MAKALAH MPBA - PRINSIP MENYUSUN MATERI MENGAJAR B.ARAB || PASCA IAIN IB
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYUSUNAN MATERI PENGAJARAN
BAHASA ARAB
A.
Pendahuluan
Kurikulum memegang kedudukan kunci
dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan
baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang
berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga
masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh
dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih
cerdas, lebih berkemampuan. Kurilkulum mempunyai andil yang cukup besar dalam
melahirkan harapan tersebut.
Kurikulum, materi ajar, cara mengajar tidak ubahnya seperti kebutuhan
manusia yang selalu bertambah terus sesuai dengan tuntutan masa, demikian pula
dengan kurikulum atau materi ajar, kalau kita ingin materi ajar sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan maka seyogyanya diadakan perubahan terus menerus paling
tidak dalam jangka waktu tertentu, begitu juga halnya mempelajari bahasa asing
seperti bahasa Arab jelas membutuhkan penyusunan materi yang inovatif supaya
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
Materi ajar itu salah satu dari tiga unsur pokok menentukan berhasil
tidaknya sebuah pembelajaran. Antara pendidik, peserta didik dan materi ajar
haruslah berjalan seirama maka akan dapat menghasilkan pembelajaran secara
maksimal.
Pada kesempatan ini pemakalah akan menulis prinsip-prinsip penyusunan
materi pembelajaran bahasa Arab yang diharapkan bisa memberikan sumbangsih
keberhasilan pembelajaran bahasa asing tersebut.
B.
Pembahasan
- Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Setelah
mengetahui dan memahami berbagai pendekatan dan model yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kurikulum, kegiatan selanjutnya berkaitan dengan
langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum
tersebut. Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum tersebut terdiri
atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian
materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan
alat evaluasi.[1]
a.
Analisis dan
Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis
dan mendiagnosis kebutuhan.[2]
Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan
siswa, tuntutan masyarakat dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah
(kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat
dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi
kemajuan masyarakat di masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah
dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijaan-kebijakan bidang
pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk
disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan
pengembangan tujuan. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini
adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi
langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum, yaitu perumusan tujuan.
b.
Perumusan
Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan
yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan
operasional. Hierarki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional,
tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional: tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Table di bawah ini
memberikan rincian tentang struktur dari hierarki tujuan, dokumen tertulis,
lembaga, dan penanggung jawab
ketercapaiannya.[3]
TUJUAN
|
DOKUMEN
|
LEMBAGA
|
PENANGGUNG JAWAB
|
Tujuan Nasional
|
UUD’45
|
MPR,DPR dan
Presiden
|
Presiden
|
Tujuan Pendidikan
Nasional
|
GBHN dan UUSPN
|
Depdiknas
(Formal,Non- formal,dan informal)
|
Mendiknas
|
Tujuan
Institusional
|
Kurikulum/GBPP
|
TK,SD,SMTP,SMU/SMK
dan PT
|
Kepala Sekolah/
Direktur/ Rektor
|
Tujuan Kurikuler
|
Kurikulum/GBPP
|
Bidang Studi
|
Guru
|
Tujuan
Instruksional
|
Rencana/ Persiapan
Mengajar
|
Pembelajaran
|
Guru
|
c.
Pemilihan dan
Pengorganisasian Materi
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum.
Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan
jenis dan jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang
kemudian dijabarkan dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci
disusun dalam bentuk bahan pengajaran dalm berbagai bentuknya. Ada beberapa
jumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum,
antara lain:
a. Materi kurikulum
harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
b.Materi
kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya (positif)
dari generasi masa lalu.
c. Materi kurikulum
dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
d. Materi kurikulum
dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia untuk bekal
hidup di masa kini dan masa yang akan datang.
e. Materi kurikulum
dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan
kebutuhan masyarakat.[4]
d.
Pemilihan dan
Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan langkah
selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara
pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajr dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta teknik yang disesuaikan
dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa
bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan,
pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan penciuman.
Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental-fisik
yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya dan merangsang
siswa untuk belajar aktif dan kreatif.
e.
Pengembangan
Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah
kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen
kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi
terhadap hasil yang dicapai.
- Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi
dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan.[5]
- Prinsip-prinsip Umum
Ada
beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
- Prinsip relevan, ada
dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan keluar dan relevansi di dalam
kurikulum itu sendiri.
-
Prinsip Fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel.
-
Prinsip kontinuitas, yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti.
-
Prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.
-
Prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana, tetapi
keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
b. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip khusus dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :
- Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
2.
Prinsip berkenaan
dengan pemilihan isi pendidikan
3.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
4.
Prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian
3. Posisi buku ajar dalam proses pengajaran
Sungguhpun
saat ini tekhnologi dan alat-alat media lainnya telah canggih namun buku ajar
mempunyai posisi tersendiri dalam proses pengajaran untuk itu para pendidik
disarankan untuk bisa menyusun materi ajar bagi pembelajaran bahasa Arab yang
non Arab.
Buku
juga merupakan salah satu alat pendidik, oleh karena itu dalam menyusunnya ada
hal-hal yang harus diperhatikan:
1.
Tujuan
yang akan dicapai
2.
Orang akan
menggunakannya
3.
Untuk
siapa akan digunakan
4.
Efektivitas
penggunaanya[6]
Materi
ajar atau buku sebagai unsur terpenting dalam pembelajaran juga merupakan
penyempurnaan yang dapat menyempurnakan kelemahan atau kekurangan yang terdapat
pada pendidik. Ketika guru lemah dalam materi yang disampaikan maka buku
menjadi sangat penting dalam pengajaran dan ia juga merupakan jembatan
penghubung antara siswa dan pendidik.
4. Materi
Pembelajaran
Telaah
bahasa terfokus pada dua kajian, yaitu kompetensi dan performansi. Konsep
kompetensi mengacu pada kegiatan pengkajian bahasa secara teoritis dan
perumusan kaidah yang bersifat deskriptif, sedangkan performansi mengacu pada
aplikasi kaidah tersebut dalam kegiatan komunikasi dan bersifat perseptif dan
normative.[7]
Dewasa
ini kegiatan pendidikan bahasa mengalami perubahan orientasi tujuan yang cukup
berarti. Perubahan ini berimplikasi pada perubahan orientasi tujuan yang cukup
berarti. Perubahan ini berimplikasi pada perubahan materi ajar. Menurut A. Chaeda
Al-Wasilah (2002) diantara kompetensi yang perlu dimiliki oleh pembelajar
bahasa ialah kemampuan memahami budaya penutur bahasa itu, dalam hal ini bahasa
asing karena dalam kegiatan komunikasi, kemampuan lingusitik saja tidaklah
memadai. Pengetahuan lignuistik dan cultural adalah dua hal yang berbeda.
Komunikator yang yang baik mesti memiliki keterampilan bahasa asing dengan
pengetahuan dan pengalaman culturalnya, secara tradisonal, pembelajaran bahasa
diartikan sebagai penguasaan empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Dan ada yang terpenting yang harus dimiliki yaitu
pengetahuan budaya dari bahasa yang dipelajari dan kemapuan sastra.
Disamping
materi tentang kebudayaan dan literature thingking tentu saja keterampilan
berbahasa yang substansial perlu disampaikan kepada siswa agar memiliki
keterampilan berinteraksi social, yaitu berkomunikasi secara lisan dan tulisan
dalam situasi yang beragam dengan masyarakat dari latar belakang budaya dan
bahasa yang berbeda. Tentunya semua itu akan tercapai dengan memberi wadah,
materi yang sesuai dan efektif.
5. Asas-asas
kurikulum
Materi
pembelajaran tentang empat keterampilan berbahasa, kebudayaan dan berfikir
literate hendaknya diseleksi dengan memperhatikan karakteristik siswa dan
lingkungan siswa berbeda, serta mengacu kepada kurikulum dan tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut.
