Khutbah Idul Adha | Empat Keteladanan Nabi Ibrahim I eri gusnedi
oleh : ERI GUSNEDI, M.A
الخطبة
الاولى
اللهُ
أَكْبَرُ 9
اللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا لاَ اِلَهَ إِلَّا الله
وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ
اْلكَافِرُوْنَ. لَا إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَامَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ اِلَهَ إِلَّا
الله وَاللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ
لِلهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ مَوْسِمَ اْلخَيْرَاتِ وَجَعَلَ لَنَا فِي
اْلاَرْضِ جَمِيْعًا لِلْعِمَارَةِ وَزَرْعِ اْلحَسَنَاتِ.
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ خَالِقُ اْلاَرْضِ
وَالسَّمَاوَاتِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي
إِلَى الدِّيْنَةِ بِأَوْضِحِ اْلبَيِّنَاتِ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلّْمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا
أَيُّهَا اـْلمُسْلِمُوْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ, أُوْصِكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلـمُتُّقُوْنَ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ,قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ : يَا أَيُّهَا اَّلذِيْنَ أَمَنُوْا
إِتَّقُوْا اللهَ وَابْتَغُوْا اْلوَسِيْلَةَ وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Maha Besar Allah dan Maha Agung
Ia, Tuhan yang telah menciptakan alam semesta tempat kita hidup dan
bertanah air
Maha Besar Allah, Tuhan yang telah menciptakan sesuatu baik di
darat maupun di laut untuk melengkapi kehidupan manusia
Maha Besar Rabbi dan Maha Agung ia, Tuhan yang telah memanjangkan
dan melanjutkan umur kita masing-masing, sehingga dapatlah kita dipagi yang
tenang ini, dududk bersaf menghadiri dan merayakan Hari Raya adha ini dengan
aman dan tentram.
Puji dan syukur yang tak terhingga dengan penuh perasaan gembira
dan tadabbur kita panjatkan kehadirat Allah jalla wa’alaa.
الله
أكبر 3
ولله الحمد
Bila pada pagi yang tenang tadi, Fajar 10 dzulhijjah menyingsing di
ufuk Timur yang mengisyaratkan kegembiraan Umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Dari maroko belahan Barat sampai ke Maroke di belahan Timur.
Dipagi yang cerah ini, kita di masjid ini sebagai ibaadullah yang
tunduk dan patuh pada-Nya. Kita keluar dari rumah kita masing-masing menuju
masjid dengan bibir yang sudah basah karena mengucapkan TAKBIIR, TAHMIID dan TAHLIIL.
الله
أكبر
Kaum Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah
Kalimat di atas adalah ucapan keyakinan, ucapan kepercayaan dan
kesadaran , ucapan di atas adalah bayangan keabadian, pedoman kekal sepanjang
masa, pangkalan tempat muslim bertolak dan pelabuhan tempat mukmin bersauh,
sebagai simbol dari pandangan hidup yang memancarkan Nur dan cahaya.
الله
أكبر
Allah Maha Besar
Selain Dia adalah kecil, Alam raya ini adalah ciptaan-Nya
Bergerak di bawah asuhan dan kekuasaan-Nya, bernaung di bawah
penelitian dan muraaqabah-Nya.
Selembut lembut bisikan semut hitam kepada kawannya dimalam yang
gelap gulita, tidak terlepas dari pengawasan Allah SWT.
Dan Ia mengetahui segala gema irama niat yang tersembunyi di balik
lapisan dan jantung manusia
Empat Ketauladanan Nabi Ibrahim
الله
أكبر 3 ولله الحمد
Kaum muslimin/muslimat
yang dirahmati Allah
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan
yang baik adalah keteladanan dari figur-figur yang bisa diteladani.
Dengan adanya keteladanan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai apakah
perjalanan hidup kita sudah baik atau belum. Karena itu, hari ini kita kenang
kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul,
yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan
pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil
keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Diantara
keteladani dari Nabi Ibrahim ada 4 hal yang bisa diambil pelajaran dalam
kehidupan, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang masih terus berjuang untuk
mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertama, Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan
Yang Halal.
