Tauhid dan Zikir
Ilmu Tauhid,
Zikir
I.
Pemahaman tentang Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid
a.
Pengertian ilmu tauhid:
Ilmu
yang membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali harus
ditiadakan daripada-Nya, serta tentang rasul-rasul Allah SWT untuk menetapkan
kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada pada diri mereka, hal-hal yang boleh
dikaitkan (dinisbahka) kepada mereka, dan hal-hal yang terlarang mengaitkannya
kepada mereka.
Ilmi
ini dinamakan ilmi tauhid karena pokok pembahasannya yang paling penting adalah
menetapkan keesaan (wahdah) Allah SWT dalam Zat-Nya, dalam menerima
peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali,
satu-satunya tujuan.
b.
Tujuan ilmu tauhid
Ilmu
tauhid bertujuan untuk memantapkan keyakinan dan kepercayaan agama melalui akal
pikiran, di samping kemantapan hati yang didasarkan pada wahyu.
c.
Faidah ilmu tauhid
Agar
I’tikat manusia menjadi suci bersih terhindar dari segala keyakinan yang keliru
dan tersesat, terhindar dari segala macam kemusyrikan.
d.
Kedudukan ilmu tauhit
Ilmu
tauhid adalah ilmu yang sangat penting dan sangat utama dalam Islam serta
umatnya sebab ilmu ini menyangkut Zat Allah SWT dan menyangkut diri Rasul-Nya.
Allah
SWT adalah Zat yang Maha Kuasa dalam segala-galanya. Segala isinya alam
termasuk manusia adalah kecil, semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya.
e.
Pembagian Tauhid
Berdasarkan
jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam tiga
bagian:
1.
Tauhid Rububiyah
Yakni
Mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa,
dan pengatur alam semesta.
2.
Tauhid Uluhiyah
Yakni
mempercayai bahwa hanya kepada Allah SWT-lah manusia harus bertuhan, beribadah,
memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan tidak merendah kepada selain-Nya.
3.
Tauhid sifatiyah
Yakni
mempercayai bahwa hanya kepada Allah SWT yang memiliki segala sifat
kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.
f.
Sifat-sifat Allah
1)
Sifat Wajib bagi Allah
Sifat
yang wajib bagi Allah terhimpun dalam 4 bagian:
a)
Sifat nafsiyah
b)
Sifat salbiyah
c)
Sifat ma’ani
d)
Sifat ma’nawiyah
Nafsiah
|
Salbiah
|
Ma’ani
|
Ma’nawiyah
|
Wujud
|
Qidam
|
Qudrat
|
Kaunuhu Qadiran
|
|
Baqa’
|
Iradat
|
Kaunuhu Muridan
|
|
Mukhalafatuhu
Lilhawadith
|
Ilmu
|
Kaunuhu ‘Aliman
|
|
Qiyamuhu Binafsih
|
Hayat
|
Kaunuhu Hayyan
|
|
Wahdaniat
|
Sama’
|
Kaunuhu Sami’an
|
|
|
Bashar
|
Kaunuhu Bashiran
|
|
|
Kalam
|
Kaunuhu Mutakalliman
|
1 + 5 + 7 +
7 = 20
|
Keterangan:
Sifat Nafsiah
Sifat Nafsiah ialah dari zat itu sendiri, bukan sifat yang
menumpang pada zat itu. Sifat ini dikatakan Nafsiah kerana tidak menunjukkan
makna yang menumpang pada diri zat. Menurut Jumhur Ulama’ sifat ini menunjukkan
kepada zatnya, bukan menunjukkan kepada perkara yang menumpang pada zat.
Sifat ‘Wujud’ dikatakan Sifat
Nafsiah artinya, wujud itu bukan merupakan sifat yang menumpang atau menempel
pada Zat Allah s.w.t. akan tetapi Zat Allah s.w.t. itu dengan sendirinya
kewujudan Allah
Sifat Salbiah:
Salbiah maksudnya, menanggalkan,
menolak ataupun menafikan. Maksud sifat Salbiah dalam hal ini yaitu menolak
sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah s.w.t. Umpamanya menolak sifat-sifat
yang tidak layak bagi Allah seperti Baqa’ artinya kekal. Sifat ini menafikan
sifat Fana’ ataupun binasa bagi Allah s.w.t.
