MAKALAH DALALAH - SEMANTIK 2012 | PASCA IAIN IB
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan
alat komunikasi manusia yang tidak
terlepas dari arti atau makna pada
setiap perkataan yang di ucapkan. Semantik merupakan
salah satu cabang ilmu yang
dipelajari dalam studi linguistik yang membicakan makna yaitu makna kata dan
makna kalimat.
Bahasa merupakan
sistem komunikasi yang amat penting bagi
manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti
atau makna pada setiap perkataan yang di ucapkan. Sebagai suatu unsur yang
dinamik, bahasa senantiasa di analisis dan dikaji dengan menggunakan berbagai
pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengkaji bahasa ialah pendekatan semantik.
Semantik merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan. Semantik
merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna. Semantik merupakan satu cabang kajian falsafah yang kemudiannya
diangkat oleh disiplin linguistik sebagai salah satu dari pada komponen bahasa
yang utama selain sintaksis, morfologi dan fonologi. Ada yang merasakan bahwa
kajian semantik seharusnya menjadi fokus utama dalam linguistik karena peranan
utama bahasa adalah untuk mengungkapkan sesuatu yang bermakna.
Dalam ilmu
linguistik, terdapat beberapa pendekatan dalam kajian semantik seperti
semantik struktural, semantik berasaskan kebenaran, semantik formal dan juga
semantik kognitif.
Setiap pendekatan
mempunyai beberapa teori. Secara umum, semantik struktural mengkaji makna
sebagai satu sistem dalam bahasa. Semantik bersyaratkan kebenaran
(truth-conditional semantics) mengaitkan makna dengan suatu kebenaran sesuatu
proposisi semantik berasaskan kebenaran
sering dikaitkan dengan sematik formal yang mengambil pendekatan menguraikan
makna secara formal dan logikal dengan menggunakan perlambangan operasi
matematikal. Semantik kognitif menguraikan makna dengan berpandukan kepada
sistem kognitif dan menyamakan makna dengan konsep.
Semantik mengandung
pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari
bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Semantik
Pandangan yang
bermacam-macam dari para ahli menjadikan para ahli memiliki perbedaan dalam
mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru
diharapkan dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupan
nya, diantaranya adalah:
a. Charles Morrist
Mengemukakan bahwa
semantik menelaah “hubungan-hubungan, tanda-tanda dengan objek-objek yang
merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
b. J.W.M Verhaar
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantic)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang
menyelidiki makna atau arti.
c. Lehrer
Semantik adalah
studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat
luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga
dapat duhubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
d. Kambartel
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari
struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam
pengalaman dunia manusia.
e. Ensiklopedia britanika
Semantik adalah studi tentang hubungan antara
suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam
aktifitas bicara.
f. Dr. Mansoer Pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang
membicarakan makna.
g. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang
arti, yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi,
gramatikal, dan semantik).
Semantik mengandung pengertian studi tentang makna
dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, makna semantik
merupakan bagian dari linguistik.
Semantik sebenarnya merupakan ilmu tentang makna,
dalam bahasa inggris disebut meaning. Kata semantik sendiri berasal dari bahasa
yunani yaitu sema (kata benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”. Kata
kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Kemudian
semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik
untuk mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan sesuatu yang
ditandainya.
2. Teori medan makna
Banyak teori yang dikembangkan oleh pakar
linguistik tentang kajian semantik, namun pada makalah ini hanya membahas teori
medan makna dan analisisnya.
Pembahasan mengenai medan makna meliputi beberapa
substansi yakni pengertian medan makna, fungsi teori medan makna, hubungan
sintagmatik, hubungan paradigmatik, identifikasi kata berada pada satu bedan
makna, dan kelebihan serta kelemahan teori medan makna. Penjelasan mengenai
substansi-substansi medan makna sebagai berikut:
a. Pengertian Medan Makna
Medan makna merupakan salah satu metode atau
pendekatan untuk menganalisa makna yang terdapat pada kata atau unsur leksikal.
Teori ini dikemukakan oleh trier dan pakar-pakar linguistik lainnya dengan
sebutan yang berbeda-beda. Chaer menyatakan bahwa medan makna (semantic field,
domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian
dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang
direalisasikan seperangkat unsur leksikal
yang maknanya berhubungan.[1]
Menurut Umar, medan makna (al-haqlu ad-dillali)
merupakan seperangkat atau kumpulan kata yang maknanya saling berkaitan.[2]
Teori ini menegaskan bahwa agar kita memahami
makna suatu kata, maka kita harus memahami pula kesimpulan kosa kata yang maknanya berhubungan.
