Pendapat Mayoritas Ulama | Shalat Sunnah malam | 2 rakaat salam atau 4 rakaat salam
PENDAPAT EMPAT MAZHAB
TENTANG PELAKSANAAN SALAT SUNAT
MALAM
Artikel ini bertujuan :
Bukan untuk saling menyalahkan, tapi untuk memahami khilafiyah
dalam praktek ibadah dalam agama Islam
1.
Shalat sunnah malam setiap 2 rakaat salam (Mayoritas
Ulama)
Mayoritas ulama 4 madzhab sepakat dalam berpendapat tentang sholat sunnah
yang dikerjakan di malam hari, yakni anjurannya dikerjakan dengan format 2
rakaat dan satu kali salam, bukan 4 rakaat dengan satu salam. Ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang diriwayatkan dari Ibnu Umar,
Rasul saw bersabda:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ،
فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ
صَلَّى
“sholat malam itu 2 (rakaat) 2
(rakaat), jika kalian takut akan datangnya subuh, maka sholatlah satu rakaat
(witir) sebagai penutup” (Muttafaq ‘Alayh)
Karenanya jumhur
ulama merutinkan shalat tarawih di malam ramadhan dengan format 2 rakaat 1
salam, karena memang shalat tarawih itu shalat sunnah yang dikerjakan malam
hari.
IMAM
|
|||
HANAFI
(Kufah, 699-722 M), = 23 th
Turki, Asia Tengah,
Pakistan dan India
|
MALIKI
( Madinah, 712-798 M), = 86 th
Afrika Utara dan Tengah
|
SYAFI’I
(Ghazzah, 767-820 M), = 53 th
Mesir, Syiria, Yaman,
Indonesia dan Malaysia
|
HANBALI
(Baghdad,
780-855 M), = 75 th
Sekarang Mazhab resmi Arab Saudi
|
لو صلى التَّرَاوِيحَ كُلَّهَا
بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ وَقَعَدَ في كل رَكْعَتَيْنِ إن الصَّحِيحَ أَنَّهُ
يَجُوزُ عن الْكُلِّ لِأَنَّهُ قد أتى بِجَمِيعِ أَرْكَانِ الصَّلَاةِ
وَشَرَائِطِهَا لِأَنَّ تَجْدِيدَ التَّحْرِيمَةِ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ ليس
بِشَرْطٍ عِنْدَنَا هذا إقعد على رَأْسِ الرَّكْعَتَيْنِ قَدْرَ التَّشَهُّدِ
فَأَمَّا إذَا لم يَقْعُدْ فَسَدَتْ صَلَاتُهُ عِنْدَ مُحَمَّدٍ وَعِنْدَ أبي
حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ يَجُوزُ
Jika seseorang itu
sholat tarawih seluruhnya dengan hanya 1 salam saja, dan duduk tasyahud
disetiap 2 rakaat, maka sholatnya itu sah, karena ia telah memenuhi rukun dan
syarat-syarat sholatnya. Karena (menurut mazhab hanafi) memperbaharui
takbir-Ihrom disetiap 2 rakaat itu bukan syarat sholat, itu dengan catatan
bahwa ia duduk di setiap penghujung rakaat kedua untuk bertasyahud. Kalau ia tidak bertasyahud, maka shalatnya tidak sah menurut
Muhammad bin al-Hasan, akan tetapi sah menurut Imam Abu Hanifah dan Ya’qub Abu
Yusuf. (Bada’i Al-Shona’i 1/289)
|
(وَ) يُسْتَحَبُّ أَنْ (يُسَلِّمَ
مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ) وَيُكْرَهُ تَأْخِيرُ السَّلَامِ بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعٍ
حَتَّى لَوْ دَخَلَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ الْأَفْضَلُ
لَهُ السَّلَامُ بَعْدَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Sholat tarawih disunnahkan untuk
dikerjakan 2 rakaat dengan satu salam. Dan makruh hukumnya untuk mengakhirkan
salam sampai rakaat ke empat. Yang lebih afdhol itu salam distiap 2 rakaat.