Sifat Ma’ani:
Sifat Ma’ani ialah sifat yang Maujud
atau ada yang berdiri pada Zat Allah s.w.t. yang menyebabkan Zat itu bersifat
dengan suatu hukum Sifat Ma’nawiyah. Umpamanya Sifat Ma’ani seperti Ilmu, sifat
ini ialah sifat yang berdiri pada Zat Allah. Artinya Ilmu itu sifat Allah bukan
Zat Allah. Allah s.w.t. dapat mengetahui sesuatu dengan Ilmu-Nya bukan dengan
Zat-Nya. Yang menyebabkan zat itu bersifat dengan sifat suatu hukum Sifat
Ma’nawiyah maksudnya Allah dikatakan Kaunuhu ‘Aliman (Keadaan-Nya Berilmu).
Kerana Allah mempunyai sifat Sama’ maka Allah dikatakan Kaunuhu Sami’an
(Keadaan-Nya Mendengar).
Sifat Ma’nawiyah:
Sifat Ma’nawiyah yaitu suatu perkara
yang sabit atau yang tetap bagi Zat Allah s.w.t.bersifat dengan Sifat Ma’ani.
Di antara Sifat Ma’ani dengan Sifat Ma’nawiyah tidak terpisahkan. Misalnya
Keadaan Allah Berilmu (Kaunuhu ‘Aliman – Sifat Ma’nawiyah), ini kerana Allah
mempunyai sifat Ilmu (Sifat Ma’ani). Ataupun Allah s.w.t. dikatakan Kaunuhu
Qadiran (Keadaan-Nya Berkuasa – Sifat Ma’nawiyah) kerana Allah mempunyai sifat
Qudrat (Kuasa – Sifat Ma’ani) dan bergitu seumpamanya.
20 Sifat-sifat yang Wajib bagi ALLAH:
1. Sifat WUJUD: Ada
Allah s.w.t. wajib memiliki sifat
Wujud artinya Allah s.w.t. itu wajib ada. Allah s.w.t. adalah sebagai Zat yang
Wajibul Wujud artinya Zat yang wajib adanya. Wujudnya Allah s.w.t. tidak
diragukan lagi, karana adanya Allah dapat dibuktikan dengan dalil Al-Quran dan
Al-Hadith (dalil naqal) dan dapat dibuktikan dengan akal (dalil aqali)
Allah s.w.t. tidak ada yang
menjadikan-Nya dan tidak pula Allah menjadikan diri-Nya sendiri. Adanya Allah
tidak diduhului dengan tiada dan tidak diakhiri dengan tiada. Dan mustahil
Allah itu tiada. Wujudnya Allah s.w.t. mutlak artinya adanya Allah s.w.t. itu
wajib, dan mustahil jika Allah tiada ada. Kewujudan-Nya tidak dibatasi oleh
sesuatu, waktu, keadaan mahupun tempat.
As-Sajadah ayat 4 :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَافِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا
تَتَذَكَّرُونَ
“Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. Tidak ada bagi kamu
selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Lukman ayat 25
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ
لَا
يَعْلَمُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?"
Tentu mereka akan menjawab: "Allah." Katakanlah : "Segala puji
bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
2. Sifat QIDAM: Sedia
Qidam artinya ‘Sedia’, yaitu adanya
Allah s.w.t. tidak dengan permulaan dan mustahil bagi Allah kalau berpermulaan.
Sebab jika Allah berpermulaan berarti ada yang menjadikan dan jika sesuatu itu
ada yang menjadikan maka sudah pasti itu bukan Tuhan. Allah tidak beranak dan
tidak pula diperanakkan, kerana Allah Dia-lah yang awal dan Dia-lah yang akhir.
Qidamnya Allah, atau Allah itu
dahulu atau sedia, artinya adanya Allah itu tidak bermula dan tidak berakhiran
itu maksud tiada kesudahan bagi Allah. Adanya Allah jelas dan nyata dan
menguasai atas segala yang batin atau mengetahui segala yang tersembunyi.
Zat-Nya tidak dapat disaksikan dengan mata begitu juga akal dan hati tidak mampu
untuk mengetahui tentang-Nya.
Sifat Qidam merupakan Sifat Salbiah,
yaitu menafikan atau menolak sifat yang berlawanan dengannya. Jika sudah terang
dan nyata Allah bersifat Qidam artinya tidak berpermulaan, berarti sifat Qidam
itu sendiri menafikan sifat yang menjadi lawan dengannya, yaitu sifat Huduts
atau baharu. Adanya Allah sudah tentu semenjak dari zaman Azali lagi yaitu
sebelum segala sesuatu itu ada. Setiap insan wajib mengimani tentang kewujudan
Allah itu tidak berpermulaan dan tidak pula akan berakhir.