Ibadah
haji dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, pakaian
yang dikenakan jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang melambangkan kain
kafan yang nanti akan dikenakan di sekujur tubuhnya ketika akan kembali kepada
Allah swt pada saat kematiannya. Pakaian ihram yang putih-putih itu juga
melambangkan tidak adanya perbedaan di mata Allah di antara sesama manusia.
Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai memiliki fanatisme
secara berlebihan seperti perbedaan suku, organisasi, partai politik, paham,
status sosial, ekonomi atau profesi. Kesatuan dan persamaan merupakan sesuatu
yang harus diutamakan dalam upaya menegakkan kebenaran, bahkan siap
mempertanggungjawabkan segala yang dilakukannya.
Pakaian
ihram juga melambangkan kesiapan berdisiplin dalam menjalankan kehidupan
sebagaimana yang ditentukan Allah swt, hal ini karena selama berihram, jamaah
haji memang berhadapan dengan sejumlah ketentuan, ada yang boleh dan ada yang
tidak boleh dilakukan. Dengan demikian, seorang haji semestinya selalu disiplin
menjalankan syariat Islam dan siapa pun yang menjalankan syariat Islam mendapat
kedudukan yang terhormat, karena kehormatan manusia bukanlah terletak pada
pakaiannya, tapi pada ketaqwaannya di hadapan Allah swt. Bila ihram maknanya
adalah pengharaman dan tahallul maknanya adalah penghalalan, maka seorang haji
siap meninggalkan yang diharamkan Allah swt dan hanya mau melakukan sesuatu
bila memang dihalalkan.
Ini
merupakan prinsip yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, bahkan setiap
manusia. Karena itu amat tercela bila ada orang ingin mendapatkan sesuatu yang
tidak halal dengan memanfaatkan jalur hukum sekadar untuk mendapatkan legalitas
hukum agar terkesan menjadi halal, padahal keputusan hakim sekalipun tetap saja
tidak bisa mengubah sesuatu yang tidak halal menjadi halal, Allah swt melarang
keras hal ini dalam firman-Nya:
وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم
بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ
فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim
supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Allahu
Akbar 3X Walillahilmamdu.
Kaum
Muslimin Rahimakumullah.
Kedua, Bergerak, Berkorban dan bersatu
Ibadah
haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya- ke asrama
haji, - menuju Bandara, - naik pesawat, - menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah,
dari Jeddah - bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk
selanjutnya Menuju Mekah. Dan seluruh umat islam yang datang dari seluruh
penjuru dunia bersatu di tanah makkah.
Selama
beberapa hari di Mekah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk
melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk
wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu,
keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Mekah, kembali lagi ke Mina
untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Mekah untuk bersiap
meninggalkan Mekah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan
Mekah, para jamaah bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf
perpisahan dengan Ka’bah. Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan
resiko yang paling besar adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau
peperangan melawan syaitan.
Dari
rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim
apalagi mereka yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak dan menjadi
tokoh-tokoh pergerakan untuk memperbaiki keadaan dan kualitas umat Islam.
Setiap
muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak
untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran,
bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan
bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima
kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih
tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah swt atas apa
yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Id Yang Dimuliakan Allah swt.
Ketiga, Jadikan masjid sebagai Pusat
pergerakan.
