MAKALAH DALALAH - MU'JAM | 2012 || PASCA IAIN IB



منهج المعجم
Oleh : Eri Gusnedi

A.    Pendahuluan
Bahasa apapun di dunia ini, terbasuk bahasa Arab, pada mulanya merupakan bahasa lisan, buka bahasa tulis. Bahasa tulis muncul kemudian setelah manusia mengenal dan mampu merumuskan huruf-huruf atau simbol-simbol bunyi. Mu’jam merupakan kebudayaan tulis menulis atau kebudayaan cetak (printing culture).karena tuntutan keperluan yang lebih praktis, baik yang bermotif ekonomis, maupun politis-religius. Sehingga manusia berupaya keras menciptakan alat untuk dapat memahami bahasa asing, agar dengan itu terjalin komunikasi yang lebih baik dengan manusia yang berlainan bahasa.[1] Mu’jam, bukan hanya sekedar mencatat atau menyimpan makna kata, tetapi juga berperan menyimpan kekayaan bahasa sebuah bansa yang tidak sanggup disimpan dalam ingatan manusia.
Mu’jam merupakan karya besar suatu bangsa sebagai rujukan standar dalam menjaga dan melestarikan bahasa.dalam mu’jam dapat diketahui masalah-masalah penting sekitar kebahasaan dalam menggunakan pikiran-pikiran secara teratur dan dalam mengembangkan ilmu.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengertian mu’jam, hubungan mu’jam dengan semantik, sejarah mu’jam arab, macam-macam kamus/mu’jam, dan komposisi mu’jam.






B.    Pembahasan
1.     Pengertian Mu’jam
Secara etimologi, kata mu’jam berasal dari kata al-ujm ( العُجم ) dan al-‘ajm ( العَجم ) lawan dari kata al-’arb ( العَرب ) dan al-‘urb ( العُرب ). Kata al-‘ajm ( العَجم ) berarti orang yang ucapannya tidak fasih dan pembicaraannya tidak jelas. Sedangkan kata ‘ajami ( أعجم ) lebih identik dengan sebutan untuk orang arab, baik ucapannya fasih maupun tidak.[2]
Kata a’jam ( أعجم ) sinonim dengan kata abham ( أبهم ) yang berarti “sesuatu yang tidak jelas” karena itu, dalam bahasa Arab, binatang disebut ajma’ atau bahimah,  karena binatang tidak bicara. Bahkan segala sesuatu yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar, bisa disebut  a’jam dan musta’jam.[3]
Bila dilihat dari aspek morfologis, kata mu’jam berakar pada kata kerja yang berwazan af-‘ala ( أفعل ). Wazan ini dengan huruf tambahan hamzah pada awal kata berarti memiliki fungsi ganda. Terkadang berfungsi menetapkan (isbat/ijab),terkadang berfungsi meniadakan (nafi). Contoh, kalimat أكرمت معلمي   berarti “aku memuliakan guruku”. Di sini terlihat bahwa kata berwazan af’ala berfungsi menetapkan. Sedangkan kalimat أشكات الكتاب  berarti “aku menghilangkan kesulitan (memahami) kitab tersebut”. Pada kata ini bukan berfungsi menetapkan, tapi meniadakan, yaitu meniadakan kesulitan sehingga paham.
Secara terminologi mu’jam  adalah buku memuat sejumlah besar mufaradat (kosakata) bahasa arab dengan memaparkan penjelasannya, interpretasi atau penafsiran maknanya yang disusun secara sistematis, adakalanya berdasarkan alfabetis/abjadnya, dan adakalanya berdasarkan tema-tema (makna).[4]
Dengan demikian, mu’jam  ini dapat diartikan atau digunakan untuk sebutan kamus atau ensiklopedi. Karena dengan mu’jam dapat diketahui arti, makna, atau maksud dari sebuah kata.

