Orang tua Eri Gusnedi dari tahun 1971 sampai 1994
Sekilas kehidupan Ali Ausar dan Murni
Orang Tua Eri Gusnedi, P.ST., M.A
Ali Ausar adalah anak dari Majon Tinggi dan Sitimumin suku Caniago baringin, lahir pada tanggal 30 Mei 1950, Ali Ausar empat bersaudara, dua saudara perempuan yakni Sarinah dan Samsiwar, satu saudara laki-laki alm Muhammad Nasir.
Murni adalah anak dari Halimah suku Koto, lahir pada tanggal 31 Desember 1958, beliau lima bersaudara, dua saudara perempuan, yakni Nuk (anak: Des, Li dan Rahman), Yet (anak: Ja, Danil, Nadia dan Hafizah), dua saudara laki-laki, yakni: Indo Mudin (anak: Rudi, Reni, Ja, Yanti, Ayu, El), dan Kari Adi (anak: Ta, Rahmah).
Ali Ausar dan Murni menikah pada tahun 1971, dengan modal seadanya, setelah menikah beliau tidak tinggal di rumah gadang (rumah pusako), beliau pergi merantau ke Bayua, Maninjau, awal tinggal di bayua tinggal di rumah orang lain yang berbaik hati menerima beliau. di rumah ini beliau dipinjamkan peralatan rumah tangga oleh pemilik rumah, sampai piring makanpun dipinjam, sedih memang ketika beliau menceritakan kisah ini, ketika beliau menyebutkan makan dengan memakai piring tempat makanan kucing pemilik rumah, air mata beliau pun turun mengingat kesedihan waktu itu.
Di Bayua inilah Ali Ausar mulai buka usaha dengan berjualan kasur, Alhamdulillah berkat ketabahan dan kesabaran kehidupan mulai menggeliat lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Namun pada tahun 1978 perekonomian kembali menghadapi kesulitan, maka beliau pulang kampung dengan harapan semoga di kampung kehidupan akan membaik.
Di kampung beliau kembali hidup baru, yang selama ini beliau biasa berdagang, sekarang berubah propesi menjadi petani, tidak mudah memang bealih propesi, namun dengan ketabahan dan kesungguhan, sedikit demi sedikit beliau belajar bertani dan dengan suka-duka yang beliau hadapi, akhirnya beliau berhasil membeli rumah milik Idan Eteng yang terletak di cangkiang pada tanggal 06 oktober 1981.
Setelah dijalani tinggal di cangkiang, rumah yang telah dibeli, namun karena rumah itu tidak memiliki halaman dan yang ada hanya halaman tetangga untuk masuk ke rumah, maka timbul keinginan untuk membuat rumah di kubang, tepatnya di tepi jalan usang. Pada tanggal 02 Juni 1988 membayar parabah tanaman parak di kubang, jalan usang, dan berencana membangun rumah di sana, namun gagal karena tidak dapat izin dengan terpakainya sedikit tanah pusako.
Membangun rumah di kubang sudah batal, namun Allah Maha Pengasih dan Penyayang, tepatnya pada 18 Agustus 1994 tetangga yang halamannya tempat lewat masuk ke rumah akan pindah ke payakumbuh, dan bermaksud menjualnya, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan akhirnya rumah itupun dibeli.
Orang Tua Eri Gusnedi, P.ST., M.A
Ali Ausar adalah anak dari Majon Tinggi dan Sitimumin suku Caniago baringin, lahir pada tanggal 30 Mei 1950, Ali Ausar empat bersaudara, dua saudara perempuan yakni Sarinah dan Samsiwar, satu saudara laki-laki alm Muhammad Nasir.
Murni adalah anak dari Halimah suku Koto, lahir pada tanggal 31 Desember 1958, beliau lima bersaudara, dua saudara perempuan, yakni Nuk (anak: Des, Li dan Rahman), Yet (anak: Ja, Danil, Nadia dan Hafizah), dua saudara laki-laki, yakni: Indo Mudin (anak: Rudi, Reni, Ja, Yanti, Ayu, El), dan Kari Adi (anak: Ta, Rahmah).
Ali Ausar dan Murni menikah pada tahun 1971, dengan modal seadanya, setelah menikah beliau tidak tinggal di rumah gadang (rumah pusako), beliau pergi merantau ke Bayua, Maninjau, awal tinggal di bayua tinggal di rumah orang lain yang berbaik hati menerima beliau. di rumah ini beliau dipinjamkan peralatan rumah tangga oleh pemilik rumah, sampai piring makanpun dipinjam, sedih memang ketika beliau menceritakan kisah ini, ketika beliau menyebutkan makan dengan memakai piring tempat makanan kucing pemilik rumah, air mata beliau pun turun mengingat kesedihan waktu itu.
Di Bayua inilah Ali Ausar mulai buka usaha dengan berjualan kasur, Alhamdulillah berkat ketabahan dan kesabaran kehidupan mulai menggeliat lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Namun pada tahun 1978 perekonomian kembali menghadapi kesulitan, maka beliau pulang kampung dengan harapan semoga di kampung kehidupan akan membaik.
Di kampung beliau kembali hidup baru, yang selama ini beliau biasa berdagang, sekarang berubah propesi menjadi petani, tidak mudah memang bealih propesi, namun dengan ketabahan dan kesungguhan, sedikit demi sedikit beliau belajar bertani dan dengan suka-duka yang beliau hadapi, akhirnya beliau berhasil membeli rumah milik Idan Eteng yang terletak di cangkiang pada tanggal 06 oktober 1981.
Setelah dijalani tinggal di cangkiang, rumah yang telah dibeli, namun karena rumah itu tidak memiliki halaman dan yang ada hanya halaman tetangga untuk masuk ke rumah, maka timbul keinginan untuk membuat rumah di kubang, tepatnya di tepi jalan usang. Pada tanggal 02 Juni 1988 membayar parabah tanaman parak di kubang, jalan usang, dan berencana membangun rumah di sana, namun gagal karena tidak dapat izin dengan terpakainya sedikit tanah pusako.
Membangun rumah di kubang sudah batal, namun Allah Maha Pengasih dan Penyayang, tepatnya pada 18 Agustus 1994 tetangga yang halamannya tempat lewat masuk ke rumah akan pindah ke payakumbuh, dan bermaksud menjualnya, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan akhirnya rumah itupun dibeli.
Komentar
Posting Komentar