Ibadah
haji dan rangkaian ibadah lainnya berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita
mendapat kesempatan untuk berziarah ke Madinah, maka seluruh jamaah
berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lima waktu di
masjid Nabawi, bahkan sampai ditargetkan mencapai angka arbain (40) waktu
meskipun hal ini tidak menjadi bagian dari ibadah haji. Oleh karena itu,
sebagai muslim setiap kita harus memiliki ikatan batin dengan masjid yang
membuat kita mau mendatangi masjid setiap hari untuk melaksanakan shalat lima
waktu secara berjamaah, khususnya bagi laki-laki, ikatan batin kita yang kuat
kepada masjid membuat kita akan menjadi orang yang dinaungi Allah swt pada hari
kiamat, Rasulullah saw bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ
يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ
إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada
tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada
naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena
itu aneh sekali bila ada lelaki muslim tapi sehari-hari tidak suka dan tidak
mau datang ke masjid. Karena tidak mau dipertanyakan keimanannya benar apa
tidak, maka pada zaman Nabi Muhammad saw, orang munafik yang sudah mengaku
beriman pun akhirnya datang juga ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah,
namun hati mereka terasa berat dan malas, Allah swt berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ
اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى
يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali (QS An Nisa [4]:142).
Pelajaran
Keempat, Nabi
Ibrahim as adalah keinginannya yang amat besar untuk memiliki ilmu, menjadi
pribadi yang shalih dan menjadi bahan pembicaraan yang baik bagi generasi yang
akan datang, hal ini tercermin dalam doanya yang disebutkan oleh Allah swt
dalam firman-Nya:
رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي
بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي اْلآخِرِينَ
(Ibrahim
berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, (QS As Syu’ara [26]:83-84)
Kesimpulan:
1. Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan
Yang Halal.
2. Bergerak, Berkorban dan bersatu
3. Jadikan masjid sebagai Pusat
pergerakan.
4. Memiliki ilmu, menjadi pribadi yang
shalih
Bersatu dari
seluruh elemen (Pejabat Pemangku Kebijakan - Petani, Nelayan, Tukang, Pedagang,
Pengusaha - Guru/dosen, Tentara, Polisi, Dokter,Jaksa-Pelajar/Mahasiswa) untuk kejayaan islam
QS Ali Imran:103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ
تَفَرَّقُوا
Hadis
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ثُمَّ شَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
المؤمن كالبنيان
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ النِّحْلَةِ
الخطبة الثانى
اللهُ أَكْبَرُ 7
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ
بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا لاَ اِلَهَ إِلَّا الله وَاللهُ أَكْبَرُ, اللهُ
أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي جَعَلَ
اْلأَعْيَادَ بِاْلأَفْرَاحِ السُّرُوْرِ, وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ
اْلاُجُوْرِ, وَكَمَّلَ اْلضِيَافَةَ فِي يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ
اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ اْلمَشْكُوْر.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الغفو الغفورِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي نَالَ مِنْ
رَّبِّهِ مَا لَمْ يَنَلْهُ مُقَرَّبٌ وَلَا رَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلّْمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ النَّبِيِ اْلأُمِّي وَعَلَى أَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ, إِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهَوا
عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَرَ, فَقَالَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا .
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَاأَيُّهَا اَّلذِيْنَ
اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلّْمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ, وَارْضَ عَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
اَلَّلهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ,
اَلَّلهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا
هَذَا جَمْعَ اْلمَرْحُوْمَ وَتَفَرَّقْنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَقْسُوْمًا,
اّلَّلهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا
هَذَا جَمْعًا مَشْكُوْرًا وَتَفَرَّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَغْفُوْرًا
مِنَ الشُّهَدَاءِ اْلمَقْبُوْلِيْنَ, وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلاَشْقِيَاءِ
اْلمَرْدُوْدِيْنَ, اَلَّلهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلَاءَ وَاْلبَلَاءَ
وَاْلفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرَ وَاْلقَحْطَ وَاْلوَبَاءَ وَالسُّيُوْفَ
اْلمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائَدَ وَاْلاَمْرَاضَ وَاْلمِحَنَ وَاْلفِتَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَئٍ قَدِيْرٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإِيْمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فِي
قُلُوْبِنَا غِلَّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُفُ الرَّحِيْمِ
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ
وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ, اُذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْئَلَوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَيَهْدِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر.
Komentar
Posting Komentar