2.     Sejarah Mu’jam Arab
Penyusunan mu’jam bahasa Arab dalam bentuk sebagai karya linguistik yang komprehensif pertama kali muncul pada abad kedua hijrah, para linguitik Arab mengumpulkan bahasa dari kabilah-kabilah Arab, usaha untuk memperoleh bahasa Arab dilakukan di jazirah Arab, kemudian mereka hijrah ke dekat Iraq sehingga mereka memperoleh ilmu bahasa di daerah Bashrah dan Kufah, para linguistik mengambil bahasa fusha dan meninggalkan sighat dan lafaz yang tidak fusha. Kabilah-kabilah  yang dekat dari Arab termasukbke dalam kategori fusha dan meninggalkan lahjah kabilah yang jauh dari fusha. Bahasa fusha diambil dari kabilah Qais, Tamim, Asad, Huzail, dan sebagaian kabilah Kinanah dan Tha’i.[5]
Para linguistik tidak mengambil bahasa di daerah Syam, Irak dan Mesir karena sudah bercampur denhgan bahasa lain, sedangkan kabilah Arab di Yaman bagian timur jazirah arab, kota Hijaz juga tidak diambil karena bahasa mereka sudah bercampur dengan bahasa Hindi dan Habsyi.[6] Penyusunan kamus pada abad kedua hijrah ini dipelopori oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (100-170 H) seorang perintis studi linguistik Arab dan penemu ilmu al-Arud. Nama kamus arab pertama adalah kitab “al-‘ain” merupakan karya yang lahir dari ijtihad lughawi yang luar biasa karena sistematika penyusunannya berdasarkan makgrij al-huruf dari huruf ‘Ain/artikulasi huruf paling belakang (halq) pada kerongkongan manusia hingga “ya” yang berartikulasi syafawi.

Dalam pelestarian mu’jam Arab dilakukan kodifikasi dan sistematisasi paling tidak mengalami tiga periode penting.Pertama, periode pembukuan (pencatatan) kata-kata tanpa sistematiska tertentu dan pada umumnya tanpa ada penjelasan kata. Pada periode ini, tepatnya pada akhir abad pertama hijrah, dijumpai beberapa buku mengenai risalah al-Quran seperti “Gharib al-Quran” karya Abi Said al-Bakri (w. 141 H) dan kitab “al-Nawadir” karya beberapa orang seperti Abu Amr ibn al-‘Ala (w. 157 H), Yunus ibn Habib (w. 182 H) dan al-Kisa’i (w. 198 H). Kedua, periode penyusunan kosa kata secara sistematis dalam buku kecil mengenai tema tertentu dan disistematisasikan berdasarkan huruf tertentu pula. Di antara risalah yang disusun pada periode ini adalah kitab al-Mathar wa al-Laba’ wa al-Laban karya Abu Zaid al-Anshari. Periode ini berlansung pada awal dan pertengahan abad kedua hijriyah. Ketiga, kodifikasi mu’jam atau ensiklopedi secara komprehensif pertama di dunia Islam adalah karya al-Kalil.[7]
Setelah itu, muncul para pakar bahasa yang semuanya hidup pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga hijriyah, mereka mulai mengarang karya-karya mereka dan mengumpulkannya dalam sebuah kitab, sebahagian dari karya mereka banyak yang sampai pada saat ini dalam bentuk tema-tema tertentu dalam bidang bahasa, seperti kitab Shigir fil Ibil, atau risalah Shigir fil Mathar dan sebagainya. Adapun tokoh-tokoh bahasa yang populer pada masa ini adalah:
1.     Abu Zaid al Anshari (w. 215 h)
2.     Al Ashma’iy (w. 210 h)
3.     Abu Ubaidah (w. 209 h)
4.     Nadha bin Syamil (w. 204 h)
5.     Al Yazidiy (w. 202 h)
6.     Abu Amr Asy-Syaibaniy (w. 202 h)

Semua nama yang disebutkan di atas termasuk tokoh bahasa kotemporer yang telah berupaya keras untuk meriwayatkan kata-kata arab beserta nasnya, serta berusaha untuk mengkodifikasikannya dan menjelaskan dalil-dalilnya dan juga mengemukakan pandangan mereka sebagaimana terdapat dalam kitab Tarajim Asma’ serta kitab-kitab lain yang sedikit sekali sampai kepada kita saat ini. Di antara pakar bahasa di atas hanya satu orang yang berasal dari ulama Kufahbyaitu Abu Amr asy-Syaibaniy, murid dari Adh Dhabiy yang telah berkontribusi dalam mengumpulkan kata-kata arab dalam sebuah buku yang berjudul “al-Jim”, kitab al-Ibil, dan Khalqu Insan. Di antara kitab-kitab di atas, yang paling populer adalah kitab “al-Jim” dinamakan kitab  al-Jim” karena karangan tersebut dimulai dengan huruf “Jim”.