Kurikulum
adalah acuan atau tempat berpijak untuk tujuan yang akan dicapai.[8]
Tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya kurikulum yang baik.
Mengingat pentignya kurikulum perlu difahami dengan baik oleh semua pelaksana
pendidikan karena kurikulum berisi tentang program pendidikan suatu sekolah
yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun dan yang digunakan dalam
pelaksanaan dalam melaksanakan pembelajaran.
Ada
beberapa landasan dalam kurikulum, diantaranya adalah :
1.
Asas
teologis
Dalam
menyusun materi ajar kita berusaha memakai istilah-istilah, dalil-dalil tentang
ketuhanan bagi kita umat islam tentu kita ambil sumbernya dari al-Qur’an dan
Sunnah dengan harapan anak didik akan bisa mengilhami alam fikiran mereka
terbiasa dengan istilah –istilah agama serta akan terwujudnya generasi-generasi
yang bertqwa kepada Allah yang maha esa.
2.
Asas
Psikoekonomi
Dalam
pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara
peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk
lainnya seperti hewan, dan benda karena kondisi psikologisnya. Kondisi
psikologis setiap individunya berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya,
latar belakang social budaya, juga perbedaan dari factor-faktor yang dibawa
sejak lahirnya. Setidaknya ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum,
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3.
Asas
Filosofis
Filsafat
dalam artian sebenarnya adalah cinta kebenaran yang merupakan rangkaian dari
dua kata, philo (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan).[9] Dalam
bahasa modern filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami
semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, yang
mana diharapkan agar manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh
dan sistematis mengenai alam semesta. Sekolah bertujuan mendidik anak menjadi
manusia yang baik dalam masyarakat tempat ia hidup. Perbedaan landasan filsafat
dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan. Karena
hal ini menyangkut apa saja bahan pelajaran yang akan disajikan guna mencapai
tujuan tersebut.
Pendidikan
berarti perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian, jadi
pendidikan berarti sebagai kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan usaha agar
individu melanjutkan pendidikan. Tujuan pendidikan terletak pada proses
pendidikan itu sendiri, yakni kemampuan dan keharusan individu meneruskan
perkembangannya. Dalam penyusunan bahan ajar menurut Dewey hendaknya
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Bahan ajar
hendakanya konkret, dipilih yang benar-benar berguna dan dibutuhkan,
dipersiapkan secara sistematis dan mendetail
2.
Pengetahuan
yang telah diperoleh sebagai hasil belajar hendaknya ditempatkan dalam
kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan
kegiatan yang lebih menyeluruh. Bahan pelajaran bagi anak tidak bisa
semata-mata diambil dari buku pembelajaran, bahakan pelajaran harus berisikan
kemungkinan-kemungkinan dan harus memberikan rangsangan pada anak-anak untuk
bereksperimen.
4.
Aspek
sosiologis/ social budaya
Suatu
kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan
masyarakat.[10]
Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum hendaknya
merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon terhadap
berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau yang diusulkan oleh beragam golongan
dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipilah-pilah
dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum.
Kompleksitas kehidupan dalam masyarakat disebakan oleh :
a.
Dalam
masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam
b.
Kepentingan
antar individu berbeda-beda
c.
Masyarakat
selalu mengalami perkembangan[11]
Bila
dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Arab, maka kita perlu mengambil keputusan
dengan tepat, masyarakat membutuhkan belajar bahasa arab untuk apa, apakah
untuk mempelajari ajaran-ajaran islam atau sarana komunikasi antar bangsa.
Seandainya masyarakat membutuhkan bahasa Arab karena untuk tujuan dunia kerja
tentu yang ditekan adalah kemampuan muhadasah dan seandainya masyarakat
membutuhkan untuk mendalami ajaran Islam maka tentunya kemampuan gramatikal dan
tarjamah perlu diberikan.
5.
Asas
organisatoris
Asas
ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.[12]
Bagaimanan bahan pelajaran akan disajikan, apakah dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di Indonesia, ataukah
diusahakan adanya pelajaran yang diberikan dengan penghapusan segala mata
pelajaran dalam bentuk kurikulum terpadu. Hal ini juga muncul dalam bahasa
arab.
