MAKALAH SOSIOLINGUISTIK DAN PSIKOLINGUISTIK
SOSIOLINGUISTIK
DAN PSIKOLINGUISTIK
I.
Pendahuluan
Bahasa,
masyarakat dan prilaku orang yang menyampaikan bahasa merupakan tiga entitas
yang erat berpadu. Ketiadaan satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Di dalam
sebuah wadah masyarakat pasti hadir entitas bahasa. Demikian pula, entitas
bahasa itu pasti akan hadir kalau
masyarakatnya ada, dan dalam masyarakat tersebut juga melahirkan
prilaku-prilaku yang berbeda.
Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial
dalam suatu masyarakat yang ojek kajiannya adalah bahsa yang ada dalam
masyarakat tersebut
Bahasa
sebagai alat interaksi verbal, dapat dikaji secara internal maupun eksternal.
Secara internal dapat dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu sendiri,
seperti struktur fonologi, morfologi, sintaksis sampai pada struktur wacana. Sedang
kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan
faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar bahasa, seperti faktor sosial,
psikologi, etnis, seni, dan sebagainya. Kajian eksternal bahasa melahirkan
disiplin baru yang merupaka kajian antara dua bidang ilmu atau lebih. Salah
satunya adalah sosiolinguistik yang merupakan kajian antara sosial dan
linguistik. Sosiolinguistik memandang bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi
atau alat untuk menyampaikan pikiran. Karena, yang menjadi sorotan dalam
linguistik adalah siapa yang berbicara, menggunakan bahasa apa, kepada siapa,
kapan, dan apa tujuannya. Pandangan sosiolinguistik terhadap bahasa dapat
dilihat dari fungsi-fungsi bahasa melalui sudut pandang penutur, pendengar,
topik, kode, dan amanat pembicaraan.
Sedangkan
kajian eksternal bahasa lain yang melahirkan disiplin baru yang merupakan
kajian antara dua bidang ilmu adalah psikolingustik yang merupakan kajian
antara psikologi dan linguistik. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan
berbahasa dapat diperoleh.
Dalam
makalah ini penulis memberikan hantaran pemahaman tentang sosiolinguistik dan
psikolinguistik, dengan batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
a.
Pengertian
sosiolinguistik dan psikolingustik
b.
Kedudukan
sosiolinguistik dan psikolinguistik di antara cabang linguistik lainnya
c.
Sejarah
perkembangan sosiolinguistik dan psikolinguistik
d.
Metodologi
sosiolinguistik dan psikolinguistik
e.
Masalah-masalah
sosiolinguistik dan psikolinguistik
f.
Manfaat
sosiolinguistik dan psikolinguistik
g.
Studi
bahasa berlandaskan sosiolinguistik dan psikolinguistik
II.
Pembahasan
A.
Pengertian
1.
Pengertian
Sosiolinguistik
a.
Secara
etimolongi kata Sosiolinguistik berasal dari bahasa Inggris, yaitu terdiri dari
kata “socio” yang artinya masyarakat dan “linguistics” yang
artinya ilmu bahasa.[1] Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin
antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan
yang sagat erat.
b.
Secara
terminolongi, Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial
ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan linguistik adalah
bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil objek
bahasa sebagai objek kajiannya.[2]
Berikut
ini ada beberapa defenisi sosiolinguistik yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya
:[3]
a)
Kridalaksana,
sosiolinguistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan
berbagai variasi bahasa, serta hubungan dia antara para bahasawan dengan fungsi
variasi bahasa itu di dalam masyarakat bahasa.
b)
Fishman,
sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi
variasi bahasa, dan pemakaian bahasa, karena ketiga unsur ini selalu
berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat
tutur.
c)
Booiji,
mendefenisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari
faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan
dalam pergaulan.
d)
Wikipedia,
sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya
terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat
dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai
alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
e)
Tarigan,
merangkum semua pendapat tentang sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang
memandang atau menempatkan kedududkan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai
bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak
lagi sebagai individu melainkan sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu,
segala sesuatu dilakukan manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi di sekitarnya.
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulka bahwa sosiolinguistik adalah gabungan dua disiplin ilmu, yakni
sosiologi dan linguistisk yang didalamnya membahas tentang bahasa dalam ranah
kemasyarakatan, baik itu ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsinya,
penerapannya, dan lain sebagainya. Dengan ilmu inilah bisa diketahui tentang
penerapan bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat.
