PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYUSUNAN MATERI PENGAJARAN BAHASA ARAB



PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYUSUNAN MATERI PENGAJARAN BAHASA ARAB

A.    Pendahuluan
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurilkulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.
Kurikulum, materi ajar, cara mengajar tidak ubahnya seperti kebutuhan manusia yang selalu bertambah terus sesuai dengan tuntutan masa, demikian pula dengan kurikulum atau materi ajar, kalau kita ingin materi ajar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan maka seyogyanya diadakan perubahan terus menerus paling tidak dalam jangka waktu tertentu, begitu juga halnya mempelajari bahasa asing seperti bahasa Arab jelas membutuhkan penyusunan materi yang inovatif supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
Materi ajar itu salah satu dari tiga unsur pokok menentukan berhasil tidaknya sebuah pembelajaran. Antara  pendidik, peserta didik dan materi ajar haruslah berjalan seirama maka akan dapat menghasilkan pembelajaran secara maksimal.
Pada kesempatan ini pemakalah akan menulis prinsip-prinsip penyusunan materi pembelajaran bahasa Arab yang diharapkan bisa memberikan sumbangsih keberhasilan pembelajaran bahasa asing tersebut.
B.    Pembahasan
  1.   Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Setelah mengetahui dan memahami berbagai pendekatan dan model yang dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum, kegiatan selanjutnya berkaitan dengan langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum tersebut. Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum tersebut terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.[1]
a.      Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan.[2] Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijaan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum, yaitu perumusan tujuan.
b.     Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Table di bawah ini memberikan rincian tentang struktur dari hierarki tujuan, dokumen tertulis, lembaga, dan  penanggung jawab ketercapaiannya.[3]

TUJUAN
DOKUMEN
LEMBAGA
PENANGGUNG JAWAB
Tujuan Nasional
UUD’45
MPR,DPR dan Presiden
Presiden
Tujuan Pendidikan Nasional
GBHN dan UUSPN
Depdiknas (Formal,Non- formal,dan informal)
Mendiknas
Tujuan Institusional
Kurikulum/GBPP
TK,SD,SMTP,SMU/SMK dan PT
Kepala Sekolah/ Direktur/ Rektor
Tujuan Kurikuler
Kurikulum/GBPP
Bidang Studi
Guru
Tujuan Instruksional
Rencana/ Persiapan Mengajar
Pembelajaran
Guru

c.      Pemilihan dan Pengorganisasian Materi
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan pengajaran dalm berbagai bentuknya. Ada beberapa jumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum, antara lain:
a. Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
b.Materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya (positif) dari generasi masa lalu.
c. Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
d.  Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang.
e. Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.[4]

d.     Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajr dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental-fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.


e.      Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
  1.   Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
          Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.[5]
  1. Prinsip-prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
               -   Prinsip relevan, ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,   yaitu relevan keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.
               - Prinsip Fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel.
               - Prinsip kontinuitas, yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti.
               - Prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.
               - Prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana, tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
b. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
  1.  Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
            2.    Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
3.     Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
4.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
5.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