Berdasarkan pada penjelasan di atas kita dapat mengambil contoh nama
warna-warna, nam-nama perabot, atau nama-nama istilah pelayaran yang dapat
membentuk medan makna tertentu.
Dalam kaitannya dengan medan makna ini, para
pencetus teori ini, lyon misalnya berpendapat bahwa:
1) Setiap butir leksikal hanya
ada pada satu medan makna
2) Tidak ada butir leksikal yang
tidak menjadi anggota pada medan makna tertentu
3) Tidak ada alasan untuk
mengabaikan konteks
4) Ketidak mungkinan kajian
terhadap kosa kata terlepas dari struktur.[3]
Dalam bahasa arab, kata الاَلْوَانُ mempunyai sederetan kata yang maknanya berhubungan, yaitu أَحْمَرٌ
“merah”,أَزْرَقٌ
“Biru”أَصْفَرٌ “kuning” أَحْضَرٌ“hijau”أَبْيَضٌ “putih”. Kita juga mengenal istilah kekerabatan pada
bahasa indonesia, misalnya anak,
cucu, cicit, puit, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi,
saudara, kakak, adik, sepupu, kemanakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu,
dan besan.
Beberapa
contoh identifikasi medan makna dalam bahasa arab yang dikemukakan Umar:
1. أشياء حية – حيوان –
حشرة – حيوان يمشي على أربع .....
2.
طائرة – صفر – حمامة
b. Hubungan Sintagmatik dan
Paradigmatik
Kata-kata yang berada dalam satu lingkup medan
makna memiliki sebuah hubungan. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan
sintagmatik ataupun hubungan paragmatik. Hubungan sintagmatik juga dapat
disebut dengan hubungan kolokasi. Kolokasi sendiri berasal dari bahasa latin colloco
yang berarti ada ditempat sama. Hubungan makna ini juga disebut hubungan in
parasentia. Misalkan saja, kata-kata dokter, perawat, jarum suntik, dan
bangsal. Kata-kata tersebut berada dalam satu kolokasi atau satu ruang lingkup
yaitu pembicaraan mengenai rumah sakit. Contoh lain, kata-kata dosen,
mahasiswa, kampus, dan mata kuliah berkolokasi dalam pembicaraan mengenai
perkuliahan.[5]
Dalam pembagian mengenai jenis makna juga terdapat
jenis makna kolokasi. Makna kolokasi ini adalah makna kata dalam kaitannya
dengan kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah kontruksi atau
lingkungan kebahsaan. Contohnya cantik dan tampan. Keduanya adalah dua kata
yang berada dalam satu lingkup bahasa karena sama-sama menunjukkan keindahan. Namun,
dua kata tersebut tidak bisa digabungkan dengan msing-masing pasangan dari dua
kata tersebut. Pasangan cantik adalah perempuan sedangkan tampan adalah
pasangan laki-laki. Maka tidak bisa dikatakan laki-laki cantik dan perempuan
tampan.
Berkaitan dengan hubungan sintagmatik ini, Umar
memberikan contoh-contoh sebagai berikut:
1. كلب – نباح 4. طعام
2. يرى – عين
5. أشفر - شعر
3. يسمع – أذن 6. فرش - صهيل[6]
c. Identifikasi Kata Berada
Pada Satu Medan Makna
Cara mengidentifikasi
makna menggunakan teori medan makna sebagai berikut:
1) Tentukan kata yang akan di
identifikasi, misalnya surat
2) Hubungan dengan kata-kata
yang lain, misalnya tukang pos, prangko, dan wesel
3) Simpulkan medan makna,
misalnya pembicaraan kantor pos.
Maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kata surat, tukang pos, prangko, dan wesel berada pada satu
medan makna yaitu pembicaraan mengenai kantor pos.
d. Kelebihan Dan Kelemahan
Serta Fungsi Teori Makna
Umar menyatakan agar kita dapat memahami makna
suatu kata, maka kita harus memahami pula sekumpulan kosa kata yang maknanya
berhubungan. Oleh karena itu teori medan makna tidak hanya membantu kita untuk
memahami makna suatu kata, namun juga memahami kata-kata lain yang berhubungan
dengan kata tersebut. Maka kata pemahaman kita mengenai katakata tersebut lebih
luas.