3.     Hubungan mu’jam dengan semantik
Salah satu yang menjadi ciri sekaligus hakikat setiap bahasa adalah bahasa itu bersifat dinamis. Menurut Chaer dan Agustina, dinamis dalam konteks bahasa adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua tataran lingustik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon.[8]
Kedinamisan setiap bahasa itu terjadi karena bahasa merupakan hasil kebudayaan manusia. Manusia adalah makhluk dinamis dan kreatif yang cendrung kepada perubahan dan tidak statis. Oleh karena itu bahasa akan mengalami perkembangan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa.[9]


Menurut Samsuri, semua hasil proses perkembangan bahasa baik penambahan, pengurangan, maupun penggantian dalam bidang apa saja pada bahasa seperti bentuk dan makna yang berupa leksikal maupun gramatikal dapat ditandai sebagai perubahan kebahasaan.[10]
Ada beberapa bentuk perubahan makna kata dalam bahasa Arab, diantaranya, yaitu:
a.      Takhshish (penyempitan makna)
Takhshish yaitu perubahan makna dari sebuah kata yang pada asalnya menunjuk atau memiliki beberapa makna yang sifatnya umum, berubah menjadi kata yang memiliki makna khusus. Contoh kata  الحريم (istri) merupakan hasil dari penyempitan makna dari kata النساء.[11]
b.     Ta’mim (perluasan makna)
Ta’mimi yaitu perubahan makna dari sebuah kata yang pada asalnya menunjuk pada satuan bentuk-bentuk terbatas, lalu makna kata berubah menunjuk pada berbagai acuan yang bersifat umum. Contoh kata الورد berarti bunga, pada awalnya mempunyai arti bagian dari jenis bunga, yaitu bunga mawar.[12]
c.      Raqy al-Dalalah (Kenaikan makna)
Raqy al-Dalalah  yaitu perubahan makna dari makna yang bersifat rendah, biasa, sederhana, digeser atau diubah menjadi makna yang bersifat tinggi, kuat, dan mulia. Misalnya kata  رسول  pada asalnya berarti utusan/pesuruh, lalu nilai makna itu diangkat menjadi rasul dengan makna utusan Allah yang menyampaikan misi agama tauhid.





d.     Inhithah al-Dalalah (penurunan makna)
 Inhithah al-Dalalah yaitu perubahan makna kata dari makna yang bersifat tinggi dan mulia digeser atau diubah menjadi makna yang bersifat rendah dan biasa. Contoh kata  غلام pada asalnya berarti anak laki-laki yang masih kecil, lalu maknanya berkembang menjadi “budak keci”.[13]
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa hubungan antara linguistik dan mu’jam sangat berkaitan sebab apa yang ada dalam mu’jam adalah hasil dari perkembangan bahasa yakni penyempitan makna, perluasan makna, kenaikan makna, dan penurunan makna 

4.     Macam-macam kamus/Mu’jam
Kamus dapat dibagi menjadi macam berdasarkan kategorkategori berikut:
a.      Ditinjau dari segi tema
a)     Kamus bahasa ( al-mu’jam al-lughawi ), yaitu kamus yang meliputi kata-kata atau istilah-istilah kebahasaan dengan menjelaskan secara bahasa, misalnya kamus al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali, kamus Arab-Indonesia karya Muhammad Yunus, Mu’jam al-Musthalahat al-Lughawiyah karya Ba’labaki.
b)     Kamus ensiklopedi (al-mu’jam al-mausu’i), yaitu kamus yang tidak hanya menyajikan peristilahan, tetapi juga dilengkapi dengan konsep dan penjelasan secara luas, misalnya al-‘Arabiyah al-Muyassarah karya Lembaga Kearaban, Amlaq al-Watd karya Ahmad al-Syarbasyi, Ensiklopedi Islam Departemen Agama RI dalam bahasa Indonesia, dan Ensiklopedi Islam karya Abdul Hafizh Anshari dan kawan-kawan dalam bahasa Indonesia.
c)     Kamus historis (al-mu’jam al-tarikhi), yaitu kamus yang melacak asal dan perkembangan bahasa dari masa ke masa, misalnya kamus Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris, al-Muhith karya al-Fairuzabadi, Mustadrakat ‘ala al-Ma’ajim al-‘Arabiyah karya al-Namsawi dan A.F. Kremer.