Al-Hadid ayat 3 :
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan
Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
3. Sifat BAQA’: Kekal
Allah s.w.t wajib mempunyai sifat Baqa’,
artinya kekal ataupun tidak berkesudahan, wujud Allah kekal untuk
selama-lamanya, tidak ada batasan waktu ataupun masa. Orang yang beriman kepada
Allah menyakini bahawa yang menciptakannya itu kekal tanpa berkesudahan, begitu
juga harus dipercayai oleh setiap insan bahawasanya kehidupan makhluk akan
berakhir dengan kebinasaan dan kehancuran, dan akan ia kembali kepada Allah
s.w.t. Yang Maha Kekal.
Dengan mempercayai akan Allah
mempunyai sifat Baqa’, dddianya akan menguatkan keyakinan tentang adanya kehidupan
di akhirat, sebagai meneruskan kehidupan di atas dunia yang fana’ ini. Kerana
masih ada Pencipta Yang Maha Baqa’ yang mengaturkan tentang kehidupan di
akhirat kelak.
Al-Qashash 88
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ
وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (88)
“88. Janganlah kamu sembah di
samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Ar-Rahman 26-27
26. “Semua yang ada di bumi itu
akan binasa 27. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
4. Sifat MUKHALAFATUHU
LILHAWADITH: Berlainan dengan sekali makhluk
Allah s.w.t. bersifat Mukhalafatuhu
Lilhawadith, artinya Allah berlainan dengan sekalian makhluk. Sudah tentu
mustahil bagi Allah menyerupai akan sesuatu. Sebab Allah tidak sama dengan
bentuk makhluk ciptaan-Nya, baik makhluk yang bernyawa ataupun tidak bernyawa. Berbeda
Zat Allah dengan makhluk artinya Zat-Nya tidak sama dengan makhluk. Berbedanya
sifat-safit Allah dengan makhluk ciptaan-Nya maksudnya, sifat-sifat Allah tidak
sama dengan makhluk.
Perbedaan Zat Allah dengan sesuatu
yang baharu maksudnya bahawa Zat Allah tidak sama dengan benda lain yang
diciptakan-Nya, yang memiliki zat yang baharu. Berbeda sifat Allah dengan
sesuatu yang baharu juga tidak sama dengan sifat segala benda selain Allah.
Begitu juga dengan perbuatan Allah, tidak sama dengan perbuatan baharu atau
segala benda yang ada di alam ini.
Jika kita bayangkan Allah itu dengan
sesuatu benda yang ada di alam ini berarti kita telah mempersekutukan Allah
dengan yang lain, syirik hukumnya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam
menghayati sifat-sifat yang wajib bagi Allah ini, jangan sampai pemikiran dan
minda kita dipimpin oleh syaithan, sehingga sampai pada peringkat mempersekutukan
Allah. Na’zubillah.
Asy-Syura, 11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura, 11)
Dan bersalahan Allah Ta’ala bagi
segala yang baharu dan juga tidak menyamai-Nya itulah dikatankan sifat
Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith dan makna bersalahan itu tiga perkara:
5. Sifat QIYAMUHU
BINAFSIHI: Berdiri dengan sendiriNya.
Qiyamuhu Binafsihi maksudnya berdiri
dengan sendiriNya, bahawa Allah bersifat berdiri dengan sendiri bukan
bergantung dengan selain dari-Nya. Allah tidak bergantung terhadap yang
diciptakan-Nya, sebaliknya sesuatu yang diciptakan-Nya itu setiap saat selalau
berhajat kepada Allah s.w.t.
Allat s.w.t. tidak berhajat dan
berkehendak terhadap sesuatu yang lain, tidak memerlukan bantuan kepada
makhluk-makhluk-Nya. Allah bersifat Qiyamuhu Binafsihi, mustahil jika Allah
berhajat dan meminta pertolongan dengan alam yang akan binasa.
Allah Maha Berkuasa memiliki segala
apa yang ada dilangit dan bumi. Kemudian tidak sukar bagi Allah untuk mengurusi
segala sesuatu yang ada di alam ini. Dia Maha Perkasa tidak pula Ia memerlukan
bantuan dalam mengurusi segala ciptaan-Nya yang banyak itu.
Al-ankabut 6
…إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ
عَنِ الْعَالَمِينَ (6)
“…..Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
6. Sifat WAHDANIYAH:
Allah Maha Esa (Ke-Esa-an)
Wahdaniyah artinya Allah Maha Esa,
tidak berbilang-bilang jumlahnya. Esa Allah Ta’ala itu ialah pada Zat-Nya,
Sifat-Nya dan Af’al-Nya. Allah itu Esa, maka janganlah sekali-kali kita
membayangkan atau memikirkan bahawa ada tuhan yang lain selain daripada Allah.