Namun teori medan juga memilki kelemahan karena
tidak adanya upaya bagaimana mengidentifikasi ciri atau sifat yang lebih
terperinci mengenai suatu kata. Teori medan makna hanya sebatas membantu kita
untuk menggolongkan kata tersebut sehingga mengerti ruang lingkupnya.
3.
Ruang
Lingkup Dilalah
Menurut
Ahmad Muhammad Qadur, Ruang lingkup ilmu dalalah/Simantik adalah studi makna
yang meliputi kosa kata dan tarkib. Meskipun demikian pemahaman utamanya adalah
pengkhususan lapangan ilmu simantik pada studi tentang kosa kata serta semua
masalah yang berkaitan dengannya.[7]
Dilihat
dari perspektif metode linguistic historis dan deskriptif, ‘ilm al-dilalah
dibagi menjadi dua yaitu ‘ilm al-dilalah al-tarikhi dan (simantik historis) dan
‘ilm al-dilalah al-wasfi (simantik deskriptif). Yang pertama mempelajari
perobahan makna dari masa ke masa, sedangkan yang ke dua mempelajari makna pada
kurun waktu tertentu dalam sejarah suatu bahasa. Ferdinan De Sausure menyebut
yang pertama dengan studi diaktorik yang menkaji tentang
perohan-perobahan makna (makna yang berobah), sedangkan yang ke dua disebut sinkronik
yang mengkaji tentang hubungan-hubungan makna (makna yang tetap) dari suatu
bahasa dalam kurun waktu tertentu.
Adapun
ruang lingkup kajian ‘ilm al-dilalah berkisar pada:
1.
Bahasa
2.
Kata dan
makna (ad-daal wa ad-madluul)
3.
Perkembangan
makna, sebab dan kaidahnya, hubungan kontekstual dan sutuasional dalam
kehidupan, ilmu dan seni
Kiasan (majaz)
Semantic dapat mencakup bidang yang
lebih luas, baik dari segi struktur dan fungsi bahasa maupun dari segi
interdisiplin bidang ilmu. Akan tetapi ruang lingkup semantic berkisar pada
hubungan ilmu makna itu sendiri pada linguistic, walaupun factor nonlinguistic
mempengaruhi berbagai fungsi bahasa (emotif dan afektif)
Makna dapat diteliti melalui fungsi
, dalam pemahaman fungsi hubungan antar unsure ( struktur hubungan antar
unsur strukturalisme de Saussure). Dengan demikian, dapat dapat mengenal
berbagai makna, antara lain makna leksikal dan makna gramatikal serta makna
kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana sehingga ruang lingkup semantic
meliputi semua tataran bahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan wacana.
Berikut ruang lingkup kajian
semantic sebagai sebuah disiplin ilmu antara lain :[8]
1.
Pengertian semantic
2.
Jenis semantic
3.
Kedudukan semantic dalam semiotika
4.
Hubungan semantic dengan disiplin ilmu lain
5.
Pengertian makna
6.
Jenis-jenis makna
7.
Perubahan makna
8.
Hubungan makna dalam gaya bahasa, peribahasa, dan ungkapan
9.
Hal-hal yang berkaitan dengan relasi makna, seperti antonym, hiponim, homonym,
polisemi, sinonim, dan medan makna; dan
10. Cara
menganalisis makna.
Berikut adalah penjelasan ruang lingkup
semantic yang telah disebutkan diatas.
- Pengertian Makna
Kata “meaning” sesuai dengan
verba “mean” merupakan istilah yang paling banyak dipermasalahkan dalam
bahasa Inggris, dan tampaknya pengertian daripada makna itu sendiri sangat
membingungkan para ahli semantik.
Kata makna sebagai istilahmengacu
pada pengertian yang sangat luas. Sebagian orang menganggap bahwa makna sejajar
dengan istilah arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud dan
lain sebagainya.
Ada tiga hal yang dicoba jelaskan
oleh filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna.
Tiga hal tersebut antara lain menjelaskan makna secara alamiah, mendeskripsikan
kalimat secara alamiah dan menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson
1977). Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari
segi kata, kalimat dan apa yang dibutuhkan dalam berkomunikasi. Selain itu, Grice
(1957 dalam Bollinger 1981) menyatakan bahwa makna ialah hubungan bahasa dan
dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga
dapat saling mengerti.
Untuk memahami apa yang disebut
makna atau arti. Dapat pula mengikuti pandangan menurut Ferdinand de Saussure,
yang merupakan bapak linguistic modern dengan teori tanda linguistiknya.
