HIJRAH RASULULLAH SAW KE THAIF | TELADAN & PELAJARAN DARI RASUL
by Eri Gunedi
KETABAHAN RASULULLAH HIJRAH
KE THAIF
Rasulullah saw. hijrah ke Thaif pada tahun
ke-10 setelah kenabian dengan naik unta. Beliau ditemani Zaid bin Haritsah,
mantan budak Khadijah yang sudah diangkat sebagai anak.
Kota Thaif pada waktu itu dipimpin oleh
tiga orang keturunan Saqif yang masih ada hubungan keluarga dengan Rasulullah.
Ketiga orang tersebut adalah Kinaah yang bergelar Abdu Jaffi, Mas'ud bergelar
Abdu Kulal, dan Habib. Ketiganya merupakan anak dari Amr bin Umair bin Auf as
Saqafi.
Rasulullah berharap mendapat perlindungan
dan dukungan dari keluarganya di Thaif, serta berharap mereka mau menerima
ajaran Islam.
Harapan tersebut ternyata meleset, pada
awalnya mereka menyambut Rasulullah dengan baik, tetapi setelah mereka
mengetahui tujuannya untuk menyiarkan Islam dan mengajak mereka untuk menerima
ajaran Islam, mereka marah, menghina, dan mengusirnya.
Selama 10 hari Rasulullah saw. dan Zaid bin
Haritsah tinggal di Thaif dan mendapatkan perlakuan yang buruk. Penduduk Thaif
melempari Rasulullah saw. dan Zaid bin Haritsah dengan batu. Rasulullah saw.
mengalami luka yang cukup parah, betisnya berlumuran darah. Begitu juga dengan
Zaid bin Haritsah yang mengalami luka-luka yang lebih parah, sebab berusaha
melindungi Rasulullah saw.
A.
PENYEBAB
RASULULLAH SAW HIJRAH KE THAIF
Ada beberapa hal
yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW harus melaksanakan Hijrah ke Thaif.
Sebab-sebab tersebut antara lain :
- Tekanan Kaum Quraisy
Kekejaman kaum
Quraisy menyebabkan penderitaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan para
pengikutnya. Terakhir Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin sangat menderita
akibat pemboikoan dan pengucilan kaum Muslimin serta seluruh keluarga Bani
Hasyim dan Bani Muthalib dilembah Syi’ib selama kurang lebih tiga tahun. Pemboikotan itu mengakibatkan
kesengsaraan, kemiskinan dan kealparan bagi Kaum Muslimin beserta Bani Hasyim
dan Bani Muthalib. Oleh sebab itu rasanya sangat sulit bagi beliau untuk terus
bertahan dan menyiarkan agama islam di Mekkah.
- Wafatnya Abu Thalib
Setelah keluar
dari lembah Syi’ib dan bebas dari pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit yang
mengakibatkannya meninggal dunia. Abu Thalib wafat pada bulan Rajab tahun ke-10
dari kenabian dalam usia 87 tahun. Rasulullah SAW sangat sedih atas wafatnya
Abu Thalib, paman yang telah mengasuh dan membimbing beliau sejak berusia 8
tahun. Abu Thalib selalu menjadi pelindung dan pembela ketika Rasulullah SAW
mendapat ancaman dan hinaan dari kaum kafir Quraisy.
- Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah
Kesedihan Nabi
Muhammad SAW bertambah ketika istri yang sangat dicintai wafat. Kira-kira dua
atau tiga tahun setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah
meninggal dunia pula. Tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun ke-10 dari
kenabian, dalam usia 65 tahun. Rasulullah SAW sangat terpukul dengan wafatnya
Khadijah. Khadijah buka saja istri yang setia dan selalu bersama beliau dalam
suka dan duka. Tetapi ia juga selalu menjadi pendorong kekuatan Nabi Muhammad
SAW dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul Allah SWT. Khadijah adalah orang
pertama yang mempercayai kenabian Nabi Muhammad SAW sebelum orang lain
memercayai. Bahkan ia rela menyerahkan seluruh hartanya untuk memperjuangkan
agama Allah SWT. Tetapi itulah ketentuan Allah SWT terhadap hamba-NYA yang
harus diterima dengan sabar, tabah dan tawakal.