Pada
dasarnya ada dua pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang pertama pembelajaran
bahasa kita harus melihat bahasa itu sebagai suatu kesatuan yang utuh, atau
sebagai bagian terpisah dan masing-masing berdiri sendiri. Sedangkan Nazhariyah
furu’ justru sebaliknya, dalam arti bahasa itu sendiri dari beberapa aspek,
baik gramatik, morfologis, sintaksis, semantic, leksikal, stilistik yang harus
diajarkan secara terpisah sesuai dengan cabang masing-masing.[13]
Tampaknya landasan organistaor pengajaran bahasa Arab di Indonesia untuk
tingkat madrasah ibtidaiyyah sampai dengan madrasah bahkan perguruan tinggi,
menggunakan pendekatan Nazhariyyatu wahdah, sehingga pengajaran bahasa arab
disajikan dalam bentuk satu kesatuan bidang studi. Dalam satu kesatuan bidang
studi telah mencakup materi kaidah, qiraah, hiwar, dan imla’, sementara untuk
jurusan tertentu di perguruan tinggi seperti pendidikan bahasa Arab dan bahasa
satstra Arab menggunakan pendekatan Nazhariyatulfuru’ dimana materi-materi
bahasa Arab disjaikan secara terpisah.
a.
Seleksi
dan penganalisaan materi
Sebelum
menyususn materi bahasa Arab ada beberapa pertanyaan dan hal yang perlu dijawab
oleh penyusun materi, diantaranya : mengetahui perbedaan bahasa Arab bagi non Arab
tidak sama materi bagi orang Arab, dan memperhatikan tingkat-tingkat bagi
pemakai buku yang akan disusun. Dan beberapa pertanyaan yang mesti dijawab bagi
penyususn materi. Untuk siapa buku dibuat, apa sumber dan rujukan membuat buku,
teks apa saja yang dijadikan rujukan, bagaimana pemilihan mufradat dan tarkib
serta memposisikan dalam buku sesuai dengan tingkatan pemakai buku dan lainnya,
dari pertanyaan tersebut akan tergambar materi apa yang disusun dan keperluan
apa yang dipenuhi.[14]
Materi
pelajaran tentang empat keterampilan berbahasa, kebudayaan dan berfikir literal
hendaknya diseleksi dengan memperhatikan karateristik siswa dan lingkungan
siswa berada. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui materi tersebut.
Pemilihan materi pembelajaran hendaknya didasarkan atas prinsip-prinsip
tertentu.
Prinsip
penyusunan materi yang dimaksud adalah sekumpulan pekerjaan serta langkah-langkah
yang dilaui seseorang dalam menyusun buku sebagaimana dia mampu mendesain buku
ajar serta memilih materi ang cocok untuk disajikan dengan memperhatikan segala
aspek sebelumnya ada tahapan dan fase-fase dalam penyusunan buku :
1.
Fase
pemaparan
2.
Fase
pemetaan
3.
Fase
pengumpulan teks
4.
Fase awal
5.
Fase
penulisan selanjutnya
6.
Fase
seleksi menyeluruh
7.
Fase
pencetakan
8.
Fase
kritikan
9.
Fase
revisi setelah ada kritikan
10. Fase pengembangan
Fase
itulah yang akan dilakukan oleh penyusun materi kemudian memperhatikan prinsip
seebgai berikut :
1.
Kebenaran
materi, sangatlah penting untuk membekali anak-anak dengan pembelajaran yang
benar. Guru hendaknya senantiasa berupaya menjuahkan aspek-aspek kekeliruan
dalam pemebelajaran beberapa kajian psikologis menegaskan bahwa sangatlah sulit
melepaskan kekeliruaan yang tertanam dalam diri siswa melalui kegiatan
pemebelajaran, untuk itu materi pembelajaran harus dirancang dan diperiksa
sedemikian rupa agar tidak keliru dan menyulitkan.
2.
