Tugas Fiqih Lughah 4 | Pasca IAIN IB - Macam-macam dialek Arab



Nama                   : Eri gusnedi
NIM                     : 088121723
 Tugas                  : Fiqh Lughah
Pertemuan Ke - : 

Macam-macam Dialek Arab

1.     Pengertian Dialek
Dialek adalah pemakaian bahasa berdasarkan pemakainya, dialek merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya, yang pada dasarnya tergantung pada siapa pemakainya itu, darimana pemaikanya itu berasal, baik berasal secara georafis dalam hal dialek regional,  ataupun secara sosial dalam kaitannya dengan dialek sosial. Variasi yang dimaksud disini adalah berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Istilah Dialek (Lahjat: Arab) berasal dari bahasa Yunani yang disebut dialektos yang berarti dari sebuah varian bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan faktor geografis, strata sosial, dan peran masing-masing dalam masyarakat, serta pertentangan politik yang timbul karena bahasa.
Istilah dialek yang berasal dari Yunani dipergunakan disana dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaan-perbedaan kecildi dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukungnya masing-masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut sampai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda (Meilet, dalam Ayatrohaedi, 1967: 69). Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu, cirri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan, dan kesatuan dalam perbedaan (Meilet, dalam Ayatrohaedi 1967: 70).
Ada dua ciri yang dimiliki dialek, yaitu (1) dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda yang memiliki cirri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa (Meilet, 1967 dalam Ayotrohaidi, 1979).
Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa dan pengucapan. Jika pembedanya hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda deengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak geografis, faktor sosial, kurun watu dan lain-lain. Sedangkan ilmu yang mempelajari dialek disebut dialektologi yaitu bidang studi yang bekerja memetakan batas dialek dari suatu bahasa.
Berdasarkan aspek geografis tiap-tiap bahasa mempunyai dialek yang berbeda-beda. Dialek bahasa Arab di Aljazair berbeda dengan dialek bahasa Arab di Sudan, Siria, dan Irak. Demikian juga dialek bahasa Inggris di Irlandia berbeda dengan dialek bahasa Inggris di Skontlandia.

2.Faktor-faktor Terbentuknya Dialek Bahasa Arab
Pada tiap-tiap daerah memiliki dialek(lahjat) yang berbeda-beda, meskipun rumpun bahasa yang digunakan adalah sama. Seperti halnya dialek bahasa Jawa Banyumas berbeda dengan bahasa Jawa yang ada di Jawa Timur.
Pertumbuhan dan perkembangan terbentuknya dialek(lahjat)  sangat ditentukan oleh faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik.
Faktor terbentuknya dialek pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua macam, kedua macam factor itu ialah sebagai berikut:
A.    Faktor Intralinguistik
1.      Fonetik
Faktor ini berada di bidang fonologi, biasanya si pemakai dialek atau si pemakai bahasa yang bersangkutan tidak menyadari bahwa dia membentuk adanya dialek. Sebagai contoh dapat dikemukakan carema dengan cereme yaitu buah atau pohon cèrme.
2.      Morfologi
Faktor morfologis merujuk kepada system tat bahasa yang bersangkutan. Hal tersebut disebabkan oleh bentuk-bentuk yang berbeda, dari kegunaannya, wujud fonetisnya, daya rasanya dan lainnya. Untuk contohnya lihat dalam tabel[13] dibawah ini.
مَعْنَى
Arti
مَصْرِيَة
Bhs Ammiyah Mesir
سَعُوْدِيَة
Bhs Ammiyah Saudi
فُصْحى
Bhs Arab resmi
Selamat pagi
صَبَاحُ الفوْل
Shabaahul fuul
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
Selamat sore
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul khair
Selamat tidur
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tasbahu `alal khair
Selamat ( hari-hari besar, ‘Ied, tahun baru. Ultah)
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanah wenta thayyib
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanah winta thayyib
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanatin wa anta thayyib
Apa
إِيْه
hEe
شنو
Syinu
مَا
Maa
Mengapa
لِيْه
Leyh
لِيْشْ
Liysy
لِمَاذَا
Limaadza
Kapan
إِمْتَى
Imta
مَتَى/  ﺇﻤﺗﻰ
Mataa  / Imta
مَتَى
Mataa
Bagaimana
ﺇﺰﱠﻱْ
Izzay
كِيْفْ
Keyf
كَيْفَ
Kayfa
Apa Kabar?
إِزَيَّكْ
Izayyak
كَيْفْ حَالَك
Keyf haalak
كَيْفَ حَالُكَ
Kayfa haaluka
Bagaimana Kabarmu?
إِزَّيْ أخْبَارَكْ
Izzay akhbaarak
إيْشْ أخْبَارَكْ
Iysy akhbaarak
كَيْفَ أخْبَارُكَ
Kayfa akhbaaruka