b.     Ditinjau dari segi jumlah bahasa yang digunakan
a)     Kamus ekabahasa (al-mu’jam al-uhadi al-lughah), yaitu kamus yang menjelaskan makna atau istilah dalam suatu bahasa dengan bahasa itu. Denga kata lain kamus ini hanya menggunakan satu bahasa dalam menjelaskan makna, misalnya al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya Louis Ma’luf, Lisan al-‘Arab Karya Ibnu Manzhur.
b)     Kamus dwibahasa (al-mu’jam al-tsuna’i al-lughah), yaitu kamus yang menjelaskan makna kata atau istilah dengan bahasa lain. Bisa juga dikatakan sebagai kamus yang memberika padanan kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan suatu bahasa lain, misalnya kamus al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
c)     Kamus multibahasa (al-mu’ja m al-‘adid al-lughah), yaitu kamus yang menjelaskan makna kata-kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan dua bahasa atau lebih, misalnya kamus Indonesia-Arab-Inggris karya Abdullah bin Nuh dan Omar Bakri, al-Mu’jam al-Falsafi karya Abd al-Mun’im al-Hifni.

c.      Ditinjau dari segi materinya
a)     Kamus umum (al-mu’jam al-‘am), yaitu kamus yang memuat segala macam kata dalam suatu bahasa, misalnya al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al- A’lam karya Louis Ma’luf, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus.
b)     Kamus khusus (al-mu’jam al-khash), yaitu kamus yang hanya memuat kata-kata atau istilah-istilah dalam bidang tertentu, misalnya Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, Mu’jam Gharib al-Fiqh karya Muhammad Fu’ad “abd al-Baqi, Qamus ‘ilm al-Ijtima’ karya A.Z. Badawi.

d.     Ditinjau dari segi susunannya
a)     Kamus alfabetik (al-mu’jam al-faba’i), yaitu kamus yang memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya secara alfabetik/abjad. Pada umumnya kamus disusun secara alfabetik dalam menjelaskan makna dari A sampai Z atau dari Alif sampai ya. Misalnya al-munawwir karya Ahmad warson Munawwir, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam karya Louis Ma’luf, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus, Qamus al-Tarbiyah Arabiyya-Injiliziyan karya al-Khuli, al-Kalali karya As’ad M. Al-Kalali.
b)     Kamus tematik (al-mu’jam al-maudhuu’i), yaitu kamus yang memuat penjelasan kata-kata atau istilah-istilah secara lengkap berdasarkan tema tertentu, misalnya The Cultural Atlas of Islam karya Isma’il Raji al-Faruq dan Louis Lamya al-Faruqi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi oleh Ilyas Hasan menjadi Atlas Budaya Islam. [14]





5.     Komposisi kamus
Setiap kamus pada umumnya memuat setidaknya tiga bagian, yaitu bagian depan, isi dan pelengkap
a.      Bagian depan
Kamus yang ideal selalu mempunyai bagian depan yang berisi pendahuluan, cara penggunaan, daftar singkatan/istilah yang dipakai dalam kamus yang bersangkutan, tanda-tanda kebahasaan tertentu yang digunakan penyusun, atau penjelasan lain yang dianggap dapat membantu pengguna ketika memanfaatkan kamus itu secara maksimal.
     Dari beberapa isi bagian depan, yang harus lebih dicermati adalah petunjuk penggunaannya, sebab penyusunkamus biasanya memiliki cara tersendiri dalam menggunakannya.
b.     Bagian isi
Isi setiap kamus memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya atau padanan dalam bahasa lain yang disusun secara alfabetik sesuai dengan jenis kamus itu. Jika kamus itu umum, maka kata-kata atau istilah-istilah itu tidak dibatasi. Tetapi jika kamus itu khusus maka kata-kata atau istilah-istilah yang dimuatnya sesuai dengan bidang tertentu.
Susunan alfabetik pada kamus yang digunakan oleh kamus ekabahasa tertentu didasarkan pada alfabet yang berlaku pada bahasa kamus itu. Dengan demikian, jika kamus itu berbahasa Arab, maka susunan alfabetnya adalah Arab denga direksi dari kanan ke kiri, yaitu:
ا-ب-ت-ث-ج-ح-خ-د-ذ-ز-ر-س-ش-ص-ض-ط-ظ
-ع-غ-ف-ق-ك-ل-م-ن-و-هـ-ي
Jika kamus tersebut berbahasa Inggris atau Indonesia, maka susunan alfabetnya adalah Latin dengan direksi kiri ke kanan, yaitu:
A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U-V-W-X-Y-Z
Sedangkan susunan alfabetik yang digunakan oleh kamus dwibahasa atau multibahasa didasarkan pada alfabetik yang berlaku pada inti kamus itu. Misalnya kamus Arab-Indonesia atau Arab-Inggris-Indonesia, maka susunan alfabet yang digunakan adalah Arab karena bahasa intinya adalah Arab. Sedangkan jika kamus itu Indonesia-Arab, atau Indonesia-Arab-Inggris, maka susunan alfabet yang digunakan adalah Latin karena bahasa intinya adalah Indonesia yang menggunakan alfabet Latin.
Dalam penyusunan mu’jam Arab yang berdasarkan susunan hijaiy ada dua macam:
Pertama yang dimulai dengan kitab al-huruf atau kitab al-jim yang dikarang oleh asy-Syaibani, susunannya disesuaikan dengan huruf pertama dari kalimat.
Kedua dimulai dengan kitab diiwaan al-adab yang dikarang oleh al-farabi, dan al-shihah oleh Jauhari, susunannya disesuaikan dengan huruf akhir dari sebuah kalimat.[15]