2.
Pengertian
Psikolinguistik
a.
Secara
etimologi
Psikolinguistik terdiri dari kata psycho yang artinya jiwa
dan “linguistics” yang artinya ilmu bahasa.
c.
Secara
terminolongi
Psikolinguistik
terbentuk dari kata psikologi yang artinya ilmu yang mempelajari pikiran,
proses mental dan emosi dari seseorang atau sekelompok orang.[4]
Dan lingustik berarti ilmu bahasa.
Psikologi dan linguistik sama-sama meneliti bahasa sebagai objek
formal. Hanya objek materi keduanya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur
bahasa sedangkan psikologi mengkaji prilaku berbahasa atau proses berbahasa.[5]
Para ahli mengemukakan beberapa defenisi psikolinguistik, di
antaranya :
a)
Psycholinguistics
atau the psychology of language merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang membahas
tentang proses-proses pemerolehan dan penggunaan bahasa ditinjau dari segi
psikologi (Nan Bernstein Ratner, dkk., 1998).
b)
Pada
umumnya psycholinguistics
mempelajari tiga hal utama (Clark & Clark, 1977; Tanenhaus, 1989):
-
Comprehension : How people understand spoken and written language,
-
speech
production : How people produce language,
-
Acquisition : How people learn language.
c)
Wikipedia,
Psycholinguistics didefenisikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari faktor-faktor psikologi dan neurologi yang memungkinkan manusia
untuk memperoleh, menggunakan dan memahami bahasa.
d)
Aitchison
berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan mind.
Sejalan dengan pendapat di atas Field mengemukakan psikolinguistik membahas
hubungan antara otak manusia denga bahasa.[6]
e)
Levert,
mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan
perolehan bahasa oleh manusia, karena sebelum menggunakan bahasa, seorang
pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.[7]
f)
Dalam
proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran, berupa
kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach mengemukakan bahwa psikolinguistik
adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai
bahasa membentuk/ membangun kalimat-kalimat tersebut.[8]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
psikolinguistik adalah gabungan dua disiplin ilmu, yakni psikologi dan
linguistik yang di dalamnya menguraikan proses-proses psikologi yang berlansung
jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh, serta proses mental
yang terjadi pada orang yang menggunakan
bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran. Jadi psikolinguistik
itu adalah ilmu yang meneliti bagaimana para pengujar bahasa membangun
kalimat-kalimat bahasa tersebut.
B.
Kedudukan sosiolinguistik dan psikolinguistik di antara cabang
linguistik lainnya
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang menjadikan
bahasa sebagai objek kajiannya.[9]
Linguistik merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan mempunyai
supdisiplin.[10]
Para ahli linguistik telah mengelompokkan linguistik kepada dua bagian, yaitu
linguistik teoritis ( علم
اللغة النظري ) dan linguistik terapan ( علم
اللغة التطبيقي ).[11]
1.
Linguistik
teoritis ( علم
اللغة النظري ) yang terdiri beberapa supdisiplin ilmu, yaitu : Comparative
Linguistics ( علم اللغة المقارن )
Descriptive ( علم
اللغة الوصفي), Historical Linguistics ( علم
اللغة التاريخي ) Contrastive Linguistics (
التقابلي علم اللغة ),[12]
Grammar ( علم
النحو ), Sematics ( علم
الدلالة ),[13]
Phonetics ( علم الأصوات), Marphology ( علم
الصرف ), Fiqh Lughah
( فقه
اللغة ), dan lainnya.[14]
2.
Linguistik
terapan ( علم اللغة التطبيقي ) yang terdiri dari beberapa subdisiplin
ilmu, yaitu Psycholinguistics ( علم
اللغة النفسي), Sociolinguistics (علم
اللغة الاجتماعي), Computational ( علم
اللغة الآلي الحاسوبي), Lexicography (صناعة
المعاجم ), Translatiaon ( علم
الترجمة
),[15]
Languange Teaching ( تعليم
اللغات
), Languange Testing ( تصميم
اختبارات اللغة ),
Literacy ( محو
الأمية
), dan lainnya.[16]
Dari
penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kedudukan dan posisi sosiolinguistik
dan psikolinguistik diantar cabang linguistik lainnya sebagai bagian dari
linguistik terapan.