3.      Semantik
Faktor ini merujuk pada terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Peristiea tersebut biasanya terjadi geseran makna kata. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak makna, yaitu:
a.       Pemberian nama yang berbeda atau lambing yang sama dibeberapa tempat yang berbeda, seperti balimbing dan calincing buat belimbing, pada bahasa Sunda, geseran corak ini dikenal dengan istilah sinonim.
b.      Pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda dibeberapa tempat yang berbeda. Misalnya meri untuk anak itik pada bahasa Jawa dan itik untuk bahasa Sunda. Geseran corak ini disebut dengan istilah homonim

B.     Faktor Ektralinguistik
1.      Regional
Yaitu dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh tempat atau letak geografis. Sering juga disebut Dialek Area. Misalnya, lingua franca bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia, tetapi setiap daerah yang ada di Negara Indonesia memiliki dialek(lahjat) masing-masing karena disebabkan oleh letak geografis dan kebudayaan yang berbeda-beda, ketika mereka berbahasa Indonesia mereka memiliki dialek dan aksen yang unik karena terpengaruh dialek bahasa daerah mereka masing-masing, hal ini dapat kita lihat pada orang Papua, orang Sulawesi, orang Bali, orang Madura, dan lain-lain ketika mereka berbahasa atau menggunakan  bahasa Indonesia.
2.      Sosial
Yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, orang di kalangan kraton pasti memiliki dialek yang berbeda dengan orang-orang di luar kraton. Dan orang-orang yang ada di komunitas kantor pasti dialeknya berbeda dengan orang-orang yang ada di komunitas pasar. Contohnya seperti cara seorang anggota militer berbahasa Indonesia menunjukkan dialek yang berbeda dengan warga sipil. Anggota militer nampak lebih tegas, jelas, dan lantang. Sementara anggota masyarakat sipil (non militer) nampak menunjukkan dialek dan aksen yang lebih lembut, luwes dan lemah.
3.      Temporal
Yaitu dialek yang berbeda dari waktu ke waktu. Dialek ini hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti masa maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan, cara penulisan dan pengucapannya. Misalnya dialek Jawa kuno, Jawa klasik, dan Jawa modern, masing-masing adalah dialek temporal dari bahasa Jawa, dan lain-lain.