Wafatnya Abu
Thalib dan Ummul Mukminin Khadijah merupakan cobaan yang sangat berat bagi
Rasulullah SAW . beliau terlihat sangat sabar dan tabah dalam menerima
ketentuan Allah SWT. Tetapi, sebagai manusia, beliau pun sangat bersedih hati.
Oleh sebab itu, tahun wafatnya Abu Thali dan Ummul Mukminin Khadijah disebut ‘Amul Huzni.
Artinya, tahun duka cita atau tahun kesedihan.
B. MENELADANI KETABAHAN NABI MUHAMMAD SAW
Penghinaan dan
penganiayaan terhadapa Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin oleh orang-orang kafir
Quraisy sudah melampaui batas. Hingga Rasulullah SAW merasa kota Mekkah bukan
lagi kota yang aman untuk ditingali apalagi untuk berdakwah. Sebagian besar
penduduk kota Mekkah dengan terang-terangan menolak ajaran islam. Terlebih lagi
setelah dua orang pelindung rasulullah yaitu Abu Thalib dan Khadijah telah
wafat.. orang kafir Quraisy semakin bebas melakukan tekanan terhadap dakwah
Nabi Muhammad SAW.
Untuk menghadapi
masalah tersebut, Rasulullah SAW merencanakan berdakwah ke luar kota Mekkah
dengan tujuan antara lain :
- Memperluas ajaran islam keluar kota Mekkah
- Menghilangkan kesedihan setelah ditinggal wafat oleh Khadijah dan Abu Thalib.
- Menemukan tempat yang lebih aman untuk dijadikan pusat dakwah islam.
Berangkatlah
Rasulullah SAW ditemani Zaid bin haritsah menuju Thaif secara diam-diam.
Rasulullah SAW khawatir apabila keberangkatannya ke Thaif diketahui orang kafir
Quraisy, niscaya mereka akan menghalangi perjalanannya.
Setibanya di
Thaif, Rasulullah SAW berlangsung menemui para pemimpin dari Bani Tsaqif, yaitu
Abdul Yalil, Hubaib dan Mas’ud. Kepada mereka, beliau menceritakan ajaran agama Islam dan mengajak mereka
untuk menyembah Allah SWT dan meninggalkan penyembah berhala. Namun mereka
menolaknya dengan hinaan yang sangat menyakitkan.
Rasulullah SAW
tidak putus asa, kemudian beliau berdakwah di Thaif selama sepuluh hari. Namun, tidak
ada seorang pun penduduk Thaif yang menerima dakwahnya.
Sebaliknya,
mereka malah mengusir dan mengejar-ngejar Rasulullah SAW sambil melempari batu.
Akibatnya Rasulullah SAW menderita luka-luka dibadan dan kakinya. Zaid bin
Haritsah berusaha keras melindungi beliau dengan dirinya walaupun ia sendiri
terluka dikepalanya karena lemparan batu. Mereka terus mengejar Rasulullah SAW
hingga beliau terpaksa mencari perlindungan di sebuah kebun anggur. Kebun
anggur itu milik Utbah bin Syaibah. Keduanya adalah putra Rabi’ah.
Setelah
penduduk Thaif tidak lagi mengejar, Rasulullah SAW ditemani Zaid beristirahat
dan berteduh dikebun anggur itu smabil membersihkan darah yang mengalir dari
lukanya.
Pada waktu
rasulullah saw. berteduh di kebun milik Saibah dan Utbah, beliau mengadu dan
berdo'a kepada Allah swt. dengan kata-kata berikut ini.
" Ya
Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang lemahnya kekuatan diriku dan
lemahnya aku di mata manusia. Wahai Zat yang Maha Penyayang diantara para
Penyayang, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhanku, kepada
siapapun Engkau serahkan diriku selagi Engkau tidak murka kepadaku, maka aku
tidak peduli dengan hal itu."
Ketika tiba di
Qornul Manazil, Malaikat Jibril datang meminta kepada beliau agar diizinkan
menghancurkan penduduk Thaif. Malaikat Jibril mengutus para Malaikat penjaga
gunung Abu Qubais dan Qoiqon yang terletak di antara Mekkah dan Thaif untuk
menghancurkan penduduk Thaif, jika mereka diizinkan.