c.      Bagian pelengkap
Bagian pelengkap setiap kamus tidak sama sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penyusun kamus itu. Seperti beberapa kamus besar:
a)     Kamus al-Munawwir dilengkapi dengan lampiran gambar-gambar yang mendukung pemaknaan isinya
b)     Kamus munjid fi al-Lughah wa al-A’lam dilengkapi dengan lampiran catatan-catatan waktu peristiwa sejarah yang terjadi di dunia, sejarah kesusastraan Arab, indeks kamus, daftar orang-orang berprestasi di dunia, dan peta Arab.[16]
C.    Penutup
Bahasa adalah salah satu sisi kehidupan suatu bangsa dalam melestarikan ilmu, kebudayaan, bahkan agama. Sedangkan kamus adalah karya besar suatu bangsa sebagai rujukan standar dalam menjaga dan melestarikan bahasa. Dari kamus diambil dan digunakan kata-kata dan maknanya secara benar, diketahui masalah-masalah penting sekitar kebahasaan dalam mengungkapkan pikiran-pikiran secara teratur, dan dalam mengembangkan ilmu.
Dari mu’jam dapat diketahu perkembangan/ perubahan makna suatu bahasa seperti penyempitan makna, perluasan makna, Kenaikan makna dan penurunan makna.
Setiap kamus/ mu’jam pada umumnya memuat setidaknya tiga bagian, yaitu:
1.     Bagian depan
2.     Bagian isi
3.     Dan bagian pelengkap


















DAFTAR PUSTAKA

Anis, Ibrahim, Dilalah al-Alfazh, Mesir: Maktabah al-Injilu al-Mishriyyah
Chaer, Abdul, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995
Hijaz, Muhammad Fahmi, Usus Ilmu Lughah al-Arabiyah, al-Qahirah: Dar al-Tsaqaafah, 2003
Hijazi, Muhammad Fahri, Ilmu al-lughati al-Arabiyyah, Kairo: Daru al-Tsaqaafah, 2005
Hermawan,  Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011
Izza, Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora, 2011
Ibrahim, Rajab ‘Abd al-Jauhar, al-Madkhal ila Ta’allumi  al-arabiyah,  t.tp: Dar al-Afah al-Arabiyah, t.th
Manshur, Ibnu, Lisan al-Arab, Beirut: Dar Shadir, 1956
Samsuri, Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga, 1987
Taufiqurrohman, Leksikalogi Bahasa Arab, Malang: UIN-Malang Press, 2008
Wahab, Muhbib Abdul, Epistimologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008



[1] Ahmad Izza, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), h. 190
[2] Ibnu Manshur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar Shadir, 1956), h. 385
[3] Ibid.
[4] Rajab ‘Abd al-Jauhar Ibrahim, al-Madkhal ila Ta’allumi  al-arabiyah.(t.tp: Dar al-Afah al-Arabiyah, t.th), h. 248
[5] Muhammad Fahmi Hijaz, Usus Ilmu Lughah al-Arabiyah, (al-Qahirah: Dar Assaqafah, 2003), h. 97
[6] Ibid.
[7]Muhbib Abdul Wahab, Epistimologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008), h. 271
[8] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 17
[9] Taufiqurrohman, Leksikalogi Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 12
[10]Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1987), h.63-64
[11]Ibrahim Anis, Dilalah al-Alfazh, (Mesir: Maktabah al-Injilu al-Mishriyyah), h. 154
[12]Iibid., h. 155
[13] Taufiqurrohman, Op.Cit., h. 128-130
[14]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h. 260
[15]Muhammad Fahri Hijazi, Ilmu al-lughati al-Arabiyyah, (Kairo: Daru Tsaqafah, 2005), h. 103
[16]Ibid., h.228

Komentar

Postingan Populer