3. Posisi buku ajar dalam proses pengajaran
Sungguhpun saat ini tekhnologi dan alat-alat media lainnya telah canggih namun buku ajar mempunyai posisi tersendiri dalam proses pengajaran untuk itu para pendidik disarankan untuk bisa menyusun materi ajar bagi pembelajaran bahasa Arab yang non Arab.
Buku juga merupakan salah satu alat pendidik, oleh karena itu dalam menyusunnya ada hal-hal yang harus diperhatikan:
1.     Tujuan yang akan dicapai
2.     Orang akan menggunakannya
3.     Untuk siapa akan digunakan
4.     Efektivitas penggunaanya[6]
Materi ajar atau buku sebagai unsur terpenting dalam pembelajaran juga merupakan penyempurnaan yang dapat menyempurnakan kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada pendidik. Ketika guru lemah dalam materi yang disampaikan maka buku menjadi sangat penting dalam pengajaran dan ia juga merupakan jembatan penghubung antara siswa dan pendidik.
4. Materi Pembelajaran
Telaah bahasa terfokus pada dua kajian, yaitu kompetensi dan performansi. Konsep kompetensi mengacu pada kegiatan pengkajian bahasa secara teoritis dan perumusan kaidah yang bersifat deskriptif, sedangkan performansi mengacu pada aplikasi kaidah tersebut dalam kegiatan komunikasi dan bersifat perseptif dan normative.[7]
Dewasa ini kegiatan pendidikan bahasa mengalami perubahan orientasi tujuan yang cukup berarti. Perubahan ini berimplikasi pada perubahan orientasi tujuan yang cukup berarti. Perubahan ini berimplikasi pada perubahan materi ajar. Menurut A. Chaeda Al-Wasilah (2002) diantara kompetensi yang perlu dimiliki oleh pembelajar bahasa ialah kemampuan memahami budaya penutur bahasa itu, dalam hal ini bahasa asing karena dalam kegiatan komunikasi, kemampuan lingusitik saja tidaklah memadai. Pengetahuan lignuistik dan cultural adalah dua hal yang berbeda. Komunikator yang yang baik mesti memiliki keterampilan bahasa asing dengan pengetahuan dan pengalaman culturalnya, secara tradisonal, pembelajaran bahasa diartikan sebagai penguasaan empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dan ada yang terpenting yang harus dimiliki yaitu pengetahuan budaya dari bahasa yang dipelajari dan kemapuan sastra.
Disamping materi tentang kebudayaan dan literature thingking tentu saja keterampilan berbahasa yang substansial perlu disampaikan kepada siswa agar memiliki keterampilan berinteraksi social, yaitu berkomunikasi secara lisan dan tulisan dalam situasi yang beragam dengan masyarakat dari latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Tentunya semua itu akan tercapai dengan memberi wadah, materi yang sesuai dan efektif.
5. Asas-asas kurikulum
Materi pembelajaran tentang empat keterampilan berbahasa, kebudayaan dan berfikir literate hendaknya diseleksi dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan siswa berbeda, serta mengacu kepada kurikulum dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut.
Kurikulum adalah acuan atau tempat berpijak untuk tujuan yang akan dicapai.[8] Tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya kurikulum yang baik. Mengingat pentignya kurikulum perlu difahami dengan baik oleh semua pelaksana pendidikan karena kurikulum berisi tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun dan yang digunakan dalam pelaksanaan dalam melaksanakan pembelajaran.
Ada beberapa landasan dalam kurikulum, diantaranya adalah :
1.     Asas teologis
Dalam menyusun materi ajar kita berusaha memakai istilah-istilah, dalil-dalil tentang ketuhanan bagi kita umat islam tentu kita ambil sumbernya dari al-Qur’an dan Sunnah dengan harapan anak didik akan bisa mengilhami alam fikiran mereka terbiasa dengan istilah –istilah agama serta akan terwujudnya generasi-generasi yang bertqwa kepada Allah yang maha esa.
2.     Asas Psikoekonomi
Dalam pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti hewan, dan benda karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis setiap individunya berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang social budaya, juga perbedaan dari factor-faktor yang dibawa sejak lahirnya. Setidaknya ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3.     Asas Filosofis
Filsafat dalam artian sebenarnya adalah cinta kebenaran yang merupakan rangkaian dari dua kata, philo (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan).[9] Dalam bahasa modern filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, yang mana diharapkan agar manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta. Sekolah bertujuan mendidik anak menjadi manusia yang baik dalam masyarakat tempat ia hidup. Perbedaan landasan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan. Karena hal ini menyangkut apa saja bahan pelajaran yang akan disajikan guna mencapai tujuan tersebut.
