MAKALAH DALALAH- MACAM-MACAM MAKNA 2012 || PASCA IAIN IB
MACAM-MACAM MAKNA
I.
PENDAHULUAN
Kajian makna kata dalam suatu bahasa tertentu menurut
sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang bertugas
semata-mata untuk meneliti makna kata, sebagaimana asal mulanya,
bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan
makna dalam sejarah bahasa. Banyak bidang ilmu lain yang mempunyai sangkut-paut
dengan semantik, oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung
dalam pemakaian bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran
dan maksud dalam masyarakat. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan
dan mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa.
Ullman (1972) berpendapat, apabila seseorang
memikirkan maksud suatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau
sebaliknya. Hubungan antara dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir
makna, oleh karena itu walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan
dapat berbeda.[1]
Dari begitu kompleknya pembahasan makna dalam semantik, pemakalah hanya akan
membahas salah satu bagian penting dari pembahasan makna yaitu jenis-jenis
makna.
II.
JENIS-JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan
dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi
bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama
jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik
atau semantik. Banyak orang mengira bahwa makna cukup dengan menjelaskan sebuah
kalimat atau kata. Para ilmuan telah membedakan antara jenis-jenis makna dengan
menjelaskannya terlebih dahulu daripada batasan-batasan makna suatu kalimat.
A. Jenis-jenis Makna Menurut Muhammad Mukhtar Umar
Dr. Muhammad Muhktar ‘Umar telah mengklasifikasikan
jenis-jenis makna ke dalam lima jenis di antaranya sebagai berikut[2]:
1.
Makna Dasar/Asasi (المعنى الأساسى).
Makna ini sering disebut juga sebagai makna awal (المعنى الأولى), atau makna utama (المعنى المركزى),
makna gambaran (المعنى التصورى),
atau makna pemahaman/conceptual meaning (المعنى المفهومى), dan makna kognitif (المعنى الإدراكي).
Makna ini merupakan makna pokok dari suatu bahasa. Contohnya kata “wanita” memiliki makna konseptual “manusia, bukan laki-laki, baligh (dewasa)”.
2. Makna Tambahan (المعنى الإضافي
أو العرضي أو الثانوي أو التضمني), yaitu makna yang ada di luar
makna dasarnya. Makna ini dapat dikatakan sebagai makna tambahan dari makna
dasar namun makna ini tidak tetap dan perubahannya menyesuaikan dengan waktu
dan kebudayaan pengguna bahasa.
Contohnya kata “wanita”
yang memiliki makna dasar “manusia bukan lelaki yang dewasa”. Jika kata ini
ditambahi dengan makna tambahan, maka banyak sekali makna yang akan timbul dari
kata tersebut. Misalnya jika kata
“wanita” dimaknai oleh sebuah kelompok dengan “makhluk yang pandai memasak dan
suka berdandan”, maka inilah makna tambahan yang keluar dari kata “wanita”
tersebut. Atau jika “wanita” dimaknai dengan “makhluk yang lembut perasaannya,
labil jiwanya, dan emosional”. Kedua makna tambahan ini tidak berlaku tetap
sebagai makna tambahan dari kata “wanita”. Apabila suatu kelompok pada zaman
tertentu menggunakannya maka makna tambahan itu masih berlaku. Namun jika makna
itu sudah tidak dipakai lagi, maka makna tambahan itu tidak berlaku.
Contoh
lainnya: احمر = merah adalah sebagai makna
denotatifnya dan makna konotatifnya “berani”
3. Makna Gaya Bahasa/Style (المعنى الإسلوبي),
yaitu makna yang lahir karena penggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa
dapat dilihat dalam bahasa sastra, bahasa resmi, bahasa pergaulan, dan lain
sebagainya. Perbedaan penggunaan bahasa menimbulkan gaya yang berbeda dengan
makna yang berbeda pula. Dalam bahasa sastra sendiri memiliki perbedaan gaya
bahasa seperti gaya bahasa puisi, natsr, khutbah, kitabah, dan lain sebagainya.
Kata daddy
digunakan untuk panggilan mesra kepada sang ayah, sedangkan father
digunakan sebagai panggilan hormat dan sopan kepada sang ayah. Kedua kata ini
ternyata berpengaruh terhadap penggunaan bahasa yang bermakna ‘ayah’ dalam
bahasa Arab. Kata الولد – والدي digunakan sebagai bahasa sopan dan
hormat.
4.
Makna Nafsi (المعنى النفسي)
atau makna objektif, yaitu makna yang lahir dari suatu lafadz atau kata sebagai
makna tunggal.makna ini hanya bagi seseorang saja (makna pribadi).
5.
Makna Ihaa’i (المعنى الإيحائي),
yaitu jenis makna yang berkaitan dengan unsur lafadz atau kata tertentu
dipandang dari penggunaannya. Dalam makna ini memiliki tiga pengaruh di
antaranya sebagai berikut:
1. Pengaruh suara (fonetis)/ intonasi, contohnya seperti
suara-suara hewan yang menunjuk langsung pada hewan itu. Kata yang sama bisa berobah
disebabkan berbeda intonasi.
2. Pengaruh perubahan kata (sharfiyah) berupa akronim
atau singkatan. Contohnya بسمله singkatan dari بسم الله
الرحمن الرحيم.
3. Pengaruh makna kiasan yang digunakan dalam ungkapan
atau peribahasa.
B. Jenis-jenis Makna Menurut Geoffrey Leech
1. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna
konotatif terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contoh: kata wanita
dan perempuan, wanita termasuk ke dalam konotatif posif sedangkan kata
perempuan mengandung makna konotatif negatif.