Linguistik
merupakan bidang kajian yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik
terbagi menjadi dua yaitu linguistik mikro yang mempelajari struktur internal
bahasa dan linguistik makro yang mempelajari struktur eksternal bahasa.
Linguistik makro mengarahkan kajiannya pada hubungan bahasa dengan
faktor-faktor di luar bahasa karena bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat
dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyaraakat, sedangkan kegiatan itu
sangat luaas. Karena itu, cabang linguistik makro menjadi sangat banyak, salah
satu diantaranya adalah sosiolingustik. Sosiolinguistik terbagi dua bagian :
a.
Mikro
sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya sistem tegur
sapa.
b.
Makro
sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan struktur
sosial.[17]
Setiap
ilmu berdiri sendiri, namun dalam operasional tidak berdiri sendiri. Biasanya
manusia menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan berbagai cabang ilmu. Dengan
kata lain terdapat hubungan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
C.
Sejarah perkembangan sosiolinguistik dan psikolinguistik
1.
Sejarah
Perkembangan Sosiolinguistik
Panini
(500 SM) diyakini oleh banyak linguis sebagai pelopor pengkaji sosolinguistik.
Dalam karyanya yang berjudul Astadhyayi satu buku yang berisi tentang stilistika
bahasa pengkajian sosiolinguistik yang mulai mendapat perhatian. Baru beberapa
abad kemudian, tepatnya pada abad ke-19, Schuchardt, Hasseling, dan Van Name (1869-1897)
untuk pertama kalinya memulai kajian tentang dialek bahasa pedalaman Eropa dan
kontak bahasa yang menghasilkan bahasa campuran.
Perkembangan kajian sosiolinguistik semakin menemukan titik cerah
setelah De Saussure (1857-1913) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah fakta
sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat dua istilah yang
populer hingga saat ini : langue dan parole. Tak lama berselang,
langkah De Saussure ini ditindak lajuti oleh sarjana bahasa Amerika Srikat,
seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield yang melakukan
beberapa kajian bahasa, budaya dan kognisi. Istilah sosiolinguistik digunakan
pertama kali oleh Harver Currie pada tahun 1952.[18]
2.
Sejarah
Perkembangan Psikolinguistik
Psikolinguistik adalah ilmu hibrida, yakni ilmu yang merupakan
gabungan antara dua ilmu psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sebenarnya
sudah tampak pada permulaan abad ke-20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt
menyatakan bahwa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologi. Pada
waktu itu telaah bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik
dan kultural ke suatu pendekatan yang “ilmiah”.[19]
Peristiwa lain yang berkenaan dengan perkembangan psikolinguistik
terjadi di Benua Amerika. Kajian tentang kaitan antara bahasa dan ilmu jiwa
juga mulai tumbuh. Pada perkembagan keterkaitan bahasa dan ilmu jiwa tersebut
dibagi menjadi empat tahap, yaitu : tahap formatif, tahap linguistik, tahap
kognitif, dan tahap teori psikolinguistik, realita psikologi, dan ilmu
kognitif.[20]
a)
Tahap
Formatif
Pada
pertengahan abad ke-20 John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie
Corparation, Amerika, mulai menggas penggabungan kedua ilmu ini. Ide ini
kemudian dikembangkan oleh psikolog lain, John B. Carroll, yang pada tahun 1951
menyelenggarakan seminar di Universitas Carnell untuk merintis keterkaitan
antara kedua disiplin ilmu ini. Pertemuan ini dilanjutkan pada tahun 1953 di
Universitas Indiana. Hasil pertemuan ini membuat gema yang sangat kuat di
antara para ahli ilmu jiwa maupun ahli bahasa sehingga banyak penelitian yang
kemudian dilakukan terarah pada kaitan antara kedua ilmu ini. Pada saat itulah istilah
psycholinguistics pertama kali dipakai. Kelompok ini kemudian mendukung
penelitian mengenai relativitas bahasa seperti dikemukakan oleh Benjamin Lee
Whorf (1956) dan universal bahasa seperti dalam karya Green Berg (1963)
merupakan karya-karya pertama dalam bidang psikolinguistik.
