Kajian Ilmu Kalam dan Pemecahannya | Tugas Ilmu Kalam
Kajian Ilmu Kalam dan Pemecahannya
PEMIKIRAN
TENTANG
|
ALIRAN
|
|||
MU’TAZILAH
|
ASY’ARIYAH
|
AL-MATURIDIYAH
|
||
SAMARKAN
|
BUKHARA
|
|||
Pelaku dosa besar
|
Orang yang berdosa besar antara mukmin dan kafir. Yang terkenal
dengan al-manzili bain al-manzilatain, namun karena di akhirat tempat
yang ada hanya dua yaitu surga dan neraka, maka bila ia meninggal sebelum
bertobat, ia akan masuk dan kekal di dalam neraka. Dan siksaannya lebih
ringan dari orang kafir, bila dia tobat
Sebelum meninggal maka ia masuk surga.
Mereka tidak menentukan status atau prediket yang pasti untuk
pelaku dosa besar. Apakah telah kafir atau mukmin.
|
Orang yang berdosa besar tetap mukmin selama ia masih beriman
pada Allah dan Rasul-Nya, tetapi dosa besar yang dilakukannya, membawa ia
menjadi Fasik
|
Dosa besar tidak dapat menghilangkan iman seseorang.
Orang mukmin yang berdosa besar masih tetap mukmin, siksaannya
Allah sendiri yang akan menentukannya kelak di akhirat.
Mungkin Allah akan memberikan ampunan atau menyiksanya sesuai
dengan dosanya.
Antara iman dan perbuatan tidak saling mempengaruhi atau
menghilangkan, karena iman itu di dalam qalbu, sedangkan perbuatan letaknya
pada gerakan anggota badan
|
Orang yang berdosa besar tetap mukmin, Cuma mereka termasuk
mukmin yang berdosa
|
Iman dan kufur
|
Iman lebih mengarah kepada
aplikasi pada perbuatan anggota tubuh, iman itu tidak cukup
dengan tasdiq saja.
Kepatuhan merupakan suatu tiang dan esensi nyata imam. Sehingga
siapa yang mengabaikannya maka dia bukan orang yang beriman.
Jadi iman dalam arti mengetahui belum cukup, artinya orang yang
mengetahui Tuhan tetapi melawan kepada-Nya bukanlah orang mukmin, dengan
demikian menurut mereka iman bukan tasdiq dan bukan ma’rifat tetapi iman
adalah tindakan nyata.
|
Iman adalah dibenarkan dengan hati (tashdiq), diucapkan
dengan lidah serta diamalkan denga anggota badan.
Kufur adalah mengingkari ajaran Allah dan dan tidak mempercayai
kerasula Nabi dan ajaranyang dibawanya.
|
Iman sebagai tashdiq yang bersandarkan pada ma’rifah atau
yang dihasilkan oleh ma’rifah
Imam adalah tashdiq bi al-qalb bukan hanya iqrar bi
al-lisan, sedangkan amal adalah penyempurna iman.
Amal tidak menambah dan mengurangi esensi iman
|
Iman adalah tashdiq bi al-qalb (penerimaan dengan hati)
dan mengucapkan dengan lidah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada
yang serupa dengan-Nya.
Iman tidak bisa mengambil bentuk ma’rifat atau amal, tetapi harus
merupakan tashdiq
Iman itu dalam hati bukan perbuatan
|
akal dan wahyu
|
Akal
dapat mengetahui kewajiban manusia untuk berterimakasih kepada Allah
Akal
dapat mengetahui dua masalah pokok dalam tiap-tiap agama, yaitu Tuhan dan
soal kebaikan serta kejahatan.
Akal
manusia dapat :
1.
Mengetahui
adanya Allah.
2.
Mengetahui
kewajiban manusia berterima kasih kepada Allah.
3.
Mengetahu apa
yang baik da apa yang buruk.
4.