2. Makna Stilistik
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan
adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Contoh: rumah, pondok, istana,
keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi.
3. Makna Afektif
Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara
terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif akan
lebih nyata ketika digunakan dalam bahasa lisan. Contoh: ”tutup mulut kalian !”
bentaknya kepada kami. Kata tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
4. Makna Refleksi
Makna refleksi adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa
yang dia lihat. Contoh:
kata aduh, oh, ah, wah, amboi, astaga,
5. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu
yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata
tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.
Jadi makna kolokatif harus sepadan dan pada tempatnya. Contoh: kata tampan
identik dengan laki-laki, kata gadis identik dengan cantik.
6. Makna Konseptual
Makna Konseptual, yaitu
makna yang menekankan pada makna logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna
‘denotatif’ atau ‘kognitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang amat
kompleks dan rumit, namun dapat dibandingkan dan dihubungkan dengan susunan
yang serupa pada tingkatan fonologis maupun sintaksis.
7. Makna Tematik
Makna Tematik, yaitu
makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya,
dalam arti urutan, fokus dan penekanan. Nilai komunikatif itu juga dipengaruhi
oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Contohnya sebagai berikut:
Apakah yang diajarkan
oleh dosen itu? Dan
Oleh siapakah semantik
diajarkan?
Kalimat yang pertama
ingin lebih mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih
menekankan siapakah subjeknya.
C.
Jenis-jenis Makna
Menurut Abdul Chaer
Abdul Chaer berpendapat bahwa jenis-jenis makna itu
terbagi menjadi beberapa jenis makna, yaitu[4]:
1. Makna Leksikal
Makna
leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita,
makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus
adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem “Kuda” memiliki
makna sejenis binatang.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah
makna yang terjadi setelah proses gramatikal (Afikasi, Reduplikasi,
Kalimatisasi).
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal
adalah Makna leksikal adalah makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna
gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat.
Contoh: kata “kuda”
bermakna leksikal binatang sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat
transportasi atau sejenis. Contoh, Saya berangkat ke pasar dengan kuda.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual
adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada didalam suatu konteks.
Misalnya, makna konteks kata kepala pada
kalimat-kalimat berikut :
a. Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
b. Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
c. Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
4. Makna Referensial
Makna referensial adalah sebuah kata
yang memiliki referensnya/acuannya. Sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna
referensial kalau ada referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda,
merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena
ada acuannya dalam dunia nyata.
5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial adalah kata yang
tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena.
Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah
makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata.
Umpamanya, kata “Kurus” (bermakna
denotatif yang mana artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari
ukuran yang normal). Kata “Bunga”( bermakna denotatitif yaitu bunga yang
seperti kita lihat di taman).
7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah
makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan
dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Umpamanya kata “Kurus” pada contoh di atas berkonotasi netral. Tetapi
kata “Ramping”, yaitu sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan ; orang akan senang kalau
dikatakan ramping. Sebaliknya, kata “Kerempeng”, yang sebenarnya juga
bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai
rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah
makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari Konteks atau asosiasi apa
pun. Kata “Kuda” memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai”, dan kata “Rumah” memiliki makna konseptual “bangunan tempat
tinggal manusia”.
9. Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah
makna kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang
berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang
suci atau kesucian, kata merah berasosiasi berani, kata buaya berasosiasi
dengan jahat atau kejahatan. Makna asosiasi ini sebenarnya sama dengan lambang
atau perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa untuk
menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat keadaan, atau
ciri yang ada konsep asal tersebut.
10. Makna Kata
Makna kata adalah makna
yang bersifatumum, kasar dan tidak jelas. Kata “Tangan” dan “Lengan” sebagai
kata, maknanya lazim dianggap sama, seperti contoh berikut:
a. Tangannya
luka kena pecahan kaca.
b. Lengannya
luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan
kata lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
11. Makna Istilah
Makna istilah adalah
makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat dan
perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada bidang keilmuan/kegiatan
tertentu saja. Umpamanya, kata “Tangan” dan “Lengan” yang menjadi contoh di
atas. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda.
“Tangan” bermakna “bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan”. Sedangkan
kata “Lengan” adalah “bagian dari pergelangan tangan sampai ke pangkal bahu”.
Jadi kata “Tangan” dan “Lengan” sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak
bersinonim, karena maknanya berbeda.
12. Makna Idiom
Makna idiom adalah
makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara
leksikal maupun gramatikal. Contoh, secara gramatikal bentuk “Menjual rumah”
bermakna “yang menjual menerima uang dan yang membelimenerima rumahnya”, tetapi
dalam bahasa Indonesia bentuk “Menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu,
melainkan bermakna “tertawa keras-keras”. Jadi makna tersebutlah yang disebut
makna idiomatik.
13. Makna Peribahasa
Peribahasa memiliki
makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya.
Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Umpamanya, peribahasa “Seperti anjing dan kucing yang bermakna ihwal dua orang
yang tidak pernah akur. Makna ini
memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara
memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
III.
KESIMPULAN
Makna bahasa itu
bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan
manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang
jenis-jenis makna yang mencakup makna dasar, tambahan, gaya bahasa, nafsi,
ihaa’i, konotatif, stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual,
tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial, non-referensial,
denotatif, konotatif, asosiatif, makana kata, makna istilah, idiom, dan
peribahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja
Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU, Medan, 2006.
Umar, Muhammad Mukhtar, Ilmu Al-Dilalah.
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/semantik-jenis-jenis-makna.html
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/semantik-jenis-jenis-makna.html
Komentar
Posting Komentar