Pendidikan berarti perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian, jadi pendidikan berarti sebagai kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan usaha agar individu melanjutkan pendidikan. Tujuan pendidikan terletak pada proses pendidikan itu sendiri, yakni kemampuan dan keharusan individu meneruskan perkembangannya. Dalam penyusunan bahan ajar menurut Dewey hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1.     Bahan ajar hendakanya konkret, dipilih yang benar-benar berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetail
2.     Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan kegiatan yang lebih menyeluruh. Bahan pelajaran bagi anak tidak bisa semata-mata diambil dari buku pembelajaran, bahakan pelajaran harus berisikan kemungkinan-kemungkinan dan harus memberikan rangsangan pada anak-anak untuk bereksperimen.
4.     Aspek sosiologis/ social budaya
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan masyarakat.[10] Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum hendaknya merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon terhadap berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau yang diusulkan oleh beragam golongan dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipilah-pilah dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum. Kompleksitas kehidupan dalam masyarakat disebakan oleh :
a.      Dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam
b.     Kepentingan antar individu berbeda-beda
c.      Masyarakat selalu mengalami perkembangan[11]
Bila dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Arab, maka kita perlu mengambil keputusan dengan tepat, masyarakat membutuhkan belajar bahasa arab untuk apa, apakah untuk mempelajari ajaran-ajaran islam atau sarana komunikasi antar bangsa. Seandainya masyarakat membutuhkan bahasa Arab karena untuk tujuan dunia kerja tentu yang ditekan adalah kemampuan muhadasah dan seandainya masyarakat membutuhkan untuk mendalami ajaran Islam maka tentunya kemampuan gramatikal dan tarjamah perlu diberikan.
5.     Asas organisatoris
Asas ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.[12] Bagaimanan bahan pelajaran akan disajikan, apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di Indonesia, ataukah diusahakan adanya pelajaran yang diberikan dengan penghapusan segala mata pelajaran dalam bentuk kurikulum terpadu. Hal ini juga muncul dalam bahasa arab.
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang pertama pembelajaran bahasa kita harus melihat bahasa itu sebagai suatu kesatuan yang utuh, atau sebagai bagian terpisah dan masing-masing berdiri sendiri. Sedangkan Nazhariyah furu’ justru sebaliknya, dalam arti bahasa itu sendiri dari beberapa aspek, baik gramatik, morfologis, sintaksis, semantic, leksikal, stilistik yang harus diajarkan secara terpisah sesuai dengan cabang masing-masing.[13] Tampaknya landasan organistaor pengajaran bahasa Arab di Indonesia untuk tingkat madrasah ibtidaiyyah sampai dengan madrasah bahkan perguruan tinggi, menggunakan pendekatan Nazhariyyatu wahdah, sehingga pengajaran bahasa arab disajikan dalam bentuk satu kesatuan bidang studi. Dalam satu kesatuan bidang studi telah mencakup materi kaidah, qiraah, hiwar, dan imla’, sementara untuk jurusan tertentu di perguruan tinggi seperti pendidikan bahasa Arab dan bahasa satstra Arab menggunakan pendekatan Nazhariyatulfuru’ dimana materi-materi bahasa Arab disjaikan secara terpisah.
a.      Seleksi dan penganalisaan materi
Sebelum menyususn materi bahasa Arab ada beberapa pertanyaan dan hal yang perlu dijawab oleh penyusun materi, diantaranya : mengetahui perbedaan bahasa Arab bagi non Arab tidak sama materi bagi orang Arab, dan memperhatikan tingkat-tingkat bagi pemakai buku yang akan disusun. Dan beberapa pertanyaan yang mesti dijawab bagi penyususn materi. Untuk siapa buku dibuat, apa sumber dan rujukan membuat buku, teks apa saja yang dijadikan rujukan, bagaimana pemilihan mufradat dan tarkib serta memposisikan dalam buku sesuai dengan tingkatan pemakai buku dan lainnya, dari pertanyaan tersebut akan tergambar materi apa yang disusun dan keperluan apa yang dipenuhi.[14]
Materi pelajaran tentang empat keterampilan berbahasa, kebudayaan dan berfikir literal hendaknya diseleksi dengan memperhatikan karateristik siswa dan lingkungan siswa berada. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui materi tersebut. Pemilihan materi pembelajaran hendaknya didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu.
Prinsip penyusunan materi yang dimaksud adalah sekumpulan pekerjaan serta langkah-langkah yang dilaui seseorang dalam menyusun buku sebagaimana dia mampu mendesain buku ajar serta memilih materi ang cocok untuk disajikan dengan memperhatikan segala aspek sebelumnya ada tahapan dan fase-fase dalam penyusunan buku :
