Empat Golongan Manusia Menurut Imam al-Ghazali | Khuthbah, Taushiyah, Ceramah
Materi Khutbah/Taushiyah/Ceramah
“Empat Golongan Manusia Menurut Imam Al-Ghazali”;
Oleh:
Eri Gusnedi, P.St, M.A.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah
mencurahkan kenikmatan dan karuniaNya yang tak terhingga dan tak pernah putus
sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan
sehingga pada kali ini kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jum’at.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada pemimpin dan uswah kita Nabi
Muhammad, yang melalui perjuangannyalah, cahaya Islam ini sampai kepada kita,
sehingga kita terbebas dari kejahiliyahan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat
serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Khutbah kali ini mengambil sebuah judul “Empat Golongan Manusia Menurut Imam Al-Ghazali”;
Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu
Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu).
Orang ini bisa disebut ‘alim =
mengetahui. Kepada orang ini yang harus kita lakukan adalah mengikutinya.
Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam, yang masih
butuh banyak diajari, maka sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini,
duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati.
“Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang
memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia
menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar
bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat
manusia. Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Manusia yang sukses dunia dan
akhirat,” ujarnya.
Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu
Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu).
Untuk model ini, bolehlah kita sebut dia
seumpama orang yang tengah tertidur. Sikap kita kepadanya membangunkan dia.
Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau
dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai di
sekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnya memiliki
potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi. Karena
keberadaan dia seakan gak berguna, selama dia belum bangun manusia ini sukses
di dunia tapi rugi di akhirat.
Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu
Laa Yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu
alias sadar diri kalau dia tidak tahu).
Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini
masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari
kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di
tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia
belajar.
Dengan belajar itu, sangat diharapkan suatu
saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu. Manusia seperti ini
sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat.
Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri
Annahu Laa Yadri (Seseorang yang Tidak Tahu (tidak berilmu), dan dia Tidak Tahu
kalau dirinya Tidak Tahu).
Menurut Imam Ghazali, inilah adalah jenis
manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti,
selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.
Repotnya manusia jenis seperti ini susah
disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa
lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Manusia
seperti ini dinilai tidak sukses di dunia, juga merugi di akhirat.
Untuk itu mari kita intropeksi diri
masing-masing, di kelompak manakah kita berada. Semoga
Komentar
Posting Komentar