Tariqah Mu'tabarah Indonesia
Tarikat
Mu’tabarah di Indonesia
|
||||
2
|
Tarikat Mu’tabarah di Indonesia
|
Macam-macamnya
|
Pendiri/tokohnya
|
|
1. Tarikat
Naqsyabandiah
2.
Tarikat Qadiriah
3.
Tarikat Qadiriah Naqsyabandiah
4.
Tarikat Rifa’iah
5.
Tarikat Samaniah
6.
Tarikat Sanusiah
7.
Tarikat Siddiqiah
8.
Tarikat Syattariah
9.
Tarikat Syaziliah
10.Tarikat
Tijaniah
11.
Tarikat Wahidiah
|
Baha uddin
Naqsyabandi
Syaikh Abdul
Qadir Al-Jilani(1077-1166M).
Syaikh Khatib
Sambas
Syaikh Ahmad
bin Ali-Abul Abbas
Syaikh
Muhammad Saman
Syaikh
Muhammad bin Ali As-Sanusi
Kiyai Mukhtar
Mukti
Syaikh
Abdullah Syattari
Ali
As-Syazili
Ahmad
At-Tijani
Kyai Majid
Ma`ruf di Kedonglo
|
Tarikat
Naqsyabandiah
Tarikat ini mula-mula didirikan di Turkestan oleh Bahiruddin Naqsyabandi (sumber lain menyebutkan, Muhammad bin Muhammad Bahauddin al-Bukhari 1317-1389M, bukan Imam Al-Bukhari perawi Hadits, pen) dan di Indonesia termasuk tarikat yang paling berpengaruh. Pimpinannya, Sulaiman Effendi, mempunyai markas besar yang terletak di kaki gunung Abu Qubbais di pnggiran kota Makkah. Pengikut-pengikutnya kebanyakan dari Turki dan wilayah-wilayah Hindia Belanda dulu, serta di bekas jajahan Inggris di daerah Melayu. Pada umumnya tarikat ini paling banyak pengikutnya di Jawa sejak abad ke-19 sampai saat ini. Tarikat ini adalah tarikat terbesar di dunia, juga di Indonesia, dan dianggap paling terawat baik. Ada seleksi untuk jadi pengikutnya. Markasnya di Jawa ada di Jombang, Semarang, Sukabumi, Labuhan Haji (Aceh) di pesantren Syaikh Waly, Khalidi.
Tarikat
Qadiriah
Asal mulanya di Bagdad, dan dipandang paling tua. Pendirinya ialah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (1077-1166M). Mula-mula ia seorang ahli bahasa dan ahli Fiqih dari mazhab Hambali. Tulisannya pada umumnya berdasarkan ajaran Ahlus-Sunnah wal-Jama`ah. Ada sejumlah bukunya yang ditulis oleh murid-muridnya yang menceritakan kesaktiannya.
Pelajaran
Tarikat Qadiriah tidak jauh berbeda dari pelajaran Islam umum. Hanya saja
tarikat ini mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluk, rendah hati dan
menjauhi fanatisme dalam keagamaan maupun politik. Keistimewaan tarikatnya
ialah zikir dengan menyebut-nyebut nama Tuhan.
Kaum Qadiriah
terlalu menyamakan Tuhan dengan manusia. Paham Qadiriah pada hakikatnya
adalah sebagian dari faham Mu`tazilah, karena imam-imamnya orang mu`tazilah.