b)
Tahap
Linguistik
Perkembangan
ilmu linguistik, yang semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian
beralih ke mentalisme (yang sering juga disebut sebagai nativisme) pada tahun
1957 dengan diterbitkannya buku Chomsky, Syntactic Structures, dan
kritik tajam dari Chomsky terhadap teori behavioristik B.F. skinner (Chomsky
1959) telah membuat psikolinguistik sebagai ilmu yang banyak diminati.[21]
c)
Tahap
Kognitif
Pada
tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan
biologis manusia dalam pemeroleh bahasa. Pelopor seperti Chomsky mengatakan
bahwa linguis itu sebenarnya adalah psikolog kognitif. Perolehan bahasa pada
manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandasan prinsip-prinsip
kognitif. Tata bahasa, misalnya, tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang
terlepas dari kognisi manusia kerena konstituen dalam suatu ujaran sebenarnya
mencerminkan realita psikologi yang ada pada manusia tersebut.
Pada
tahapan ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi merupakan landasan
bahasa itu, tubuh. Orang-orang seperti Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa
pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan
pertumbuhan biologinya.
d)
Tahap
Teori Psikolinguistik
Pada tahap akhir ini, psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai
ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa
manusia menyangkut bahnyak cabang ilmu pengetahuan yang lain. Psikolinguistik
tidak lagi terdiri dari psiko dan linguistik saja tetapi juga menyangkut
ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primotologi dan genetika. Dengan
kata lain, psikolinguistik sekarang telah menjadi ilmu yang ditopang oleh
ilmu-ilmu yang lain.[22]
D.
Metodologi sosiolinguistik dan psikolinguistik
Metode sosiologi dengan pengamatan atau observasi dan pengumpulan
data melalui wawancara atau kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data di
masyarakat. Analisis untuk mendapatkan pola-pola umum dalam tindak berbahasa
dapat menggunakan metode statistik dari sosiologi. Metode sampling dan
teori probabilitas, serta metode survei yang biasanya digunakan dalam
penelitian kemasyarakatan juga dapat diterapkan dalam sosiolinguistik.[23]
Adapun metode penelitian psikolinguistik dapat dilakukan dengan observasi,
dengan kemajuan teknologi, data diperoleh dengan merekam ujaran maupun tingkah
laku anak saat berujar, baik secara visual maupun auditori. Data yang kemudian
ditranskripkan dan diamati bentuk visualnya akhirnya diolah untuk ditemukan
kesimpulan-kesimpulannya.[24]
E.
Masalah-masalah sosiolinguistik dan psikolinguistik
1.
Masalah-masalah
sosiolinguistik
Pada tahun 1964, dalam konferensi
sosiolinguistik yang pertama telah dirumuskan tujuh dimensi dalam penelitian
sosiolinguistik yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik, yaitu :[25]
a.
Identitas
sosial penutur : Identitas sosial dari penutur antara lain dapat diketahui dari
pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan
lawan tutur
b.
Identitas
sosial dari pendengaran yang terlibat : Identitas sosial dari pendengaran tentu
harus dilihat dari pihak penutur.
c.
Lingkungan
sosial tempat peristiwa tutur : Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur dapat
mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur.
d.
Analisis
sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial : Analisis sinkronik dan
diakronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-pola dialek sosial
itu.
e.
Penilaian
sosial yang berbeda oleh penutur terhadap prilaku bentuk-bentuk ujaran.
Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di dalam
masyarakat.
f.
Tingkatan
variasi dan ragam linguistik
g.
Penerapan
praktis dari penelitian sosiolinguistik : merupakan topik yang membicarakan
kegunaan penelitian sosolingustik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam
masyarakat.
2.
Masalah-masalah
psikolinguistik
Objek
psikolinguistik adalah bahasa, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia
yang tercermin dengan gejala jiwa. Dengan kata lain, bahasa yang dilihat dari
aspek-aspek psikologi. Orang yang sedang marah akan lain perwujudan bahasanya
yang digunakan dengan orang yang bergembira.[26] Ruang
lingkup psikolinguistik mencoba memberikan bahasa dilihat dari aspek psikologi
dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh manusia. Itu sebabnya topik-topik penting
yang menjadi lingkupan psikolinguistik adalah psikolinguistik teoritis,
psikolinguistik perkembangan, psikolinguistik sosial, psikolinguistik
pendidikan, neuropsikolinguistik, psikolinguistik eksperimental,
psikolinguistik terapan.[27]
Dalam
psikolinguistik ada empat masalah utama yang dibahas :
a.