Mengetahui
kewajiban manusia berbuat baik dan kewajibannya menjauhi perbuatan jahat.
tetapi tidak mengetahui cara dan ritual berterimakasih itu, maka
wahyulah solusinya.
|
Akal manusia tidak bisa mengetahui kewajiba-kewajiban sebelum
turun wahyu, karena kewajiban hanya bisa diketahui dengan informasi wahyu
Akal tidak bisa menetapkan kebaikan dan keburukan.
Pemberian pahala bagi orang yang taat dan pemberian dosa bagi
orang yang berbuat maksiat adalah berdasarkan wahyu bukan akal.
|
Akal adalah media, yang dengannya manusia :
1. Dapat mengetahui yang seharusnya diketahui tentang manusia
2. Dapat membedakan antara dirinya dengan yang lai
3. Dapat membedakan antara yang baik dan buruk
4. Dapat mengetahui kewajiban manusia berterimakasih kepada Allah
Wahyu
Berfungsi sebagai konfirmasi dan informasi
Wahyu juga berfungsi untuk memperkuat apa-apa yang telah
diketahui akal sekaligus menyempurnakan pengetahuan yang telah diperoleh oleh
akal
|
Akal adalah alat untuk mengetahui, sedangkan
Wahyu adalah pedoman untuk mengetahui
Bagi mereka akal hanya dapat mengetahui yang baik dan yang buruk,
sedangkan kewajiban untuk mengetahui dan kewajiban untuk mengajarkan yang
baik dan meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui melalui wahyu
|
Perbuatan Tuhan
|
Allah wajib berbuat baik dan bahkan yang terbaik bagi manusa, itu
tidak berarti mengurangi kemuthlakan Allah
Kekuasaan dan kehendak muthlak Allah itu diberi batasan-batasan :
1.
Adanya
kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang ada pada manusia
2.
Allah
menjatuhkan hukuman, tidak berarti dilakukan sewenang-wenang, tetapi itu berdasarkan atas kebebasan manusia dalam
mempergunakan daya yang Allah ciptakan pada dirinya.
Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap manusia.
Kewajiban-kewajiban itu dapat disimpulkan dalam suatu kewajiban, yaitu
kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia
termasuklah kewajiban-kewajiban Tuhan menepati janji-janji-Nya,
kewajiban Tuhan mengutus Rasul-rasul untuk memberi petunjuk kepada manusia,
kewajiban Tuhan memberi rizki kepada manusia dan sebagainya
Perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri
|
Tuhan berkuasa muthlak tidak ada yang wajib bagi-Nya. Tuhan
berkehendak sekehendaknya, tidak tunduk pada siapapun.
Perbuatan manusia diwujudkan oleh Tuhan, perbuatan yang
diciptakan oleh Tuhan itulah yang diperoleh oleh usaha manusia.
Allah bisa saja tidak menempati janji-janji-Nya, sehingga Ia bisa
saja memasukkan orang jahat ke dalam sorga dan memasukkan orang baik kedalam
neraka.
Perbuatan-perbuatan manusia diciptakan oleh Allah.
|
Allah menciptakan kemampuan yang telah Allah berikan kepada
manusia, namun perbuatan manusia itu tidak bisa melanggar kehendak Allah,
sehingga kehendak manusia itu sesungguhnya adalah kehendak Allah.
Kekuasaan dan kehendak muthlak Allah itu tidaklah sewenang-wenang.
Perbuatan yang baik berasal dari Allah, sedangkan yang jelek itu bukan
perbuatan-Nya tetapi adalah perbuatan manusia itu sendiri.
Allah mesti melaksankan norma-norma yang telah ditetapkan-Nya.
Pemberian pahala bagi yang berbuat baik dan pemberian hukuman kepada yang
berbuat jahat. Itulah keadilan Allah
Perbuatan Allah mencakup :
1. Setiap perbuatan Allah mengandung hikmah dan tujuan, tetapi hal
itu bukanlah kewajiban bagi Allah.