Akan tetapi Rasulullah
saw. menolaknya, sebab telah memaafkan mereka. Beliau berharap semoga Allah
memberikan kepada mereka keturunan yang menyembah Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Setelah itu beliau berdoa lagi kepada
Allah swt. yang berbunyi:
Artinya:
"Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak
mengetahui."
Demkian
mulianya akhlak Rasulullah saw. yang tetap tabah dan sabar dalam berdakwah
walaupun seringkali disakiti oleh kaum kafir. Beliau selalu memaafkan mereka,
tidak dendam kepada mereka, bahkan mendoakan agar mereka diberi petunjuk.
Pemilik kebun
anggur tempat Rasulullah SAW itu melihat dan mengetahui ada dua orang asing
sedang beristirahat. Ia menyuruh tukang kebunnya seorang nasrani bernama Addas
untuk membawakan setangkai anggur kepada Rasulullah SAW.
Ketika
Rasulullah SAW menerima anggur tersebut, beliau mengucapkan “Alhamdulillah” dan sebelum
makan beliau membaca ”Bismillahirrohmaanirraahim”. Mendengar ucapan itu, Addas merasa heran karena penduduk Thaif
belum pernah ada yang mengucapkan kata-kata itu.
Addaspun
berkata, “Tuan bukan penduduk Thaif. Kata-kata Tuan tadi tidak pernah
diucapkan oleh penduduk disini”.
Rasulullah SAW
yakin bahwa Addas pun bukan penduduk asli, maka beliau menanyakan negeri asal
dan agama Addas. Addaspun menjelaskan, “Saya seorang Nasrani, berasal dari
dari daerah Ninawa”.
Rasulullah SAW
bertanya, “Apakah kamu dari negeri seorang saleh bernama Nabi Yunus ?”.
Addas merasa
heran, kemudian ia bertanya lagi, “Bagaimana Tuan bisa mengenal Nabi Yunus ?”.
Maka Rasulullah
SAW menjelaskan, “Yunus adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan akupun seorang nabi”.
Kemudian
Rasulullah SAW membaca ayat-ayat al-qur’an yang berisi kisah Nabi Yunus AS.
Addas sangat terharu mendengar ayat-ayat yang dibaca Rasulullah SAW karena
isinya sama dengan apa yang telah dipelajari dari kitab-kitab terdahulu. Addas
pun yakin bahwa orang yang dihadapannya itu adalah utusan Allah SWT. Tanpa
ragu-ragu Addas berlutut dihadapan Rasulullah SAW dan mengakui kenabiannya.
Rasulullah SAW
dan Zaid keluar dari persembunyian itu setelah dirasakan aman dari kejaran
orang-orang Thaif. Beliau pulang menuju Mekkah dengan hati yang sangat sedih.
Meskipun dakwah
Rasulullah SAW di Thaif telah gagal. Namun dengan ikhlas Rasulullah SAW
mendoakan penduduk Thaif agar kelak mereka atau keturunan mereka sadar dan
mengikuti ajaran agama islam.
Sekembalinya dari Thaif, Rasulullah tidak langsung ke Mekkah, sebab di
Mekkah sudah tidak ada orang yang melindunginya dari tekanan kaum kafir
Quraisy. Selama beberapa hari beliau bersembunyi di Gua Hira.
Pada suatu saat Muti'm bin Ady yang berasal dari Bani Naufal meminta
Rasulullah saw. untuk kembali ke Mekkah dan meneruskan dakwahnya. Rasulullah mendapat jaminan keamanan dari Muti'm bin Ady untuk
meneruskan dakwahnya di Mekkah.
PELAJARAN YANG DAPAT
DITELADANI:
- Keteladanan dari kisah Rasulullah SAW ke Thaif antara lain :
a.
Kesabaran
Rasulullah SAW dalam berdakwah kepada kaum kafir di Thaif.
b.
Kemuliaan
hati Rasulullah SAW. Beliau tidak dendam terhapad orang-orang yang telah
menganiaya dan mengusirnya dari Thaif.
Rasulullah
terkenal memiliki akhlak yang terpuji. Allah swt. sendiri memuji Nabi Muhammad
saw. dalam firman-Nya berikut ini. Artinya: "Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudipekerti yang agung."(Q.S.Al-Qolam/68: 4)
c.
Ketabahan
Rasulullah SAW dalam menghadapi berbagai rintangan dan hambatan dalam
berdakwah.
Komentar
Posting Komentar