Komprehensif
: proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga dapat menangkap apa
yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud.
b.
Produksi
: proses-proses mental pada diri yang
membuat seseorang dapat berujar seperti yang dia ujarkan.
c.
Landasan
biologis dan neurologis, ini yang membuat manusia bisa berbahasa
d.
Pemeroleh
bahasa : bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.[28]
Adapun
menurut Abdul Chaer masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan psikolinguistik
adalah :[29]
a.
Apakah
sumbernya bahasa itu ? Apakah yang dimiliki oleh seseorang sehingga dia mampu
berbahasa ? Bahasa itu terdiri dari komponen-komponen apa saja ?
b.
Bagaimana
bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir ? dimanakah bahasa itu berada dan
disimpan ?
c.
Bagaimana
bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang anak ? bagaimana perkembangan
penguasaan bahasa itu ? bagaimana bahasa kedua itu dipelajari ? bagaimanakah
seseorang bisa menguasai dua, tiga atau banyak bahasa ?
d.
Bagaimana
proses penyusunan kalimat ? proses apakah yang terjadi di dalam otak waktu
berbahasa ?
e.
Bagaimanakah
bahasa itu tumbuh dan mati ? bagaimana proses terjadinya dialek ? Bagaiman
proses perubahan-perubahan dialek tersebut menjadi bahasa baru ?
f.
Bagaimanakan
hubungan bahasa dengan pikiran ? bagaimanakah pengaruh kedwibahasaan /
kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang ?
g.
Mengapa
seseorang menderita penyakit / mendapat gangguan berbicara (seperti afasia),
dan bagaimana cara menyembuhkannya ?
h.
Bagaiman
bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik.
Dari
uraian di atas penulis memahami, bahwa pada prinsipnya masalah-masalah pokok
psikolinguisti yang dikemukakan oleh
Abdul Chaer sama dengan yang di ungkapkan oleh Khalid A. Harras, namun
Abdul Chaer lebih merincinya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
dalam kajian-kajian psikolingustik.
F.
Manfaat sosiolinguistik dan psikolinguistik
1.
Manfaat sosiolinguistik
Manfaat sosiolinguistik sangat banyak karena bahasa sebagai objek
kajiannya merupakan alat komunikasi verbal manusia yang mempunyai aturan-aturan
tertentu. Diantara manfaat pengetahuan sosiolinguistik dalam berkomunikasi
adalah :
a)
Memberikan
pedoman dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa, atau gaya
bahasa apa yang digunakan berbicara dengan orang tertentu, dan tempat-tempat
tertentu.
b)
Dalam
pengajaran, sosiolinguistik bermanfaat dalam menjelaskan penggunaan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa dan kaidah sosial
c)
Sosiolinguistik
juga dapat memberikan sumbangan dalam mengatasi ketegangan politik akibat
persoalan pemilihan bahasa nasional di negara-negara multilingual.[30]
2.
Manfaat
psikolinguistik
Dewasa ini psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa.
Psikolinguistik dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa di sini
diarahkan agar si terdidik mahir berbahasa. Jadi tujuannya praktis, yakni agar
si terdidik dapat menggunakan bahasa yang diajarkan kepadanya. Peran
psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan saja berhubungan dengan akuisisi
bahasa, tetapi juga untuk kepentingan belajar bahasa pertama, bahasa kedua, dan
bahasa asing. Dewasa ini si terdidik bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi
harus diajarkan bahasa yang bukan bahasa ibunya. Untuk mempelajari bahasa
diperlukan gabungan teori linguistik dan psikologi yang menjelma dalam
subdisiplin linguistik yang disebut psikolinguistik. Dengan adanya
psikolinguistik diharapkan proses akuisisi bahasa lebih terungkap dan
pengajaran bahasa, baik bahasa ibu, bahasa kedua maupun bahasa asing lebih
memenuhi harapan.[31]
G.