2. Yang mewujudkan perbuatan-perbuatan adalah manusia bukan Allah
3. Allah wajib mengirimkan Rasul-Rasul kepada manusia, karena Allah
menciptakan akal manusia mempunyai kemampuan yang terbatas
4. Allah wajib menepati Janji serta menjalankan ancaman, karena jika
tidak dilakukan-Nya akan bertentangan dengan kebebasan memilih yang ada pada
manusia
|
Perbuatan ada dua :
1.
Perbuatan
Tuhan , Perbuatan adalah penciptaan daya
2.
Perbuatan
manusia, perbuatan manusia hanyalah melakukan perbuatan yang diciptakan Tuhan
Perbuatan baik adalah diridhai Tuhan dan perbuatan jahat tidak
diridhai Tuhan walaupun dikehendaki-Nya
|
Keadilan Tuhan
|
Keadilan Allah mempunyai pengertian bahwa Allah wajib berlaku
adil dan mustahil berbuat zalim kepada hamba-Nya.
Allah tidak menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan
manusia, manusia bisa mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya
Makna keadilan Tuhan berarti Tuhan tidak berbuat dan memilih yang
buruk, tidak melalaikan kewajiban-kewajiban-Nya kepada manusia, dan segala
perbuatannya adalah baik.
Tuhan mempunyai kewajiban-kewajiban yang ditentukan-Nya sendiri
buat diri-Nya.
Kehendak Tuhan tidak muthlak, karena dibatasi oleh keadilan serta
janji-janji Tuhan itu Sendiri
manusia bebas memilih, bebas berkehendak dan bertanggung jawab
atas pilihan dan kehendaknya itu. Dengan kata lain, perbuatan baik dan buruk
adalah bebas pilihan manusia, dan ia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya
tersebut, sehingga nampak keadilan Tuhan orang yang baik surga balasannya
sedangkan orang yang jahat neraka balasannya.
|
Allah adalah pencipta alam. Dia memiliki kehendak muthlak atas
ciptaanya, tidak ada sesuatupun yang wajib bagi-Nya,
Allah berbuat sekehendaknya, sehingga kalau Ia memasukkan seluruh
manusia ke dalam surga bukanlah Ia bersifat tidak adil, dan jika Ia
memasukkan manusia seluruhnya ke dalam neraka tidaklah Ia bersifat zalim ,
maka itulah keadilan Allah
|
Tuhan tidak akan membalas kejahatan kecuali dengan yang setimpal,
begitu juga sebaliknya. (hampir sama dengan pendapat Mu’tazilah)
Tuhan maha adil, maka tidak mungkin mukmin yang berdosa kekal
dalam neraka
Dalil QS. An-Nisa’ ayat 40
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا
وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya
seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala
yang besar
Mereka menekankan bahwa kemerdekaan dan kemauan ada pada manusia
dan bahwa Allah tidak sewenang-wenang menjatuhkan hukuman, melainkan berdasarkan
kemerdekaan yang diberikan kepada manusia untuk berbuat baik dan jahat.
|
Keadilan Tuhan mengandung arti bahwa Tuhan berbuat
sekehendak-Nya, maka apapun yang dilakukan Tuhan untuk hambanya, maka itu
keadilan Tuhan, karena kehendak Tuhan muthlak yang tidak terbatas
|
Sifat-sifat Tuhan
|
Allah tidak mempunyai sifat, tuhan mengetahui dengan zat-Nya
Allah bagi mereka tetap Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha Hidup, Maha
Mendengar, Maha Melihat, dan sebagainya, tetapi semua itu tidak dapat
dipisahkan oleh zat Tuhan. Dengan kata lain sifat-sifat itu merupakan esensi
Tuhan.