(Apa yang ditulis di Leksikon Islam ini, agaknya rancu dengan aliran Qadariyah,
yaitu aliran yang menganggap bahwa manusia ini bebas dan berkuasa penuh untuk
menentukan dirinya, tidak ada campur tangan Tuhan, lawan dari aliran
Jabbariyah yang menganggap manusia hanya bagai wayang yang seluruhnya
dijalankan oleh dalang, semuanya digerakkan oleh Tuhan tanpa ada upaya
manusia, pen. Selanjutnya, Leksikon Islam itu menulis:)
Ada anggapan
membaca Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jilani pada tanggal 10 malam tiap bulan
bisa melepaskan kemiskinan. Karena itu manaqibnya populer, baik di Jawa
maupun Sumatra. (Ini jelas bid’ah dan sesat, lihat Sorotan terhadap Kissah
Maulid, Nisfu Sya’ban, Manakib Syaikh AK Jailany oleh HSAAl-Hamdany, Pekalongan,
1971, dan Kitab Manakib Syekh AbdulQadir Jaelani Merusak Aqidah Islam oleh
Drs Imron AM, Yayasan Al-Muslimun Bangil Jatim, cetakan keenam, 1411H/ 1990,
pen).
Kadang kala tarikat ini digabung dengan Naqsyabandiah menjadi Tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Seperti halnya di Suryalaya (Tasikmalaya Jawa Barat, dipimpin Abah Anom, yang sering dikunjungi Harun Nasution, pen) dan Jombang (Jawa Timur, daerah kelahiran Presiden Gus Dur, pen).
Di Indonesia, pencabangan tarekat Qodiriyah ini secara khusus oleh Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah . Kemudian
garis salsilahnya yang salah satunya melalui Syaikh Abdul Karim Tanara
Al-Bantani berkembang pesat di seluruh Indonesia.
Syaikh
Abdul Karim Tanara Al-Bantani ini
berasal dari Banten dan
merupakan ulama Indonesia pertama yang menjadi Imam Masjidil Haram.
Selanjutnya jalur salsilahnya berlanjut ke Syaikh Abdullah Mubarok Cibuntu
atau lazim dikenal sebagai Syaikh Abdul Khoir Cibuntu Banten. Terus berlanjut
ke Syaikh Nurun Naum Suryadipraja yang berkedudukan di Pabuaran Bogor.
Selanjutnya garis salsilah ini saat ini berlanjut ke Syaikh Al Waasi Achmad
Syaechudin.
Syaikh Al
Waasi Achmad Syaechudin selain mempunyai sanad dari tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah juga khirkoh
dari tarekat Naqsyabandiyah dari garis salsilah Syaikh Jalaludin. Beliau sampai dengan hari ini meneruskan tradisi tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah dengan
kholaqoh dzikirnya yang bertempat di Bogor Baru
kotamadya Bogor propinsi Jawa Barat.(wikipedia.org)
Tarikat
Qadiriah Naqsyabandiah
Gabungan ajaran dua tarikat, yaitu Tarikat Qadiriah dan Tarikat Naqsyabandiah. Pendirinya Syaikh Khatib Sambas. Tarikat ini merupakan sarana yang sangat penting bagi penyebaran agama Islam di Indonesia dan Malaya dari pusatnya di Makkah antara pertengahan abad ke-19 sampai dengan perempat pertama abad ke-20.
Tarikat
Rifa’iah
Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Ali-Abul Abbas (wafat 578H/1183M). Syaikh Ahmad, yang konon guru Syaikh Abdul Qadir Jilani, begitu asyik berzikir hingga tubuhnya terangkat ke atas, ke angkasa. Tangannya menepuk-nepuk dadanya. Kemudian Allah memerintahkan kepada bidadari untuk memberinya rebana di dadanya, daripada menepuk-nepuk dada. Tapi Syaikh Ahmad tidak ingat apa-apa; begitu khusuknya, sehingga ia tak mendengar suara rebananya yang nyaring itu. Padahal seluruh dunia mendengar suara rebana itu. Tarikat ini agak fanatik dan anggotanya dapat melakukan hal-hal yang ajaib, misalnya makan pecahan kaca, berjalan di atas api, dan sebagainya. Rifa`iah, yang memang merinci tarikatnya dengan rebana, di Aceh dulu pernah berkembang besar dan disebut Rapa’i sudah sulit mencarinya yang asli, yang masih berpegang teguh pada ajaran.