Studi bahasa berlandaskan sosiolinguistik dan psikolinguistik
Bahasa
adalah suatu sitem simbol lisan yang arbiter yang dipakai oleh anggota suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki.[32]
Berdasarkan objek kajiannya studi bahasa
dibedakan kepada linguistik mikro dan makro. Studi linguistik mikro mengarahkan
kajiannya pada struktur internal bahasa, maka dalam linguistik mikro ada
supdisiplinnya diantaranya linguistik fonologi, marfologi, sintaksis, semantik
dan leksikologi. Studi linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar
linguistik sebab yang dipelajari adalah internal bahasa. Sedangkan linguistik
makro yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar
bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu dari pada struktur
internal bahasa.karena kebanyakannya masalah yang terdapat diluar bahasa, maka
supdisiplin linguistik makro itupun menjadi sangat banyak. Dalam buku teks
biasanya didapati subdisiplin seperti sosiolinguistik, psikolinguistik dan
lain-lainnya.[33]
Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik
yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat. Dalam sosiolinguistik
ini, antara lain, dibicarakan pemakai tentang pemakai bahasa, tempat pemakai
bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat adanya kontak dua bahasa atau
lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa.[34]
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
bahasa melalui akibat latar belakang kejiwaan penuturnya. Seorang psikolog
dapat menggunakan bahasa untuk mempelajari gejala jiwa seseorang. Namun
objeknya bukan bahasa, bahasa dipakai hanya sebagai alat saja. Sedangkan pada
psikolinguistik bahasa sebagai objek. Proses pemahaman, perkembangan, perolehan
dan perubahan bahasa akibat latar belakang psikis, itulah yang hendak
dianalisis dalam psikolinguistik.[35]
Paikolinguistik adalah subdisiplin
linguistik yang mepelajari hubungan bahasa dengan prilaku dan akal budi
manusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa dapat diperoleh.
III. Penutup
1. Kesimpulan
Sosiolinguistik
adalah subdisiplin ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari bahasa dalam
hubungan pemakaiannya di masyarakat. Pengetahuan tentang sosiolinguistik dapat
dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik memberi
pedoman dalam berkomunikasi dengan menunjukkan ragam bahasa atau gaya bahasa
apa yang harus digunakan jika berhadapan dengan orang-orang tertentu.
Psikolinguistik
adalah subdisiplin ilmu bahasa atau linguistik yang mepelajari hubungan bahasa
dengan prilaku dan akal budi manusia. Dengan adanya pengetahuan psikolinguistik
proses akuisisi bahasa lebih terungkap dan lebih memenuhi harapan dalam
pengajaran bahasa, baik bahasa ibu, bahasa kedua maupun bahasa asing dengan memahami
kejiwaan atau sikap mental seseorang.
2. Saran
Penulis berharap dengan
pembahasan dalam makalah ini yang terbatas analisisnya, sesuai dengan kemampuan
dan batasan yang diberikan, dapat memotifasi pembaca untuk lebih menelusuri dan
mendalami pemahaman tentang pemakaian tanda baca dalam penulisan karya ilmiyah.
DAFTAR
PUSTAKA
al-‘Ashiliy,
Abdul Aziz bin Ibrahim, Thoroiq
Tadrisval-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqin bi lughaat Ukhra, Riyadh :
Maktabah al-Malk Fahd al-Wathoniyah, 1423 H/2002 M
Bachari,
Kholid A. Harras dan Andika Dutha, Dasar-dasar Psikolinguistik, Jakarta : FPBS dan UPI
Press, 2009
Chaer,
Abdul dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Chaer,
Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta : PT Rineka Cipta,tt
Chaer, Abdul, Linguistik
Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 1994
Dardjowidjojo,
Soejono, Psikolinguistik Pengatar Pemahaman Bahasa Mausia, Jakarta :
Yayasan Obar Indonesia, 2005
Hijaziy,
Mahmud Fahmiy, Madkhal ila ‘Ilmu al- Lughah, Kairo : Dar
al-Tsaqofah, 1978
http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/pengantar-sosiolinguistik.html
http://lilinpendidikan.blogspot.com/2011/07/sejarah-dan
-cakupan-kajian.html
http://fathurrokhmacenter.wordpress.com/sosiolinguistik
Mansur,
Abdul Majid Sayyid Ahmad, ‘Ilmu al-Lughah al-Nafsiy, Riyadh :
al-Mamlikah al-Arabiyah al-Su’udiyah, 1402 H/1982 M
Marat,
Samsoenoewijati, Psikolinguistik, Bandung: Fakultas Psikologi UNPAD., 1983
M.