Kesesuaian
materi dengan tingkat intelektual siswa. Materi tidak boleh berada diatas
jangkauan penalaran siswa, sehingga menyulitkan mereka dalam memahaminya dan
jangan pula terlampau mudah sehingga tidak menarik perhatian siswa, misalnya
mengalami kesulitan untuk memahami konsep waktu dalam verb dalam bahasa Arab,
karenanya hal itu tidak sepatutunya disajikan pada kelas permulaan. Materi-materi
tersebut dapat diambil dari buku acuan yang telah ada, adakalanya penyusun
mengambil keseluruhan atau mengambil sesuai dengan kebutuhan.
3.
Hendaknya
materi pelajaran disesuaikan dengan lingkungan siswa dimana ia hidup. Siswa
yang duduk di kelas permulaan tidak perlu disuguhi gambar negeri Arab, tapi
sebaiknya disuguhi topik tentang diri dan keluarganya setiap hari yang ia
jumpai.
4.
Pemilihan
materi juga harus diselaraskan dengan alokasi waktu. Materi jangan terlalu
panjang, sehingga membosankan siswa dan menyulitkan mereka, sebaliknya materi
jangan terlalu pendek sehingga mereka dapat memahaminya dalam waktu singkat dan
waktu tersisa digunakan secara tidak produktif
5.
Hendaknya
materi disusun dalam urutan yang logis. Setiap bagian harus benar-benar
berkaitan dan bertaut serta terlihat jelas.
6.
Materi
hendaknya terbagi kedalam unit-unit. Setiap unit merupakan kumpulan unit-unit
lebih kecil dari pada unit utama. Tujuan
dan pembagian materi kedalam bebrapa unit ini adalah agar pertama-tama guru
dapat merancang kegiatannya dan agar guru dapat membagi materi dan kurikulum
kedalam satuan alamiah yang logis sebagai kegiatan harian mingguan, semesteran.
7.
Materi
pembelajaran baru hendaknya dikaitkan dengan pelajaran yang lama, sebaliknya
guru menjadikan kesulitan pada pelajaran yang lalu sebagai bahan penyampai
pelajaran baru.[15]
C.
Kesimpulan
Belajar bahasa asing berbeda dengan
pembelajaran bahasa ibu, untuk itu materi yang diberikan harus diperhatikan
agar tidak menyulitkan dan menjadikan pembelajaran yang membosankan. Buku-buku
yang dihasilkan harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan latar belakang social
peserta didik. Sehingga pembelajaran dengan mudah cepat tercapai. Untuk
penyusun materi pembelajaran mesti harus mempertimbangkan hal-hal dan
prinsip-prinsip penyusunan, serta menjadikan kurikulum sebagai acuan agar
sesuatu yang diajarkan sesuai dengan yang ditetapkan serta materi yang
disajikan memiliki efektif dan efesien.
[1] Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Remaja Rosda Karya, 2004), h. 656
[2] Ibid
[3] Ibid, h. 657
[4] Ibid, h.658
[5] Nana
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, Edisi 1 Universitas Terbuka, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1997), h. 149
[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Gravindo
Persada, 2005), h. 27
[7] http;/www.neel/sdr/areas//
[8] Muh. Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1985), h. 8
[9] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Samapi
Capra, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 9
[10] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:
Ciputat press, 2002), h. 35
[11] Abdul Majid, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Implementasi Kurikulum, (Bandung : Remaja Kosda Karya, 2004), h. 56
[12] Muhammad Zein, Asas dan
Perkembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Subangsih Offset, tt), h. 20
[13] Abdul Alim Ibrahim, al Muwajjah al-Fanny lil Mudarisi al-Lughah
al Arabiyah, (Kairo: Dar al- Maarif, 1961), h. 50-51
[14] Abdurrahman bin Ibrahim al-Fauzan, I’dad Mawad Ta’lim al-Lughah
al-Arabiyah Lighairi natiqina biha, (al-Riyad : Muassasah al Wakfu
Islamiyu, 1428), h. 35
[15] Ibid, h. 36
Komentar
Posting Komentar