Menurut de Saussure setiap tanda linguistic atau tanda bahasa terdiri dari du
komponen yaitu komponen signifian atau “yang mengartikan” , dan komponen
signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep
(yang dimiliki signifian). Jadi dengan kata lainstiap tanda linguistic teridiri
atas unsure bunyi dan unsur makna. Dengan demikian, menurut teori yang
dikembangkan dari pandangan de Saussure bahwa makna adalah “pengertian” atau
“konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistic.
- Jenis-jenis Makna
Palmer (1976:34) mengemukakan
jenis-jenis makna antara lain makna kognitif, makna ideasional, makna denotasi,
dan makna proposisi. Sedangkan Shipley, Ed (1962:261-262) berpendapat bahwa
jenis-jenis makna yaitu makna emotif, makna kognitif atau makna deskriptif,
makna referensial, makna kamus, makna samping dan makna inti.
Verhaar (1983: 151) mengemukakan
istilah makna gramatikal dan makna leksikal. Sedangkan Bloomfield (1933:151)
mengemukakan istilah makna sempit dan makna luas. Kemudian Leech (1976)
menyebutkan tujuh tipe makna, antara lain makna konseptual , makna konotatif,
makna stilistika, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif dan makna
tematik.
Jenis dan tipe makna dapat dibedakan
berdasarkan beberapa criteria dan sudut pandan. Berdasarkan jenis semantiknya
dapat dibedakan antara lain makna leksikal dan grmatikal, berdasarkan ada
tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna
referensial dan non referensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada
sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan konotatif,
berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna makna
istilah atau makna khusus dan makna umum.
- Perubahan Makna
Perubahan makna meliputi pelemahan,
pembatasan, penggantian, penggeseran, perluasan dan juga kekaburan makna.
Perubahan kata dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain perubahan kata
drai bahasa lain, akibat pertukaran tanggapan alat indera, akibat perubahan
lingkungan. Perubahan makna dapat terjadi karena gabungan leksem, akibat
tanggapan pemakai bahasa, dan perubahan makna akibat asosiasi pemakai bahasa
terhadap sesuatu. Factor yang memudahkan perubahan makna dapat terjadi yaitu
karena kebutulan (makna yang terjadi karena kebetulan), kebutuhan baru, tabu (
kata itu tabu dikatakan karena makna yang terkandung pada kata itu tidak begitu
saja dilafalkan atau mengakibatkan malapetaka jika dilafalkan).
Menurut Ullmann (1972:192-197) ada
factor yang memudahkan perubahan makna antara lain yaitu bahasa yang
berkembang, makna kata itu esndiri kabur atau samar-samar maknanya, kehilangan
motivasi, adanya kata-kata bermakna ganda, dalam konteks yang membingungkan
serta struktur kosa kata.
C.
KESIMPULAN
Ruang
lingkup ilmu dalalah/Simantik adalah studi makna yang meliputi kosa kata dan
tarkib. Meskipun demikian pemahaman utamanya adalah pengkhususan lapangan ilmu
simantik pada studi tentang kosa kata serta semua masalah yang berkaitan
dengannya.
Dilihat
dari perspektif metode linguistic historis dan deskriptif, ‘ilm al-dilalah
dibagi menjadi dua yaitu ‘ilm al-dilalah al-tarikhi dan (simantik historis) dan
‘ilm al-dilalah al-wasfi (simantik deskriptif). Yang pertama mempelajari
perobahan makna dari masa ke masa atau studi diaktorik yang menkaji
tentang perohan-perobahan makna (makna yang berobah)
Sedangkan
yang ke dua mempelajari makna pada kurun waktu tertentu dalam sejarah suatu
bahasa atau disebut sinkronik yang mengkaji tentang hubungan-hubungan
makna (makna yang tetap) dari suatu bahasa dalam kurun waktu tertentu.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Ainin, Moch
Dan Asrori, Imam,
Semantik Bahasa Arab. Malang: FS UM. 2008.
Chaer, Abdul, Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta. 1990.
Mukhtar Umar, Ahmad, Ilmu dalalah, kairo, alam al-kutub, 1993.
Muhammad, Ahmad Qadur, Mabaadi’
al- Lisaaniyat, Bairut: Dar al-Fikr al- Mazhir, 1996.
http://poetrirahayoe.blogspot.com/2013/01/semantik.html/ sabtu/26
Oktober 2013
Komentar
Posting Komentar