Echols, John, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 1976
Pateda,
Mansoer, Linguistik Sebuah Pengantar, Bandung : Angkasa, 1994
Pateda,
Mansoer, Aspek-aspek Linguistik, okyakarta : Nusa Indah, 1990
Syah,
Djalinus, dkk., Kamus Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, Jakarta :
Rineka Cipta, 1993
Tarigan,
Henry Guntur, Pengantar Kedwibahasaan Suatu Penelitian Kepustakaan, Jakarta
: Depdikbud, Dirjen Dikti, 1989
Tariga,
Henry Guntur n, Psikolinguistik, Bandung : Angkasa, 1985
[1]
John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 1976), h. 360
[2]
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (
Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 2
[3]
Henry Guntur Tarigan, Pengantar Kedwibahasaan Suatu Penelitian Kepustakaan, (Jakarta
: Depdikbud, Dirjen Dikti, 1989), h. 7
[4]Djalinus
Syah, dkk., Kamus Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, ( Jakarta :
Rineka Cipta, 1993), h. 172
[5]Abdul
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, ( Jakarta : PT Rineka Cipta,tt),
cet ke-2 h. 5
[6]Soejono
Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia, (
Jakarta : Yayasan Obar Indonesia, 2005), h. 7
[7]
Samsoenoewijati
Marat, Psikolinguistik, ( Bandung: Fakultas Psikologi UNPAD., 1983),
h.1
[8]Henry
Guntur Tarigan, Psikolinguistik, ( Bandung : Angkasa, 1985), h. 3
[9]Abdul
Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1994), h. 1
[10]Mansoer
Pateda, Linguistik Sebuah Pengantar, Bandung : Angkasa, 1994), h. 45
[11]Abdul
Majid Sayyid Ahmad Mansur, ‘Ilmu al-Lughah al-Nafsiy, (Riyadh :
al-Mamlikah al-Arabiyah al-Su’udiyah, 1402 H/1982 M), h. 9
[12]Mahmud
Fahmiy Hijaziy, Madkhal ila ‘Ilmu al- Lughah, (Kairo : Dar
al-Tsaqofah, 1978), h. 20
[13]
Ibid., h. 9-10
[14]
Abdul Aziz bin Ibrahim al-‘Ashiliy, Thoroiq Tadrisval-Lughah al-Arabiyah li
al-Nathiqin bi lughaat Ukhra, (Riyadh : Maktabah al-Malk Fahd
al-Wathoniyah, 1423 H/2002 M), h. 15
[15]Ibid.
[16]Abdul
Majid Sayyid Ahmad Mansur, Op. Cit., h. 11-12
[17]http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/pengantar-sosiolinguistik.html
[18]http://lilinpendidikan.blogspot.com/2011/07/sejarah-dan
-cakupan-kajian.html
[19]
Soejono Dardjowidjojo. Op. Cit., h. 2
[20]
Ibid., h.3
[21]Ibid.,
h. 3-5
[22]Ibid.,
h. 6-7
[23]http:/duniayeiernawati.blogspot.com.,
Op. Cit.
[24]Soejono
Dardjowidjojo, Op. Cit., h. 228-229
[25]http://fathurrokhmacenter.wordpress.com/sosiolinguistik
[26]
Mansoer Pateda, Aspek-aspek Linguistik, (Yokyakarta : Nusa Indah, 1990), h. 18-19
[27]
Kholid A. Harras dan Andika Dutha Bachari, Dasar-dasar Psikolinguistik, (Jakarta : FPBS dan UPI Press, 2009), h. 5-6
[28]Soenjono
Darjowadjojo, Op. Cit., h. 7
[29]
Abdul Chaer, Op.Cit.h. 8-9
[30]
http:/duniayeiernawati.blogspot.com., Op. Cit.
[31]
http ://verniruing.blogspot.com/
[32]Soejono
Dardjowidjojo, Op. Cit., h. 16
[33]
Abdul Chaer, Op. Cit., h. 15-16
[34]Ibid.
[35]Mansoer
Pateda, Op. Cit., h. 49-50
Komentar
Posting Komentar