1.     Fase pemaparan
2.     Fase pemetaan
3.     Fase pengumpulan teks
4.     Fase awal
5.     Fase penulisan selanjutnya
6.     Fase seleksi menyeluruh
7.     Fase pencetakan
8.     Fase kritikan
9.     Fase revisi setelah ada kritikan
10.  Fase pengembangan
Fase itulah yang akan dilakukan oleh penyusun materi kemudian memperhatikan prinsip seebgai berikut :
1.     Kebenaran materi, sangatlah penting untuk membekali anak-anak dengan pembelajaran yang benar. Guru hendaknya senantiasa berupaya menjuahkan aspek-aspek kekeliruan dalam pemebelajaran beberapa kajian psikologis menegaskan bahwa sangatlah sulit melepaskan kekeliruaan yang tertanam dalam diri siswa melalui kegiatan pemebelajaran, untuk itu materi pembelajaran harus dirancang dan diperiksa sedemikian rupa agar tidak keliru dan menyulitkan.
2.     Kesesuaian materi dengan tingkat intelektual siswa. Materi tidak boleh berada diatas jangkauan penalaran siswa, sehingga menyulitkan mereka dalam memahaminya dan jangan pula terlampau mudah sehingga tidak menarik perhatian siswa, misalnya mengalami kesulitan untuk memahami konsep waktu dalam verb dalam bahasa Arab, karenanya hal itu tidak sepatutunya disajikan pada kelas permulaan. Materi-materi tersebut dapat diambil dari buku acuan yang telah ada, adakalanya penyusun mengambil keseluruhan atau mengambil sesuai dengan kebutuhan.
3.     Hendaknya materi pelajaran disesuaikan dengan lingkungan siswa dimana ia hidup. Siswa yang duduk di kelas permulaan tidak perlu disuguhi gambar negeri Arab, tapi sebaiknya disuguhi topik tentang diri dan keluarganya setiap hari yang ia jumpai.
4.     Pemilihan materi juga harus diselaraskan dengan alokasi waktu. Materi jangan terlalu panjang, sehingga membosankan siswa dan menyulitkan mereka, sebaliknya materi jangan terlalu pendek sehingga mereka dapat memahaminya dalam waktu singkat dan waktu tersisa digunakan secara tidak produktif
5.     Hendaknya materi disusun dalam urutan yang logis. Setiap bagian harus benar-benar berkaitan dan bertaut serta terlihat jelas.
6.     Materi hendaknya terbagi kedalam unit-unit. Setiap unit merupakan kumpulan unit-unit lebih kecil  dari pada unit utama. Tujuan dan pembagian materi kedalam bebrapa unit ini adalah agar pertama-tama guru dapat merancang kegiatannya dan agar guru dapat membagi materi dan kurikulum kedalam satuan alamiah yang logis sebagai kegiatan harian  mingguan, semesteran.
7.     Materi pembelajaran baru hendaknya dikaitkan dengan pelajaran yang lama, sebaliknya guru menjadikan kesulitan pada pelajaran yang lalu sebagai bahan penyampai pelajaran baru.[15]
C.    Kesimpulan
Belajar bahasa asing berbeda dengan pembelajaran bahasa ibu, untuk itu materi yang diberikan harus diperhatikan agar tidak menyulitkan dan menjadikan pembelajaran yang membosankan. Buku-buku yang dihasilkan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan latar belakang social peserta didik. Sehingga pembelajaran dengan mudah cepat tercapai. Untuk penyusun materi pembelajaran mesti harus mempertimbangkan hal-hal dan prinsip-prinsip penyusunan, serta menjadikan kurikulum sebagai acuan agar sesuatu yang diajarkan sesuai dengan yang ditetapkan serta materi yang disajikan memiliki efektif dan efesien.


[1] Asep Herry Hernawan,  Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Remaja Rosda Karya, 2004), h. 656  

[2] Ibid
[3] Ibid, h. 657
[4] Ibid, h.658
               [5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Edisi 1 Universitas Terbuka, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 149

[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Gravindo Persada, 2005), h. 27
[7] http;/www.neel/sdr/areas//
[8] Muh. Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah,  (Bandung: Sinar Baru, 1985), h. 8
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Samapi Capra, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 9
[10] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat press, 2002), h. 35
[11] Abdul Majid, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum, (Bandung : Remaja Kosda Karya, 2004), h. 56
[12] Muhammad  Zein, Asas dan Perkembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Subangsih Offset, tt), h. 20
[13] Abdul Alim Ibrahim, al Muwajjah al-Fanny lil Mudarisi al-Lughah al Arabiyah, (Kairo: Dar al- Maarif, 1961), h. 50-51
[14] Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan, I’dad Mawad Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah Lighairi natiqina biha, (al-Riyad : Muassasah al Wakfu Islamiyu, 1428), h. 35
[15] Ibid, h. 36

Komentar

Postingan Populer