Keutamaan Puasa 'asyura
Keutamaan Puasa
Asyura
Selasa tanggal 11 Oktober 2016 bertepatan dengan 10 Muharram 1438 H
ayok kita puasa Asyura bersama keluarga dan sanak saudara, semoga Allah SWT memberkahi hidup kita. Aamiin.
ayok kita puasa Asyura bersama keluarga dan sanak saudara, semoga Allah SWT memberkahi hidup kita. Aamiin.
Puasa ‘Asyura
adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram pada Kalender Islam
Hijriyah. Sedangkan tanggal 9 Muharram Sebagian ulama memberikan nama
tersendiri untuk puasa sunnah di tanggal 9 Muharam ini, yakni puasa Tasu’a, dari kata tis’a artinya bilangan sembilan.
Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah
bagian dari kesunnahan puasa asyura.
Sesungguhnya bulan Allah bulan al Muharram adalah bulan yang
agung dan penuh berkah, ia adalah bulan yang pertama dalam setahun dan salah
satu dari bulan-bulan suci yang mana Allah berfirman tentangnya:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ
اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا
تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا
يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ [التوبة
: 36]
Artinya: “Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menzhalimi diri kamu dalam
bulan yang empat itu…” (QS. at
Taubah: 36)
Berikut beberapa
keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan
puasa tersebut.
1- Puasa
di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ
الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang
paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram.
Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”
(HR. Muslim no. 1163).
Muharram disebut
syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath
Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa
Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan
adalah seluruh bulan Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam
Nawawi rahimahullah berkata
bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih
Muslim, 8: 50.
Hadits di atas
menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya
adalah puasa Asyura.
2- Puasa
Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu
Dari Abu Qotadah
Al Anshoriy, berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ «
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab,
”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan
datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau
menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim no. 1162).
Kata Imam Nawawi rahimahullah,
yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau
penerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun
diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak,
amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih
Muslim, 8: 46.
Adapun Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan
amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya
Ibnu Taimiyah, 7: 487-501
3- Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam punya keinginan
berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah)
Ibnu Abbas radhiyallahu
’anhuma berkata
bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura
dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang
berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah,
hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau
mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ
اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba
tahun depan –insya
Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan
berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sampai
tahun depan, Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam sudah keburu
meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Kenapa sebaiknya
menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa? Kata Imam Nawawi rahimahullah,
para ulama berkata bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang
cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di
atas. Lihat Syarh Shahih
Muslim, 8: 14.
Referensi:
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,
Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433
H.
Majmu’ Al Fatawa,
Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar
Ibni Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh
Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa Muhammad
‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam, cetakan
pertama, tahun 1432 H
Komentar
Posting Komentar