Tarikat
Samaniah
Tarikat yang dikenal di Jawa Barat dan Aceh, didirikan oleh Syaikh Muhammad Saman Dari Madinah, Arab Saudi, yang wafat tahun 1702 M. Manaqib (riwayat hidup) Syaikh Saman banyak dibaca orang yang mengharap berkah. Manaqib itu ditulis oleh Syaikh Siddiq Al-Madani, murid beliau. Di situ tertulis: “barang siapa berziarah ke makam Rasullah tanpa meminta izin kepada Syaikh Saman ziarahnya sia-sia.” (Ini contoh kebatilan yang nyata, pen). Juga disebutkan: “Siapa yang menyeru nama Syaikh tiga kali, hilang kesedihannya. Siapa yang makan-makanannya masuk surga. Siapa yang berziarah ke makamnya serta membaca doa-doa untuknya, diampuni dosanya.” (ini benar-benar mengada-ada atas nama agama, na’udzubillahi min dzaalik, pen). Tarikat Saman sekarang menjadi tari Seudati di Aceh. Zikir Saman mulanya hampir sama dengan zikir-zikir yang lain. Namun kemudian berkembang menjadi zikir yang ekstrim.
Tarikat
Sanusiah
Tarikat yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Ali As-Sanusi, tahun 1837, di Aljazair, meninggal dunia tahun 1957. Pusat tarikat ini di Libia.
Tarikat
Siddiqiah
Asal-usul tarikat ini tidak begitu jelas, dan tidak terdapat di negara-negara lain. Muncul dan berkembang di Jombang, Jawa Timur, dimulai oleh kegiatan Kiyai Mukhtar Mukti yang mendirikan tarikat ini tahun 1953.
Tarikat
Syattariah
Tarikat yang dibangun oleh Syaikh Abdullah Syattari di India. Tarikat ini di Jawa masih ada, misalnya di sekitar Madiun. Di Aceh dulu mengalami puncaknya di zaman Sultanah (Ratu) Safiatuddin. Tarikat ini dibawa oleh Syaikh Abdurra’uf Sinkil yang kemudian bergelar Syiah Kuala.
Tarikat
Syaziliah
Tarikat yang didirikan oleh Ali As-Syazili, terdapat di Afrika Utara, dan Arab, juga Indonesia, walaupun tidak luas tersebarnya dan pengaruhnya relatif kecil.
Tarikat
Tijaniah
Tarikat yang didirikan oleh Ahmad At-Tijani. Tarikat ini dengan cepat meluas di Afrika Barat dan di negara-negara lain, antaranya Indonesia. Di Afrika tarikat ini telah banyak yang mengislamkan orang-orang Negro. (Ahmad At-Tijani ini mengaku dirinya adalah al-qothbul maktum yang menjadi perantara/ penengah antara semua anbiya’ (para nabi) dan auliya’ (para wali). Lihat Ilat Tashawwuf ya ‘Ibadallah oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Jam’iyyah Ihyait Turats al-Islami, hal 42, pen).
Tarikat
Wahidiah
Tarikat yang ini didirikan oleh Kyai Majid Ma`ruf di Kedonglo, Kediri (Jawa Timur), 1963. Teoritis tarikat ini terbuka sifatnya, karena orang tidak usah mengucapkan sumpah untuk menjadi anggota: siapa saja yang mengamalkan zikir salawat wahidiah sudah dianggap sebagai anggota.
Motivasi
mendirikan tarikat ini adalah meningkatkan ketaatan orang Islam kepada
perintah-perintah agama. Pendirinya menganggap masyarakat Jawa dewasa ini
mengalami kekosongan agama dan kejiwaan. Itulah sebabnya ia mengajak
masyarakat Islam agar meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan dengan setiap
kali mengucapkan zikir “fafirruu ilallaah”, artinya: “marilah kita kembali ke
jalan Allah.”
Begitulah
beberapa tarikat dari buku Leksikon Islam 2.
|
Komentar
Posting Komentar