا, , أَنَّ إِرَادَتَهُ لَايُشَابِهُ إِرَادَتَنَا, وَ أَنَّ حَيَاتَهُ لَايُشَابِهُ حَيَاتَـنَا, وَأَنَّ سَمْعَهُ لَايُشَابِهُ سَمْعَنَا, وَأَنَّ بَصَرَهُ لَايُشَابِهُ بَصَرَنَا, وَأَنَّ كَلَامَهُ لَايُشَابِهُ كَلَامَـنَا.
Soal       Bagaimana cara meyakini bahwa Sifat Allah itu  berbeda dengan sifat segala hal yg baru / makhluk ?
Jawab    Hendaklah meyakini bahwasanya 'ilmu (pengetahuan) kita tidak sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan) kita tidak   sama dengan kekuasaan Allah, Iradah (kehendak)   kita tidak sama dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup)   kita tidak sama dengan sifat hidupnya Allah, sifat mendengar (Sama')  kita tidak sama dengan sifat mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran Allah  dan Kalam (sifat berbicara)  kita tidak sama dengan sifat kalam Allah.

س: كَيْفَ اْلاِعْتِقَادُ بِأَنَّ أَفْعَالَ اْلـمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  مُخَالَفَةٌ لِأَفْعَالِ اْلحَوَادِثِ ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ أَفْعَالَ اْلـمَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَا تُشَابَهُ أَفْعَالَ شَيْءٍ مِنَ اْلـمَوْجُوْدَاِت. لِأَنَّ المـَوْلَى سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَفْعَلُ اْلأَشْيَاءَ بِلَا وَاسِطَةٍ وَلَا آلَةٍ "إِنَّمَا أَمْرُهُ اِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ" وَأَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا لِاحْتِيَاجِهِ إِلَيْهِ, وَأَنَّهُ لَا يَفْعَلُ شَيْئًا عَبَثًا أَيْ بِغَيْرِ فَائِدَةٍ لِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  حَكِيْمًا.

Soal   Bagaimana cara meyakini bahwa Perbuatan  Allah itu  berbeda dengan perbuatan segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab   Hendaklah kita meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata'ala  tidak  serupa  dengan  perbuatan  makhluqNya,  karena  Dia dalam berbuat sesuatu tidak membutuhkan perantara maupun alat. Firman Allah dalam surat yasin  Ayat 82 :
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Dan hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti karena Dia membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau tanpa guna, karena Dia bersifat Maha Bijaksana.

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِقِيَامِهِ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ  أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لاَ يـَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلأَشْيَاءِ: فَلَا يَحْتَاجُ إِلَى مَكَانٍ وَلَا إِلَى مَحَالٍ وَلَا إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلـمَخْلُوْقَاتِ أَصْلًا. وَكُلُّ شَيْءٍ مُحْتَاجٌ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
Soal       Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah  (Qiyamuhu Binafsihi) ?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala tidak membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah Subhaanahu Wata'ala
Al-ankabut 6
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“…..Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِحَيَاتِهِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى حَيٌّ وَأَنَّ حَيَاتَهُ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ كَحَيَاتِنَا: فَإِنَّ حَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ الدَّمِ وَالنَّفَسِ. وَحَيَاةُ اللهِ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ بِوَاسِطَةِ شَيْءٍ, وَهِيَ قَدِيْمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلْحَقُهَا اْلعَدَمُ وَالتَّغْيِرُ أَصْلًا.
Soal       Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah) ?
Jawab   Hendaklah  kita  meyakini  bahwasanya  Allah  Subhaanahu  Wata'ala Maha Hidup dan   bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita. Karena sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah dan nafas sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan  apapun.  Kehidupan  Allah  itu  bersifat  dahulu  (Qodim), kekal (Baqo') dan kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah sama sekali.