3  Macam-macam Dialek Bahasa Arab
1.      Bahasa Arab Baidah
Para pemakai bahasa ini antara lain kaum Ad yang bertempat di Al Ahqaf (bagian selatan jazirah Arab); Kaum Samud yang tempat tinggalnya di daerah Hajar di Wadil- Qura (antara Hijaz dan Palestina); Kaum Ubail di Yatsrib; Kaum Tasm dan Jadies di Yamamah; Kaum Amaliq di Makkah, Yatsrib, Najd, Bahrain, Palestina dan Iraq; Kaum Jurhum purba dan Wabar di Yaman serta kaum Umain yang berdiam diantara Oman dan Al Ahqaf.
2.      Bahasa Arab Baqiyah
Yakni bahasa yang masih ada dan merupakan bahasa keturunan Qahtan yang terbesar sampai negeri Hijaz, Najd, Syam, dan Iraq. Dialek yang menonjol adalah dialek suku Adnan, yaitu anak cucu Ismail bin Ibrahim yang ditempatkan di Makkah. Setelah dewasa Ismail menjadi menantu kaum Jurhum yang tinggal di Makkah setelah terpancarnya air zam-zam pada masa Hajar. Diantara keturunan Ismail ialah Adnan yang menurunkan Ma’ad dan Nizar. Nizar menurunkan Mudar, Rabi’ah, Anmar, dan Ayyad. Suku Adnan merupakan anak cucu dari keempat orang tersebut yang kemudian menyebar ke seluruh Jazirah Arab. Mudar menetap di Hijaz dan berkuasa atas Makkah dan Masjidil Haram, dan di antara cabang keturunannya ialah kaum Quraisy.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah Dialek (Lahjat: Arab) berasal dari bahasa Yunani yang disebut dialektos yang berarti dari sebuah varian bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan faktor geografis, strata sosial, dan peran masing-masing dalam masyarakat, serta pertentangan politik yang timbul karena bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan terbentuknya dialek(lahjat)  sangat ditentukan oleh faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik.
Adapun faktor intralinguistik diantara adalah: Faktor Fonetik, Morfologi, dan Semantik. Sedangkan factor ekstralinguistik diantaranya adalah Faktor Regional,  Social dan Temporal.
Kemudian macam-macam dialek bahasa Arab itu ada dua, yaitu; Bahasa Arab Badiah dan Baqiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, SOSIOLINGUISTIK Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta.
Jumanah, 2008. Jurnal Fenomena; DIALEKTIKA BAHASA ARAB DALAM KARYA SERAT CENTHINI, Yogyakarta: Direktorat Pengabdian dan Pengabdian Masyarakat (UII)
Keraf, Gorys.1984. Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Greamedia Pustaka Utama.
Nurbayan, Yayan, 2008. M.Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Zein Al Bayan.
Ruqaiya, Hasan, 1994. Bahasa, Konteks dan Teks, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suprianto, 2009. Antropologi kontekstual, Jakarta: CV. Mediatama.



[1] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, SOSIOLINGUISTIK Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 2
[2] Hasan Ruqaiya, Bahasa, Konteks dan Teks, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, h. 56
[3] Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Zein Al Bayan, 2008, h. 14
[4] Jumanah, Jurnal Fenomena; DIALEKTIKA BAHASA ARAB DALAM KARYA SERAT CENTHINI, Yogyakarta: Direktorat Pengabdian dan Pengabdian Masyarakat (UII), 2008, h. 5
[5] Ibid, h. 5
[6] Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Greamedia Pustaka Utama, h. 52
[7] Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Zein Al Bayan, 2008, h. 15
[8] Suprianto, Antropologi kontekstual, Jakarta: CV. Mediatama, 2009, h.128
[9] adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia
[10] Yaitu bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi(Assautiah) bahasa secara umum. Fonolologi sama dengan Ilmu Aswat.
[11] Suprianto, Antropologi kontekstual, Jakarta: CV. Mediatama, 2009, h.129
[12] Ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata dan mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal  untuk membentuk sebuah kata, dalam bahasa Arab disebut Ilmu Shorof.
[13] Lih, Attaysiir fii Ta’liim Al-Lugha Al-Arabiyah, Oleh: Saidna Zulfiqar bin Tahir
[14] Suprianto, Antropologi kontekstual, Jakarta: CV. Mediatama, 2009, h.130
[15] Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Greamedia Pustaka Utama, h. 58
[16] kata yang sama lafal dan ejaannya dengan kata yang lain tetapi berbeda maknanya
[17] adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pengantar" atau "bahasa pergaulan" di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda
[18] Suprianto, Antropologi kontekstual, Jakarta: CV. Mediatama, 2009, h. 136
[19] http://arp-rabbani.blogspot.com/2011/11/pembagian-bahasa-arab.html?m=1, diakses pada tanggal 19 Mei 2013 Pukul 02:22

Komentar

Postingan Populer