(al-Fawakih al-Diwani 1/319)
|
فَلَوْ صلى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ
لم يَصِحَّ لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ في طَلَبِ الْجَمَاعَةِ
Jika seseorang melaksanakan sholat tarawih dengan 4 rakaat satu salam, sholatnya tidak sah. Karena kalau tarawih dikerjakan dengan 4 rakaat itu menyerupai sholat Fardhu dalam hal kesamaannya untuk dilakukan secara berjamaah. (Raudhoh al-Thalibin 1/334, Nihayatul Muhtaj 2/123, Ansal-Matholib 1/201) |
اعْلَمْ أَنَّ الْأَفْضَلَ فِي
صَلَاةِ التَّطَوُّعِ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ: أَنْ يَكُونَ مَثْنَى، وَإِنْ
زَادَ عَلَى ذَلِكَ صَحَّ، وَلَوْ جَاوَزَ ثَمَانِيًا لَيْلًا، أَوْ أَرْبَعًا
نَهَارًا
Sesungguhnya yang Afdhol dalam
melaksanakan sholat sunnah di siang dan malam hari itu 2 rakaat satu salam.
Dan kalau lebih dari 2 rakaat itu sah. Dan bahkan sampai 8 rakaat di malam
hari dan 4 rakaat di siang hari, dan inilah (pendapat) mazhab (hambali). (Al-Inshof 2/132)
|
2.
Empat Rakaat sekaligus
Sholat tarawih 4 rakaat dengan satu salam
sekaligus, ini masalah yang ulama belum sepakat, artinya masih berbeda
pendapat. Ada yang membolehkan dan ada juga yang melarang.
Dan sejatinya
yang melakukan itu wajar-wajar saja sejatinya tidak perlu diperdebatkan terlalu tajam
dan dalam. Para ulama yang membolehkan itu berdalil dengan hadits yang
diriwayatkan dari ‘Aisyah, Istri Nabi saw. Beliau berkata:
عن
عائشة قَالَتْ : مَا كَانَ يَزِيدُ فِي
رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا
فَلاَ تَسْأَل عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ
تَسْأَل عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ
ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا
Dari Aisyah
rahiyallahuanha berkata bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menambah lebih dari
11 rakaat shalat di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Beliau shalat 4
rakaat, jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau shalat
4 rakaat lagi dan jangan juga ditanya tentang kebagusan dan panjangnya.
Kemudian beliau shalat 3 rakaat. (HR. Bukhari)
Kemudian
didukung dengan riwayat lain, yakni riwayat tentang shalat witirnya Nabi
s.a.w,. Beliau s.a.w. –dalam banyak riwayat hadits- pernah sholat witir langsung 3 rakaat
dengan satu salam, pernah juga 5 rakaat dan 7 rakaat sekaligus. Kalau sholat
sunnah malam itu harus 2 rakaat, pastilah Rasul memisahkan sholat witirnya 2
rakaat kemudian 1 rakaat, tapi tidak demikian, padahal witir juga termasuk
sholat malam. Imam Ibnu KHuzaimah dalam Shahihnya (no. 1076) meriwayatkan:
عن
عائشة : أن النبي صلى اللَّه عليه وسلم
كان يُوتِرُ بخمس رَكعَات لا يجْلِسُ ولا يُسَلِّم إلا في الأخيرة مِنْهن
Dari ‘Aisyah: “Nabi saw
pernah sholat malam sebanyak 13 rakaat didalamnya witir dengan 5 rakaat. Dia
tidak duduk dalam witir tersebut kecuali dirakaat terakhir, kemudian salam.”
(diriwayatkan juga oleh Imam al-Syafi’i dalam Musnad-nya Tartib al-Sanadi, Bab 20: Shalat Witir, 1/194)
Dari uraian di atas dapat dipahami
bahwa mayoritas ulama berpendapat
shalat malam dilaksankan setiap 2 rakaat salam
Karena jumhur ulama menilai hadits sayyidah ‘Aisyah itu dengan pemahaman yang
berbeda. Mereka mengatakan –dalam banyak kitab- bahwa maksud hadits sayyidah ‘Aisyah itu
bukanlah Nabi s.a.w. shalat 4 rakaat langsung, akan tetapi Nabi s.a.w.
shalatnya tetap 2 rakaat, akan tetapi beliau istirahat di setiap selesai 4
rakaat. Karenanya sayyidah ‘Aisyah mengatakan 4 rakaat, maksudnya setiap 4 istirahat.
Perkara shalat witir yang dikerjakan dengan
jumlah langsung ganjil memang ada riwayatnya, akan tetapi riwayat bahwa Nabi
s.a.w. memotong witirnya dengan 2 rakaat 2 rakaat lalu ditutup dengan satu
ganjil pun tidak sedikit. Artinya tetap saja yang namanya shalat malam
dianjurkan dengan 2 rakaat 1 salam.
Komentar
Posting Komentar