Beriman kepada ke-Esa-an Allah, memudahkan bagi kita untuk beribadah dan
berharap kepada Yang Satu.
Di samping kita percaya bahawa Zat
Allah s.w.t. itu Esa, kita juga harus yakini bahawa sifat-sifat Allah itu
mempunyai nilai yang tidak mengenal batas. Jika dikatakan Allah itu Maha
Pemurah, maka pemurahnya Allah itu tidak mengenal batas. Jika Allah itu
bersifat Maha Pengampun, maka ampunan Allah itu tidak mengenal batas. Walau
betapa besar dosa dan kesalah nseseorang itu, jika Allah menghendaki
keampunan-Nya, maka dosa-dosa orang tersebut akan diampuni Allah s.w.t.
Dan makna Esa pada Zat Allah itu
ialah Zat Allah yang tidak bersusun daripada beberapa Zat yang boleh
dibilangkan dengan sekurang-kurangnya bilangan dengan baharu, boleh dikerat,
dibelah dan dipotong seperti bagi zat yang baharu.
Al-Anbiyak 22
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا
فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (22)
“Sekiranya ada di langit dan di
bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka
Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
Al-Ikhlas 1
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa.
7. Sifat QUDRAT: Allah
Maha Kuasa (Pekuasa)
Qudrat artinya Allah Maha Berkuasa
keatas segala sesuatu. Hanya Allah yang berkuasa, sedangkan selain Allah
sebenarnya tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Kekuasaan Allah mutlak
milik-Nya. Kekuasaan Allah itu bukan datangnya kemudian, tetapi sudah ada
semenjak zaman Azali lagi, yaitu sebelum adanya sesuatu selain daripada Alah
s.w.t.
Allah s.w.t. menjadikan segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya. Firman Allah s.w.t.:
إِنَّمَا
أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila
Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah
ia.” (Yassin: 82)
Al-Baqarah 20
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20)
“…..Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu.”
8. Sifat IRADAT:
Berkehendak
Allah s.w.r. mempunyai sifat Iradat,
yaitu berkehendak, maksudnya bahawa Allah s.w.t. dalam menciptakan segala
sesuatu berpedoman kepada kehendak-Nya. Begitulah alam semesta ini terjadi,
kerana Kudrat dan Iradat Allah, diatas Kekuasaan dan Kehendak Allah s.w.t. dan
tidak ada batasannya dan tidak dapat dilukiskan melalui fikiran manusia tentang
keinginan Allah.
Dan Iradat itu ialah satu sifat yang
sedia kala pada Zat Allah. Dengan sifat Iradat, Allah Ta’ala mengkehendaki dan
menentukan mumkin dengan setengah-setengah barang yang harus atas mumkin.
An-Nahl 40
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ (40)
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu
apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun
(jadilah)", maka jadilah ia”
9. Sifat ILMU: Allah
Maha Mengetahui
Allah bersifat ilmu, artinya bahawa
Allah Maha Mengetaui. Allah memiliki pengetahuan dan mengetahui akan segala
sesuatu, yang sudah berlaku, yang sedang berlaku dan yang akan berlaku, baik di
langit, dibumi mahupun yang diantaranya, dan segala sesuatu yang
diciptakan-Nya.
Dan Ilmu itu ialah sifat yang ada ia
di Zat Allah Ta’ala, yang nyata segala perkara yang wajib dan yang mustahil dan
yang harus itu dengan Ilmu yakni dengan pengetahuan tidak jahil. Dan makna
mengetahui akan segala perkara yang wajib itu mengetahui dengan sungguhnya dan
mengetahuisegala yang mustahil itu mengetahui dengan tidaknya, dan mengetahui
perkara yang harus itu mengetahui akan ada atau tiada atau akan tiadanya.
Al-Baqarah 231
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ (231)
“…Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah
bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Al-Hujurat 18
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di
langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
10. Sifat HAYAT: Hidup
Allah s.w.t. wajib mempunyai sifat
Hayat yaitu hidup, dan mustahil bagi-Nya mempunyai sifat binasa yang sama
dengan makhluk. Sifat hidup Allah ini tidak sama sebagaimana dengan kehidupan
alam, seperti manusia, malaikat haiwan dan makhluk-makhluk yang lainnya. Allah
hidup tidak berhajat terhadap sesuatu, seperti pada makhluk yang menghajatkan
dan memerlukan nyawa, nafas, makan dan minum. Kehidupan makhluk merupakan hasil
daripada pemberian Allah, maka pada saat yang dikehendaki-Nya, kehidupan
makhluk itu dapat berakhir.