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا ( al-Furqan 58 )
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِوَحْدَانِيَةِ اللهِ تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى وَاحِدٌ لَيْسَ لَهُ شَرِيْكٌ وَلَا نَظِيْرٌ وَلَامُمَاثِلٌ وَلَا ضِدٌّ وَلَا مُعَانِدٌ.
Soal      Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha Esa) ?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Satu dan tidak memiliki teman atau sekutu. Tidak ada yg menyamai maupun menyerupaiNya. Tiada lawan yg sebanding maupun penggantiNya

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (( Al-Anbiyak 22
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (( Al-Ikhlas 1  Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
 س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بعلم الله تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالعلم وأنه بكل شيء عليم: يعلم الأشياء كلّها ظاهرها وباطنها, ويعلم عدد حبّلت الرمل وعدد قطرات الـمطر و أوراق الشجرو ويعلم السرّ وأخفى. لا تخفى عليه خافية, وعلمه ليس بمكتسب, بل يعلم الأشياء في الأزل قبل وجودها.
Soal       Bagaimana   cara   meyakini   bahwa   Allah   itu   bersifat   'Ilm   (Maha Berpengetahuan) ?
Jawab   Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu memiliki sifat Maha Berpengetahuan  dan  Dia  Maha  Mengetahui  segala  sesuatu. Mengetahui segala hal, baik yang tampak maupun yg tidak. Dia mengetahui jumlah pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia Mengetahui hal yg rahasia maupun yg jelas. Tidak ada yg bisa bersembunyi dari Nya. Dan hendaklah kita meyakini bahwasanya pengetahuan Allah itu tidak membutuhkan usaha meraihnya, namun pengetahuan Allah akan segala sesuatu itu telah ada sejak zaman azali sebelum sesuatu itu ada
Al-Baqarah 231
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“…Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Al-Hujurat 18
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بإرادة الله تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالإرادة وأنه مريد لايقع شيء إلا بإرادته: فأيّ شيء أراده كان, وأيّ شيء لم يريده فإنه لايمكن أَنْ يَكُوْنَ.
Soal       Bagaimana  cara  meyakini  bahwa  Allah     itu  Maha  Berkehendak (Iradah)?
Jawab  Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Iradah (Maha Berkehendak)  dan  Dia  lah  segala  tujuan,  tidak  ada  sesuatupun  yg dapat terjadi tanpa kehendak Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki maka akan terjadi dan apapun yg tiada dikehendakiNya, maka tidak mungkin akan ada atau terjadi.
س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بسمع الله تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالسمع وأنه يسمع كلّ شيء سرّا كان أو جهرا, لكنّ سمعه سبحانه وتعالى ليس كسمعنا فإنّ سمعنا بواسطة الأذن, وسمعه سبحانه ليس بواسطة شيء.

Soal       Bagaimana cara meyakini bahwa Allah  itu Maha Mendengar (Sama')?
Jawab    Hendaklah   kita   meyakini   bahwasanya   Allah   itu   bersifat   Maha
Mendengar dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu baik nampak atau pun yg tersembunyi. Namun, pendengaran Allah Subhanaahu Wata'ala tidak seperti pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat perantara berupa telinga sedangkan pendengaran Allah tanpa memerlukan perantara apapun.

Al-Maidah 76
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”


س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ ببصر الله تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى موصوف بالبصر وأنه بكل شيء بصير, يبصر حتّى النملة السوداء في الليلة الظلماء وأصغر من ذلك, لايخفى عن بصره شيء في ظاهر الأرض وباطنها, وفوق السماء وما دونها, لكن بصره تَعَالَى ليس كبصرنا: فإن بصرنا يكون بواسطة العين, وبصره تَعَالَى ليس بواسطة شيء.

Soal       Bagaimana cara meyakini bahwa Allah  itu Maha Melihat (Bashar)?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Melihat, dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga semut hitam kecil berjalan di malam gelap gulita sekalipun, bahkan yg lebih kecil dari itu (atom). Tidak ada yg dapat bersembunyi dari penglihatan Allah, baik yg ada di bumi maupun di luarnya, baik yg ada di langit maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan kita sebagai makhluk. Sesungguhnya penglihatan kita membutuhkan perantara  yakni  mata, sedangkan  penglihatan  Allah  tanpa membutuhkan alat perantara
Asy-Syura, 11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, 11)

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بكلامه الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ موصوف بالكلام وأن كلامه لايشبه كلامنا: فإن كلامنا مخلوق فينا وبواسطة آلة من فم ولسان وشفتين, وكلامه سُبْحَانَهُ ليس كذلك.
Soal       Bagaimana cara meyakini bahwa Allah  itu Maha Berbicara (Kalam)?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu bersifat Maha Berbicara. Akan
tetapi kalam Allah tidak sama dengan kita sebagai makhluk Nya. Sesungguhnya pembicaraan kita diciptakan dalam diri kita dan membutuhkan alat perantara berupa mulut, lidah serta kedua bibir. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti itu (tidak butuh alat perantara)
Annisa’ 164
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”


























Komentar

Postingan Populer