Mereka menolak segala pemikiran yang dapat membawa kepada paham
syirik atau politeisme. Kalau dikatakan Tuhan mempunyai sifat, maka dalam
diri Tuhan terdapat unsur yang banyak, yaitu unsur zat yang di sifati dan
unsur-unsur yang sifat melekat kepada zat
|
Allah mempunyai sifat dan Sifat itu bukanlah Zat-Nya
Tuhan mempunyai sifat. Tuhan tidak mungkin mengetahui dengan
zat-Nya
Allah memilki sifat
1. Nafsiyah
2. Ma’ani
3. Dan ma’nawiyah
|
Sifat bukanlah berdiri di atas zat dan tidak pula terpisah dari
zat (lebih dekat dengan pemahaman asy’ariyah yang mengakui adanya sifat Tuhan
dan berbeda dengan Mu’tazilah yang mengatakan Tuhan tidak memiliki sifat.
Allah punya sifat Cuma Sifat itu bukanlah sifat yang berdiri
dengan Zat-Nya – dan juga tidak terpisah dari Zat-Nya
Sifat tuhan bukanlah zat Tuhan, melainkan Zat Tuhan itu sendiri
maksudnya Allah mengetahui bukan dengan zat-Nya, melainkan dengan
pengetahuan-Nya, dan Allah berkuasa bukan dengan zat-Nya tetapi dengan
kekuasaan-Nya
|
Sifat Tuhan
Tuhan itu kekal melalui kekelan yang terdapat dalam dirinya dan
bukan sifat-sifat itu sendiri
|
Ayat-ayat Tajassum
|
Tuhan bagi mereka tidak boleh disamakan dengan makhluk seperti
mempunyai tangan dan muka. Karena itu ayat-ayat tajssum harus ditakwilkan.
|
Allah mempunyai mata, muka, dan tangan sebagaimana disebutkan
dalam surat alQamar ayat 14, ar-Rahman ayat 27, tetapi tidak dapat diketahui
bagaimana bentuknya.
|
Dalam ayat-ayat Tajassum Maturidiyah berpendapat kata-kata
tersebut harus ditakwilkan, karena Allah tidak mungkin sama dengan makhluknya
|
Mengenai ayat tajassum mereka tidak sependapat dengan asy’ari
Tangan Tuhan menurut mereka adalah sifat bukan anggota badan
Tuhan.
|
Melihat Tuhan
|
Allah tidak dapat dilihat dengan mata kepala, karena itu mustahil
menurut akal
|
Allah dapat dilihat oleh manusia di hari akhirat dengan mata
kepala manusia, karena Allah mempunyai wujud.
|
Allah dapat dilihat oleh manusia di hari akhirat dengan mata
kepala manusia
bukan dengan mata hati,
karena Allah itu wajib al-wujud Cuma manusia tidak dapat mengetahui
bagaimana cara terjadinya
|
Mereka sependat dengan asy’ariyah bahwa Tuhan memang benar-benar
dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat.
|
Kekuasaan tuhan
|
Kekuasan Tuhan tidak bersifat muthlak, karena kekuasaan Tuhan
dibatasi oleh kebebasan yang telah diberikannya pada manusia.
Allah wajib menepati janjinya dengan memasukkan orang yang baik
kesurga dan menepati ancaman-Nya dengan memasukkan orang yang ingkar ke dalam
neraka
|
Tuhan mempunyai kekuasaan bersifat muthlak, kemuthlakan
kekuasaan-Nya tidak tunduk dan terikat pada apapun.
|
Kekuasaan Tuhan tidaklah muthlak, tetapi sudah dibatsi, (agak
sependat dengan Mu’tazilah).
Beberapa batas-batas kekuasaan dan kehendak Tuhan
1. Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang ada pada manusia
2. Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman tidak sewenang-wenang, tetapi
berdasarkan kemampuan manusia yang diberikan Tuhan dalam dirinya untuk
berbuat baik dan jahat
3. Hukuman tuhan wajib terjadi
Jadi kekuasaan Tuhan dibatasi oleh keadilan-Nya
|
Tuhan memiliki kekuasaan muthlak, Tuhan berbuat apa saja yang
dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya, tidak ada yang menentang atau
memaksa Tuhan dan tidak ada larangan baginya
|
Komentar
Posting Komentar