Al-Furqan 58
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ
بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا (58)
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup
(kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia
Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”
11. Sifat SAMA’: Allah Maha
Mendengar
Sama’ artinya Mendengar dan Allah
bersifat Sama’ bahawa Allah Maha Mendengar segala sesuatu yang diperkatakan
oleh makhluk-makhluk-Nya. Allah Maha Mendengar baik yang kuat mahupun perkara
yang dibisikkan oleh makhluk-Nya. Walaupun begitu pendengaran yang ada pada
Allah tidak berhajat pada sesuatu yang ada pada makhluk-Nya.
Al-Maidah 76
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ
ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (76)
“Katakanlah: "Mengapa kamu
menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat
kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
12. Sifat BASYAR: Allah Maha
Melihat
Allah bersifat Basyar artinya bahawa
Allah Maha Melihat apa sahaja yang ada di alam ini. Allah dapat melihat segala
gerak geri makhluk-Nya. Namun Penglihatan Allah itu tidaklah sama dengan
penglihatan makhluk ciptaan-Nya. Allah tidak berhajat seperti makhluk-Nya untuk
melihat.
Al-Mukminin ayat 19
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (19)
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat[1318]
dan apa yang disembunyikan oleh hati.”
13. Sifat KALAM: Allah
Berkata-kata
Allah mempunyai sifat Kalam atau
berkata-kata, dan mustahil bagi Allah Yang Maha Agung itu bersifat berlawanan
dengan sifat Kalam. Walaubagaimanapun Kalam Allah tidak seperti yang dihajatkan
oleh makhluk-Nya. Kalam Allah itu dinamakan Wahyu yang diberikan kepada
makhluk-Nya sebagai mendatangkan kebenaran-Nya.
Annisa’ 164
…وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيمًا (164)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung[381].”
14. Sifat KAUNUHU QADIRAN: Allah tetap selalau dalam keadaan
Berkuasa
15. Sifat KAUNUHU MURIDAN: Allah tetap dalam keadaan Menghendaki
16. Sifat
KAUNUHU ALIMAN: Allah tetap dalam keadaan Mengetahui
17. Sifat
KAUNUHU HAYYAN: Allah tetap dalam keadaan Hidup
18. Sifat
KAUNUHU SAMI’AN: Allah tetap dalam keadaan Mendengar
19. Sifat
KAUNUHU BASIRAN: Allah tetap dalam keadaan Melihat
20. Sifat KAUNUHU MUTAKALLIMAN: Allah tetap dalam keadaan Berkata-kata
II. Wirid/zikir
Dikalangan
ahli tasawuf memakaikan istilah wirid adalah zikir, zikir dan wirid tidak hnaya
berarti pembacaan Al-Qur’an secara umum, tetapi pembacaan rumusan-rumusan
keagamaan yang pendek, yang biasanya mengandung 99 nama Allah dan diulang-ulang
membacanya.
Dalam
perguruan silat wirid adalah bacaan
zikir, do’a dan ayat alquran yang dibiasakan membacanya atau mengamalkannya dan
umumnya dilakukan setelah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah yang
dibaca dengan kaifiat dan hitungan tertentu.
Ada
beberapa makna terkandung dalam aktivitas wirid
Pertama:
wirid merupakan latihan ber-istiqamah yang kelak akan mendatangkan karamah
Kedua:
wirid adalah sebagai do’a (permohonan, pengharapan) atas suatu kehendak batin
secara rutin dan ini cara lansung terus dan terus mengasah batin, menyuplai
pancara ke dalam muara batin manusia. Ibarat satu penggal wirid menghasilkan
satu percikan cahaya kekuatan, maka berapa cahaya tertampung dalam muara tersebut
apabila wirid sudah dilestarikan selama waktu yang telah ditentukan.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ
بُكْرَةً وَأَصِيلًا (الأحزاب: 41-42)
“Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya, Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”
ما جلس قوم مجلسا يذكرون الله فيه الا
حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة وذكرهم الله
فيمن عنده (رواه مسلم)
“Tiada
satu kaum (kalangan) duduk berzikir mengingat Allah pada satu majlis, melainkan
malaikat mengelilingi dan rahmat meliputi mereka, dan Allah mengingat mereka,
termasuk yang dekat disisi-Nya”
Komentar
Posting Komentar